Mohon tunggu...
Febri widiana sarpan
Febri widiana sarpan Mohon Tunggu... Lainnya - pengamat, praktisi dan komentator pendidikan dan budaya

Man Jadda Wajada

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru Kece untuk Murid Full Day

26 Agustus 2016   16:39 Diperbarui: 26 Agustus 2016   16:46 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat menteri pendidikan dan kebudayaan mengungkapkan ide tentang boarding school, saya yang yang saat ini sedang duduk manis di kursi kasta terendah di ranah pendidikan (- guru honorer hehe), spontan berpikir, what a great idea ! Ide yang spektakuler, Bagaimana tidak? Saya adalah salah satu saksi mata bagaimana prilaku dan standar sopan santun anak anak-anak kita, mulai bergeser, jauh dari standar yang ditetapkan oleh nenek dan kakek moyang kita dahulu. Anak-anak dikondisikan untuk melihat sesuatu hanya dari kulitnya saja.

Miris memang saat melihat anak-anak kita terobsesi untuk berkulit putih karena iklan. Ngenes saat siswa SMP zaman sekarang sudah berlomba memakai lipstick agar terlihat lebih cantik, prihatin saat tren jomblo di usia SMP menjadi aib yang tak termaafkan. Bahkan orang tua tersayangpun kadang alpa untuk melihat gejala yang meliar ini.

Lalu, mari kita bayangkan saudara, bagaimana nasib anak-anak kita 10 -20 tahun kedepan? Jika kita tidak benar-benar membekali mereka dengan kecukupan asupan ilmu yang sesuai dengan bakatnya, kecukupan asupan ilmu karakter dan etika dan agama yang diperlukan. Hmmm..saya rasa poin terakhir ilmu karakter, etika dan agama is most important part here.

Saya pun tak tahu pasti, apa yang menjadikan anak-anak Indonesia sekarang, yang nota bene adalah cucu cicit dari Pangeran Diponegoro, Cut Nya Dien, Ki Hadjar Dewantoro, kini tak lagi mewarisi sikap ksatria kakek buyutnya yang tak ragu menentang kumpeni, penjajah negeri tercinta.

Boro-boro heroic, ditepok pipi saja bisa di propagandakan menjadi tamparan keras ala sinetron di telinga orang tuanya. Dalam durasi satu mapel, anak-anak kita ini akan bolak balik izin pipis ke toilet, yang sebenarnya hanya izin fiktif karena dia sudah di puncak lelah duduk berjam-jam, dengan tokoh sentral yang berkhutbah di depan kelas, tanpa tahu apa yang dibicarakan pengkhutbah bernama guru itu. Dan hellooo..ini terjadi di sebagian besar sekolah-sekolah di Indonesia tanah air beta.

Rupanya anak-anak kita, dan kemungkinan besar kita, yang beranjak tua sudah mengalami krisis diri yang sangat kompleks, yang berakibat ketidak dewasaan dalam berpikir, bersikap, dan menyelesaikan masalah. Penyakit ini secara de facto menular kepada anak-anak kita, Karena mereka dididik dengan pola bagaimana kita bersikap sehari-hari.

Di titik inilah sepertinya kita membutuhkan full day school. Biar terseragamkan pola pendidikan anak-anak Indonesia, agar tercuci otak anak-anak kita dengan hal- hal yang baik tentunya.

Tapi pemirsah, ternyata, masalahnya tidak hanya sampai disini. Jika sekolah swasta pada umumnya menerapkan standar tinggi pada pengajarnya, (apalagi sekolah swasta dengan berbasis agama), tidak dengan sekolah negeri. Punteeen, ini mah bicara lapangan ya.., apakah pemerintah menyaring guru-guru PN dengan standar kompetensi sikap, keagamaan , dan karakter? Dalam hal ini saya tidak suudzon sama pemerintah, mungkin SDM penyaringan memang belum mencapai detail seperti itu.

Tapi bisa dibayangkan bagaimana full day school JIKA guru dan atau tenaga pengajarnya belum memiliki cukup asupan untuk membekali diri dan anak didiknya, - agar bisa ngaji, agar membuang sampah ditempatnya, - agar bertutur yang santun, agar menghormati orang lain,

Apa jadinya jika anak-anak di cuci otak dengan guru-guru yang tidak kompeten??? Guru yang laa yamut walaa yahya, mati segan hidup tak mau, tak dibekali ilmu yang mencukupi manakala harus mendidik, mengajar, menggantikan peran ayah ibu, dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore ketika matahari mulai tenggelam, malu-malu.

Untuk itu saudara- saudara, inilah jeritan si penghuni kursi dengan kasta terendah di negeri ini, kursi honorer yang sangat mulia di mata Alloh. Bahwa ide sekolah sepanjang hari, memang sangat baik untuk mulai dipertimbangkan, namun tentu saja, untuk menjalankannya pemerintah tak hanya butuh guru yang siap tempur untuk menjejali hitungan matematika, cas cis cus ala eropa, pembedahan binatang mamalia. Namun jauh lebih penting dari pada itu semua, adalah Indonesia sangat membutuhkan guru yang cakap mengajarkan skill of life, great attitude, agar generasi kita selanjutnya, cucu cicit Kapiten Pattimura dan Bung Tomo, menjadi generasi keche, berkualitas unggul dan berakhlak mulia, InsyaAlloh, Amiin..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun