Mohon tunggu...
Widia Devi Kumala Sari
Widia Devi Kumala Sari Mohon Tunggu... Guru - Wanita Pembelajar

Saat ini, wanita yang menyukai warna soft tersebut aktif mengikuti kuliah di Institut Ibu Profesional batch 8. Ia juga mengupgrade ilmu parenting agar bisa membersamai anaknya menemukan bakat dan minatnya dengan baik. Harapannya ia bisa melanjutkan study master pendidikan bahasa Jerman dan dapat mewujudkan cita-cita menjadi dosen. Selain itu, ia juga berharap untuk bisa mendirikan LBB sendiri di bidang Bahasa Jerman dan mata pelajaran lainnya untuk anak SD-SMP-dan SMA. Belajar terus sampai akhir hayat, berusaha jadi orang yang lebih baik dari hari ke hari, bermanfaat untuk banyak orang, jujur dan selalu bahagia adalah kunci hidupnya saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jerman - Penumpang Gelap (Schwarzfahrer) di Kereta

5 April 2014   02:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:04 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini hari Kamis, aku sudah lebih bersemangat daripada hari kemarin. Kali ini aku diminta untuk membersihkan lantai atas. Akupun sudah melakukannya. Setelah itu aku bisa lebih santai sebelum jam menjemput si kecil pulang sekolah.

Hahaha,, akupun lanjut untuk membuat kopi dan menyeduhnya. Aku menikmati kopi di runag perpustakaan lantai bawah. Aku juga sibuk membaca buku-buku bacaan diperpustakaan tersebut. Tak lama kemudian, ayah si kecil sudah pulang kerja. Ia pun masak di dapur. Pukul 12.20 dia akan menjemput si kecil dari bus. Dia memberikan aku tawaran, apakah aku ikut ataukah tidak. Aku pun ngikut saja kali itu.

Bus si kecil belum datang, kami pun mengobrol ringan. Aku sedikit bercerita kalau Kamis minggu lalu saat aku pulang kursus dan naik kereta, ada petugas pengontrol tiket datang. Sebelum petugas tersebut mengontrol tiketku, dia mampir ke orang tua yang duduk 5 bangku di depan bangkuku. Lelaki tua yang selalu kuamati ketika baru pertama kali masuk kereta. Dia berjalan dengan kaki gemetar dan sepertinya tubuhnya memang kurang sehat.

Petugas kontrol kali ini wanita berambut pirang sebahu. Sambil mengenakan seragam hitam dan bergaris merah dengan memakai tas yang ditaruh di pundak sebelah kiri. Kali ini petugas wanita tersebut sangat ramah. Biasanya kalau aku melihat petugas tiket itu raut mukanya garang.

Aku bercerita ke ayah si kecil, kalau saat itu petugas tersebut mendekati lelaki tua tadi. Dan lelaki tua tersebut naik kereta tanpa tiket (Schwarzfahrer). * Jarang sekali naik kereta di Jerman, lalu ada petugas pengontrol tiket, sehingga banyak penumpang yang kadang pun mending tidak usah membeli tiket jika naik kereta, kalau mereka beruntung di hari itu tidak ada petugas pengontrol, berarti mereka selamat dan aman. Namun sebaliknya, jika naik kereta tanpa tiket dan ada petugas pengontrol tiket, siap-siap deh kena denda. Dendanya berupa uang, dimana surta dendanya langsung dikirim ke rumah lewat pos dan di kereta tidak ada acara bayar membayar denda.*


Harusnya lelaki tua tersebut, identitasnya sudah dimasukkan ke alat untuk memeriksa tiket. Tapi entah mengapa, lelaki tua tersebut memberi uang ke petugas wanita itu. Aku tidak tahu itu berapa jumlah uangnya, yang pasti awalnya petugas tersebut menolak menerima uang lelaki tua itu. Tapi lama-lama, apa yg dilakukan petugas wanita itu coba? Dia memasukkan uang pemberian lelaki tersebut ke saku celananya.

Haaaa? Aku langsung kaget dan tidak menyangka. Apakah hal ini juga terjadi di Jerman? Gak mungkin, sepertinya aku yang salah lihat. Tapi nggak kok, aku benar-benar melihat sendiri kalau petugas tersebut memasukkan uang ke kantong sakunya.

Awalnya ayah si kecil tidak percaya dengan ceritaku ini. Dia bilang, itu tidak mungkin. Di kereta itu tidak ada, petugas yang menerima uang. Kalau ada penumpang gelap, atau penumpang tanpa tiket, itu langsung identitasnya di catat disebuah alat. Setelah itu untuk dendanya akan dikirimkan ke rumah via pos. Jadi tidak ada pembayaran uang di atas kereta. Oh ya? Batinku dalam hati. Apa mungkin si petugas kasihan karena melihat lelaki tua tersebut berjalan sempoyongan dengan wajah pucat? Ah aku tidak tahu, yang pasti kok ada ya kejadian seperti, sehingga membuat diriku ragu ahahaha. Yah mungkin si petugas tiket kasihan ke lelaki tua tersebut, sehingga masih ada kesempatan seperti itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun