Mohon tunggu...
Widhi Wedhaswara
Widhi Wedhaswara Mohon Tunggu... Konsultan - Wakil Ketua DPP Hanura bidang Seni dan Budaya

Ketika Budaya dan Teknologi Bersinergi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesehatan Mental di Indonesia: Dari Stigma, Perspektif Sosial Budaya, Hingga Teknologi

15 November 2024   10:05 Diperbarui: 15 November 2024   10:12 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesehatan mental di Indonesia belakangan ini jadi topik yang banyak dibicarakan. Sayangnya, masih ada banyak orang yang merasa tabu untuk mengungkapkan masalah mental yang mereka hadapi. Stigma seputar masalah kesehatan mental itu masih kuat banget di masyarakat kita, apalagi di daerah yang lebih konservatif. Sebagai seseorang yang bergerak di dunia seni, budaya, dan spiritual, saya melihat banget gimana perkembangan topik ini yang nggak bisa lepas dari budaya, teknologi, dan perubahan sosial di Indonesia. Nah, di artikel ini, saya bakal bahas gimana sih kesehatan mental berkembang di Indonesia, apa aja tantangan yang ada, dan gimana teknologi serta budaya punya peran penting di dalamnya---termasuk bagaimana spiritualitas bisa jadi elemen penting dalam perjalanan penyembuhan kesehatan mental.

Kesehatan Mental Dalam Budaya Indonesia: Masih Ada Banyak yang Salah Kaprah

Di Indonesia, banyak orang yang masih mikir kalau masalah mental itu terkait dengan hal-hal mistis atau spiritual. Misalnya, kalau seseorang mengalami depresi atau kecemasan, ada aja yang bilang itu karena "gangguan setan" atau "kutukan". Akibatnya, banyak yang jadi malu atau takut buat ngomong tentang masalah mental mereka. Padahal, ya, gangguan mental tuh sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Tapi, untungnya, dengan generasi muda yang semakin sadar soal kesehatan mental, mulai ada perubahan.

Selain itu, terkadang ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan mental, banyak orang yang menganggap bahwa itu terjadi karena kurangnya ibadah atau tidak cukup mendekatkan diri pada Tuhan. Ada yang beranggapan bahwa kalau seseorang tertekan atau depresi, itu tanda bahwa ia belum cukup kuat dalam menghadapi ujian hidup, atau bahkan dianggap kurang bersyukur dan kurang ibadah. Padahal, kesehatan mental itu bukan hanya soal kedekatan dengan Tuhan, meski itu memang penting, melainkan juga soal bagaimana kita mengelola pikiran, perasaan, dan stres dalam kehidupan sehari-hari. Gangguan mental bukanlah dosa, melainkan tantangan yang bisa dihadapi dengan bantuan yang tepat, baik dari segi medis maupun dukungan emosional.

Yang menarik, dalam konteks budaya Indonesia, masalah kesehatan mental juga sering dipandang dari perspektif spiritualitas. Banyak orang yang lebih percaya bahwa penyembuhan datang lewat hubungan dengan kekuatan yang lebih besar atau praktik spiritual tertentu. Di sini, spiritualitas bisa berperan penting dalam memberikan ketenangan batin dan keseimbangan emosional, namun harus diingat bahwa ini tidak menggantikan pendekatan medis yang sudah terbukti efektif, seperti terapi atau pengobatan.

Sebagai contoh, dalam banyak tradisi spiritual Indonesia, seperti yang ada di Bali atau Jawa, ada berbagai ritual yang dipercaya dapat membantu menyembuhkan gangguan emosional. Proses ini melibatkan penghubungan diri dengan alam, meditasi, doa, atau konsultasi dengan seorang guru spiritual. Namun, meskipun hal ini dapat memberikan rasa kedamaian dan ketenangan, penting untuk menyadari bahwa itu hanyalah bagian dari keseluruhan proses yang harus didukung dengan pendekatan psikologis dan medis.

Teknologi dan Kesehatan Mental: Banyak Manfaat, Tapi Ada Tantangan Baru

Yang menarik adalah bagaimana teknologi sekarang jadi bagian besar dalam pembicaraan soal kesehatan mental. Media sosial, aplikasi, dan layanan online banyak membantu orang untuk mengakses informasi atau bahkan konsultasi dengan profesional, kayak psikolog dan psikiater, tanpa harus pergi jauh-jauh ke klinik atau rumah sakit. Misalnya aja, sekarang udah banyak aplikasi yang menawarkan layanan terapi online, yang tentunya memudahkan bagi mereka yang tinggal di daerah yang jauh dari kota besar.

Tapi, jangan salah, meskipun teknologi bisa jadi solusi, ada sisi negatifnya juga. Media sosial, meskipun bisa bikin orang lebih mudah dapetin dukungan, juga bisa mempengaruhi kesehatan mental. Banyak kasus di mana pengguna media sosial merasa cemas atau tertekan gara-gara harus membandingkan hidup mereka dengan orang lain. Jadi, meskipun ada sisi positif, kita juga perlu hati-hati dengan dampak buruk yang bisa ditimbulkan.

Di sisi lain, teknologi juga bisa mendukung spiritualitas digital, di mana orang-orang mulai mencari kedamaian batin melalui aplikasi meditasi atau panduan spiritual online. Banyak orang sekarang yang lebih sering menggunakan aplikasi meditasi atau mendengarkan podcast spiritual untuk mencari ketenangan. Teknologi yang menggabungkan elemen-elemen spiritualitas dan kesehatan mental, misalnya seperti mindfulness apps, bisa jadi alat yang bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental dan spiritual kita.

Stigma, Akses, dan Tantangan Lain yang Masih Perlu Dihadapi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun