2. Â Korupsi dan Manajemen Buruk:
  - VOC mengalami tingkat korupsi yang tinggi di dalam organisasinya. Pejabat VOC di Hindia Timur seringkali mengeksploitasi kekuasaan mereka untuk memperoleh keuntungan pribadi.
  - Manajemen yang buruk dan kebijakan eksploitatif terhadap penduduk lokal juga menjadi faktor yang merusak reputasi dan memperburuk situasi finansial VOC.
3. Â Tekanan Eksternal:
  - Tekanan dari kekuatan Eropa lainnya, terutama Inggris dan Prancis, semakin meningkat selama abad ke-18. Inggris merebut beberapa pos perdagangan dan wilayah VOC di Asia, termasuk Jawa dan Maluku.
  - Perang Napoleonic di Eropa juga memengaruhi perdagangan VOC, karena Prancis menyerbu Belanda dan mengakibatkan penghentian sementara operasi VOC.
4. Â Perubahan Politik dan Sosial di Belanda:
  - Perubahan politik di Belanda, terutama Revolusi Prancis, berdampak pada kebijakan ekonomi dan politik Belanda. Pemerintah Belanda yang baru kurang mendukung dan bahkan merugikan kepentingan VOC.
5. Â Perlawanan Lokal dan Pemberontakan:
  - Pada akhir abad ke-18, VOC semakin menghadapi perlawanan dan pemberontakan di wilayah-wilayah yang mereka kuasai. Pemberontakan terkenal seperti Pemberontakan Diponegoro di Jawa (1825-1830) menyulitkan VOC dalam mempertahankan kendali mereka.
6. Â Gesekan Sosial dan Ekonomi:
  - Kebijakan ekonomi yang merugikan penduduk lokal dan sistem tanam paksa (Cultuurstelsel) menimbulkan ketidakpuasan dan gesekan sosial di antara masyarakat pribumi.
  - Kondisi ekonomi yang memburuk bagi penduduk setempat akibat eksploitasi sumber daya alam dan eksploitasi buruh juga menciptakan ketidakstabilan.
Pada tahun 1799, VOC secara resmi dinyatakan bangkrut dan pemerintah Belanda mengambil alih aset-asetnya. Ini menandai akhir dari kekuasaan VOC di Indonesia dan membuka jalan bagi perubahan dinamika politik dan ekonomi di wilayah tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H