Pandangan miring tentang profesionalitas guru, agaknya juga menjadi pekerjaan rumah kementerian pendidikan. Â Rerata hasil Uji Kompetensi Guru yang pernah dilaksanakan serentak seluruh Indonesia tahun 2012, masih dibawah 60.00. Artinya kompetensi guru di Indonesia tentunya menjadi titik fokus pembenahan yang seharusnya menjadi perhatian kementerian pendidikan dalam hal ini tentu saja menjadi pekerjaan rumah Nadiem Makarim.
Kualitas output pendidikan juga menampakkan kesenjangan yang tinggi antara kemampuan siswa peserta Ujian Nasional dengan standar soal pada Ujian Nasional. Dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2015 skor capaian siswa Indonesia berkisar antara  370 -- 400.
Sementara skor rata-rata PISA (Programme For International Student Assesment), sebuah survey kualitas pendidikan pada 72 negera , rata-ratanya adalah  500.  Meskipun pada tahun 2016 Kemendikbud merilis hasil skor PISA untuk Indonesia mengalami peningkatan.
Pekerjaan rumah Nadiem Makarim yang tidak kalah penting adalah persoalan regulasi yang dipandang merepotkan guru. Pemberlakuan ketentuan harus menulis karya ilmiah dan melakukan publikasi ilmiah, untuk dapat naik pangkat agaknya menjadi beban bagi guru. Setidaknya ini dapat dilihat dari indikator guru yang sampai bertahun-tahun terpaksa tidak dapat naik pangkat karena terganjal ketidakmampuannya membuat karya tulis ilmiah, atau publikasi ilmiah. Banyak guru PNS mentok di pangkat  dan golongan Iva karena tidak mampu menulis atau membuat penelitian. Sementara disisi yang lain dihadapkan pada regulasi yang mengatur bahwa bila  pada tahun ke enam tidak juga mampu naik pangkat maka akan mendapatkan sangsi, dikurangi jumlah jam mengajarnya.
Adanya kebijakan tentang rotasi guru yang akan diberlakukan oleh kemendikbud sebelumnya untuk meratakan distribusi guru, rupanya juga tidak sebegitu mudah dalam penerapannya. Rotasi guru membawa beberapa konsekuensi yang kompleks.
Oleh karena itu menjadi kewajiban menteri baru mestinya untuk  harus berada di garda depan agar implementasi dari regulasi tentang rotasi dan zonasi guru ini tidak membawah dampak yang kurang menguntungkan atau justru menimbulkan masalah baru di lapangan.
Tentu saja masih banyak pekerjaan rumah Nadiem Makarim yang harus dipikirkan. Masuknya pebisnis sukses di jajaran pendidikan harusnya menjadi titik gerak untuk mencoba mengurai berbagai permasalahan yang menumpuk di profesi pahlawan tanpa tanda jasa ini.
Hadirnya Nadiem Makarim di kementerian pendidikan  harus mampu menghasilkan kebijakan-kebijakan dan arah program yang bermanfaat dan bermartabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H