Mohon tunggu...
Widhi Satya
Widhi Satya Mohon Tunggu... -

[nihil]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sukses Itu...

17 Maret 2010   03:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:23 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_95557" align="aligncenter" width="300" caption="IMG : google"][/caption] Sukses. Berbicara masalah sukses, berarti ada tiga unsur yang terlibat di dalamnya. Yaitu: subjek, proses, serta target. Dalam skala kecil, proses kesuksesan dapat diibaratkan seperti sebuah perjalanan. Sama-sama terdapat tiga unsur di dalamnya. Yaitu subjek, route, serta tujuan. Kita misalkan aku sebagai subjek, serta Semarang sebagai tujuan. Maka aku dikatakan sukses,jika aku sampai ke semarang. Persoalan selama di route tersebut aku sempat tersesat, kepanasan, kehujanan, atau bahkan mengalami kecelakaan, tapi selama aku sampai ke Semarang, maka aku telah sukses. Semua kejadian selama aku melewati route tersebut merupakan sebuah proses yang mau tak mau harus kulewati. Masalahnya, berbeda subjeknya, berbeda pula tujuan, maupun route yang diambilnya. Begitupun dalam kehidupan nyata. Berbeda subjeknya, beda pula target serta proses yang dialami untuk mencapai target tersebut. Ada yang prosesnya [kelihatan] mudah, namun sebagian besar, seperti halnya anak sekolah ketika hendak naik tingkat, pasti melalui ujian. Ada yang lulus ujian karena memang telah mempersiapkan segalanya secara matang. Ada yg tidak berani ikut ujian dan stuck selama-lamanya di tingkat itu. Ada yg tidak lulus ujian, tapi dapat mengambil pelajaran, dan tidak takut mengulang dari awal dengan penuh kesungguhan, sampai kemudian akhirnya ia lulus ujian. Ada yang karena tidak ingin melewati ujian kemudian mengambil jalan pintas, yang tentu saja, sebenarnya, secara prosedural jalan pintas tersebut tidak pernah ada. Jalan pintas tersebut adalah sebuah kecurangan yang dibuat oleh para oknum guna mencapai tujuan secara instant. Lalu, termasuk yang manakah kamu? Tanyakan kepada dirimu sendiri : "Bagaimana aku menyikapi ujian yang bahkan mungkin bertubi-tubi ditimpakan padaku?" Beda proses, tentu beda pula targetnya. Terlebih, jika target tersebut hanyalah bersifat hedonis semata. Inilah manusia, karena fitrah hawa nafsu yang dimilikinya. Apalagi kalau setan telah turut campur di dalamnya. Yang terjadi adalah seperti mengukur jalan raya yang tak berujung, maupun seperti meminum air laut saat kehausan. Semakin diminum, malah justru semakin haus. Maka baginya tidak akan ada kata true success! Karena target/tujuannya tak akan pernah tercapai. *** "Jadi, apakah tujuanmu?" tanyaku kepada temanku. "Tujuanku? Aku ingin bisa mengaktualisasikan diriku dengan baik, baik sebagai hamba-Nya, maupun fitrahku sebagai manusia... Di dunia ini... dan menghasilkan yang terbaik untuk akhirat... hehe klise ya?" Jawabnya "Klise? Itu sangat seimbang!" Ya, sangat seimbang. akan tetapi setelah kurenungkan kembali, itu bukanlah sebuah target. Akan tetapi pola hidup. Pola hidup seorang muslim tentunya. Sebuah pola hidup yang sangat ideal. Ideal dan Seimbang. Mengutamakan hablumminallah.. Tapi tidak mengesampingkan hablumminannas. Berorientasi pada ukhrowi, tapi tidak melalaikan duniawi. *** Sedikit out of topic, akan tetapi aku merasa perlu memaparkannya karena [mungkin] bermanfaat. Kembali ke masalah sukses, kembali ke target.... Cobalah tanyakan kepada dirimu sendiri... "Apa targetku?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun