Dalam pidato ini menunjukan luasnya wawasan dan kepiawaian Sukarno dalam penguasaan bahasa asing. Begitu banyak istilah asing yang digunakan mulai dari bahasa Belanda, Jerman, Perancis, Inggris dan bahasa Jawa.
Sukarno juga menyebutkan berbagai tokoh dan literatur yang menjadi referensi untuk menghasilkan konsep Pancasila, salah satunya tulisan Dr. Sun Yat Sen yang berjudul San Min Chu I atau Three People’s Principles.
3. Pidato di Pembukaan Konferensi Asia Afrika, 18 April 1955
Inisiasi Presiden Sukarno dalam penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang berlangsung di Bandung pada 18-24 April 1955, adalah untuk memperkuat kerja sama ekonomi antar negara di kawasan Asia dan Afrika, mempromosikan kebudayaan kedua kawasan, serta memperkuat jaringan solidaritas antarnegara kedua benua dalam melawan imperialisme dan neo-kolonialisme.
Konferensi tersebut dihelat di tengah berkecamuknya gerakan revolusioner melawan penjajahan Barat, seperti perjuangan rakyat Aljazair dan negara-negara di kawasan Indochina dalam mengusir penjajah Perancis, atau Indonesia yang bersitegang dengan Belanda dalam soal Irian barat, atau Mesir yang berseteru dengan Inggris terkait Terusan Seuz.
Ide besar yang hendak digalang Sukarno dalam KAA adalah membangun empati terhadap negara-negara yang “terjerat” kolonialisme Barat sekaligus membangun aliansi baru di tengah persaingan dua kekuatan politik besar yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat.
Pidato pembukaan KAA di Bandung ini diberi judul Let a New Asia and Africa be Born. Sukarno memulai pidatonya dengan latar belakang sejarah kebangkitan bangsa-bangsa Asia-Afrika melawan penjajahan.
Sukarno menginginkan bangsa-bangsa Asia Afrika agar kemerdekaan tidak hanya diisi secara material tetapi juga secara etika dan moral. Sukarno berpendapat bahwa selama daerah-daerah di Asia dan Afrika belum merdeka maka kolonialisme belum mati. Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia-Afrika tidak akan terjamin.
"Kita bersatu oleh sikap yang sama dalam membenci kolonialisme dalam bentuk apa saja ia muncul. Kita bersatu dalam hal membenci rasialisme. Kita bersatu karena ketetapan hati yang sama dalam usaha mempertahankan dan memperkokoh perdamaian dunia."
"Jadikanlah Konferensi Asia Afrika ini suatu sukses besar, jadikanlah prinsip “hidup dan membiarkan hidup” serta semboyan “persatuan dalam kemacamragaman” kekuatan yang mempersatukan, carilah dalam perbincangan yang bersifat persaudaraan dan bebas, yang dapat menjamin bagi masing-masing untuk menjalani kehidupan dengan caranya sendiri dalam harmoni dan suasana damai."