Mohon tunggu...
Widhi Satya
Widhi Satya Mohon Tunggu... -

[nihil]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Harus Budi?

8 Mei 2010   09:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:20 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_136199" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber Gambar : Galeriinggil.web.id"][/caption] Ini Budi... Ini ibu Budi.. Ini bapak Budi..

***

Bel berbunyi. Ani menutup buku. Dipandanginya sampul hijau dan kelabu, dengan tulisan kuning besar menyala, "Bahasa Indonesia Kelas 1". Setiap hari, setiap kali, setiap saat, ketika dibacanya, Ia selalu bertanya. "Kenapa harus Budi?". Ia tak tahu, bahwa semua buku yang serupa, sekarang maupun dahulu, memang seperti itu.

***

Setiap hari, seitap kali, setiap saat, diulang-ulangnya kata-kata itu. Belajar membaca, kata Ibu guru.  Dan, masih seperti kemarin, seperti kemarinnya lagi, dan kemarin sebelum kemarinnya lagi, seperti hari-hari biasanya, seperti kali biasanya,, seperti saat biasanya, Ani selalu bertanya-tanya: "Kenapa harus Budi?"

***

"Ayo Ani, maju ke depan kelas! Coba kau baca frasa yang biasa..." Ujar Ibu guru. "Jangan saya Bu guru...." Sanggah Ani. "Ayo baca!" Bentak Ibu guru. "Jangan saya Bu guru..." Lagi-lagi Ani menyanggah. "Kau tak bisa??? Kau ini kenapa? Setiap hari frasa itu kau baca??? Gila... Apa tak pernah kau camkan, lalu kau masukkan ke kepala!" "Maaf Bu guru..." "Pulang sana! Belajar! Tak sudi aku punya murid tak becus sepertimu! Kemari lagi kalau kau sudah bisa!" "Baik Bu guru..." Ani melangkah pulang.. Meninggalkan teman-temannya yang menganga tak percaya... Meninggalkan gurunya yang muntap murka...

***

Dalam perjalanannya, ia menerawang, kesadarannya mengambang, melayang... Dalam lamunannya, ia berbicara, monolog dengan dirinya, "Tak tahukah Bu guru? Aku tak membaca bukan karena aku tak bisa... Aku tak kuasa!"

***

Tanpa penyesalan, ia meneruskan langkah pulang... Satu persatu tapak ia jenjang... Menyusuri jalanan, kotor, bising oleh suara kendaraan bermotor. Kendaraan itu, satu persatu, berseliweran, cepat, tak beraturan. Tak pula mengacuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun