[caption id="attachment_95471" align="aligncenter" width="300" caption="Image : Google"][/caption] Tiap pagi... setibanya di tempatku bekerja, mencari nafkah untuk menyambung studyku...Hal pertama yang kulakukan tentu saja menghidupkan komputer. Karena itulah sarana kerjaku. Sambil nunggu booting... nyiapin alat bersih2. setelah booting, hidupin winamp... bersih2 sambil dengerin musik. Tapi kadang2 males juga buat bersih2! n_n [lho? kq jadi cerita ngelantur gini] Tunggu2... ngobrol dikit kan ga papa... oke2... setelah semua beres, sebelum menyentuh pekerjaan, tentu saja yang kubuka adalah my SmallWorld kesayanganku ini. Tempaktu memelihara kolam2 inspirasiku, tempatku menyepi karena keintrovertanku, tempatku menulis, ketika aku tidak mampu berargumen maupun berdebat. Tab lain yang kubuka di browserku, tentu saja Facebook... membuka notifikasi yang dah menumpuk... haha [sok tenar] dan tentu saja, melihat di sudut tengah kanan, sebuah reminder tentang siapa saja temanku yang berulang tahun hari ini. n_n Inilah salah satu fasilitas Facebook favoritku. Entah kenapa, mengucapkan selamat ulang tahun, happy birthday, dan sejenisnya merupakan kesenangan tersendiri buatku. Meskipun dalam mengucapkan kadang aku lebih sering bercanda dengan mengucapkan "Tiup Obornya sekarang juga"! "makan lilinnya sekarang juga!" ataupun "potong lehernya sekarang juga"! haha... Tapi, sebuah sensasi tersendiri, ketika si teman yang sedang berulang tahun tersebut, teman yang bahkan dalam keseharian, jarang komen dalam statusku, maupun aku yang jarang komen dalam statusnya... me-reply dengan menulis di wallku, atau komen di greetku. A new relationship has enhanced! n_n *** Pernahkah kau membayangkan ketika kau ulang tahun tak ada seorang pun yang jangankan mengucapkannya, bahkan menyadarinyapun tidak? *** Aku tak tahu, kenapa ada sebagian ulama yang membid'ahkan ulang tahun ini... *** Keduanya tersedu-sedu, Hadirin menitikkan air mata pula, Suasana mencekam terasa dan hening agak lama, kemudian kakak pembawa acara berkata : ”Para hadirin yang mulia, ini memang kejutan bagi kita, karena dengan tahun yang lalu acara ini berbeda. Lia tidak mau tiup lilin jadi acara karena ditemukannya di ensiklopedia Manusia di Zaman Batu di Eropah yg percaya pada kekuatan nyala lilin, begitu tahayulnya, bisa mengusir sihir, roh jahat, leak dan memedi begitu katanya, termasuk sijundai, setan, hantu, kuntilanak dan gendruwo. Dan itu berlanjut ke zaman Romawi kuno, Lalu dikarang lagi berikutnya superstisi, yaitu apabila lilin-lilin itu sekali tiup nyalanya semua mati, maka akan terkabul apa yang jadi cita-cita di dalam hati. Lia tidak mau acara ulang tahunnya oleh tahayul jadi bernoda. Acara yang ditentukan oleh budaya jahiliah zaman purbakala. Katanya: ’Kok tiupan nyala 16 lilin bisa menentukan nasib saya? Allah yang menentukan nasib saya, sesudah kerja keras saya, saya tidak mau dibodoh-bodohi tahayul Walau pun itu datangnya dari barat atau pun timur juga. Saya tidak mau dibodoh-bodohi budaya mereka , Minta kado dari Papa dan Mama, minta kado dari keluarga dan kawan-kawan saya. Saya tidak mau cuma jadi kawanan burung kakaktua, Burung beo yang pintar meniru adat Belanda dan Amerika dalam acara ulang tahun kita’ Begitu katanya.” Sesudah bertangis-tangisan dengan ibunya, berkatalah yang berulang tahun itu ”Hadiah paling saya harapkan dari kalian Adalah doa bersama, sesudah hamdalah dan salawat karena saya ingin jadi anak yang baik laku, jadi perhiasan di leher ibuku , jadi penyenang hati ayahku, rukun dengan kakak-kakak dan adik-adikku, bertegur-sapa dengan semua tetangga. Dan kelak ketika dewasa berguna bagi Indonesia.” Anak yatim piatu yang mendapat undangan itu bersama kawan-kawannya disilakan makan bersama-sama [Cerita Seorang Anak Yatim Piatu Selepas Pesta Ulang Tahun Tetangganya by : Taufiq Ismail] *** Aku tak bisa membayangkan... kebahagiaan "spesial" seorang anak yatim, yang mungkin hanya didapatnya setahun sekali itu terenggut begitu saja... Terenggut oleh pembid'ahan yang terlalu kaku... Masih kuingat [walaupun lebih banyak lupanya], bagian cerita dari novel Laskar Pelangi yang pernah kubaca, ketika tiba acara yang orang Jawa sebut dengan "bancakan" [tradisi ulang tahun ala jawa]. Di situ diceritakan pula, bahwa ada seorang ustadz yang ikut menghadiri, mengamini, bahkan mendoakan ulang tahun si anak tersebut. Ketika ditanyakan oleh si empunya rumah, tentang isu-isu bid'ah yang marak dalam "acara" ulang tahun... Apa yang dikatakan ustadz tersebut? Dia tersenyum, memperhatikan si anak, bocah-bocah yang masih dengan lugunya berebut makanan "istimewa" yang mereka dapatkan setahun sekali itu, melihat dan memperhatikan mereka bercanda ria sesuka mereka seolah tak ada hari esok... sangat tergambar di wajah mereka... "Ini hariku" "Akulah raja hari ini" tak perlu ditanyakan pun, semua orang pasti akan melihat dari matanya yang menjawab dengan segera bahwa: "Aku sangat bahagia"...
o0o
Published in Eramuslim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H