Selain juga harus dipilih figur yang memiliki kemampuan yang memadai sesuai dengan kebutuhan yang terkait dengan akreditasi sekolah. Misalnya harus cukup kemampuan dalam bidang IT, administrasi, dan menguasai bidang-bidang yang diperlukan dalam akreditasi. Â
Setidaknya tim akreditasi ini minimal menjaring figur untuk mengawal 8 standar pendidikan yang menjadi instrumen utama dalam akreditasi.
2. Merancang "Time schedule" Persiapan Akreditasi
Perlu disadari bahwa akreditasi sekolah membutuhkan dokumen-dokumen bukti fisik yang sangat banyak. Tidak mungkin pengadaan dokumen untuk bukti fisik akreditasi ini dapat diselesaikan dalam waktu dadakan atau waktu yang pendek.Â
Oleh karena itu, rancangan "Time Schedule" yang mengatur alur persiapan akreditasi harus dibuat dengan jelas dan cermat. Sehingga setiap tahapan dapat dievaluasi dianalisis dan ditindaklanjuti sampai dengan pelaksanaan akreditasi itu sendiri.
3. Kuasai Semua Perangkat Akreditasi
Sekolah melalui tim akreditasi harus benar-benar menguasai semua perangkat akreditasi.  Perangkat akreditasi yang terdiri dari, Instrumen Akreditasi, Petunjuk Teknis Pengisian Instrumen Akreditasi, Instrumen Pengumpulan Data dan Informasi Pendukung Akreditasi,  serta Teknik Penskoran dan pemeringkatan  hasil akreditasi. Keempat perangkat akreditasi itu semuanya harus benar-benar dikuasai oleh tim akreditasi.Â
Bila mana perlu harus hapal diluar kepala. Sebab, dari penguasaan terhadap perangkat inilah akreditasi ini diawali kelancarannya. Sekolah yang tidak menguasai perangkat akreditasi ini dipastikan akan mengalami kekacauan dalam pelaksanaan akreditasi nantinya.
4. Bagi Tugas Sampai Tuntas
Maksudnya bagi tugas sampai tuntas ini adalah, tim akreditasi harus mampu membagi tugas untuk mengupayakan secara maksimal di masing-masing standar yang ada, sesuai dengan petunjuk teknis dan pensekoran yang ada di perangkat akreditasi.Â
Sedetail-detailnya. Harus ada penanggung jawab setiap standarnya, selain itu harus ada monitoring perkembangan secara detail di masing-masing standar yang ada. Bila ada salah satu standar yang dokumennya kurang lengkap maka harus segara dicarikan solusi untuk pemecahannya.
5. Pelajari dan Kuasai Bobot dan Teknik Skoringnya
Langkah berikutnya adalah mempelajari dan menguasai bobot dan teknik skoringnya. Hal ini untuk dijadikan pedoman dalam menyusun skala prioritas dalam rangka pemenuhan berbagai dokumen dan sarana bukti fisik yang ada. Skor dan bobot yang besar, harus ditempatkan sebagai prioritas utama untuk pemenuhannya dan skor yang memiliki bobot kecil dapat dijadikan prioritas berikutnya.Â
Bobot yang kecil dan tidak terlalu signifikan dan tidak terlalu berdampak pada nilai akhir, dapat dikesampingkan bila mana pengadaan dalam kaitan tersebut tidak sebanding dengan efisiensi pengadaannya itu sendiri.Â
Misal sebagai contoh, tempat parkir di sekolah, adalah salah satu instrumen yang bobotnya kecil, maka bila mana untuk memenuhi area parkir memerlukan cost yang terlalu mahal dan berbiaya tinggi, maka point tempat parkir di sekolah ini dapat diabaikan atau tidak harus menjadi salah satu yang mutlak harus diperjuangkan.