Alhamdulillahirabbil'alamin... Apa yang baru dua hari yang lalu kukatakan bahwa aku stagnan (From Minus to Zero), ternyata telah sedikit (sangat sedikit) mengalami progress. Mungkin jika kemarin dalam skala 0, sekarang baru pada titik nol koma.
***
Alhamdulillah, tepat beberapa jam setelah tulisan from minuz to zero kupublish di Kompasiana ini, tulisanku yang lain dipublish di eramuslim dot kom (oase iman). Lama sekali rasanya. Perlu waktu 4 bulan dan tak kurang 40 tulisan tertolak, hingga tulisanku berhasil dimuat di sana, menyusul tulisan pertamaku. [caption id="attachment_121517" align="alignright" width="193" caption="sumber gambar : enengnurul.wordpress.com"][/caption] Bukan kebanggaan, bukan pula kepuasan apalagi ketakaburan. Tetapi, mengingat seleksi publikasi tulisan di sana demikian ketatnya, sebuah kebahagiaan tersendiri, mengetahui tulisanku 'menyisihkan' pesaing lainnya. Kebahagiaan lain pula, mengetahui karyaku diakui, 'layak', dan bahkan (sedikit) lebih unggul. Karya yang diproses dari ketekunan, dan penghayatan. Karya yang aku sempat pesimis dan putus asa untuk melanjutkannya. Ah... paling tidak, apa yang kusebut hobi ini bermanfaat bukan hanya untukku. Kebahagiaan sejati adalah dapat bermanfaat untuk orang lain, dan sekitar.
***
Sebelumnya, aku sama sekali tak menyangka tulisan yang kutulis dalam keadaan mengantuk, dan setengah sadar dan tak kuharapkan akan menjadi tulisan yang 'berbentuk' ternyata justru sebaliknya. Dua tulisanku yang berhasil dimuat disana, semuanya tulisan spontan tanpa ide yang pernah kusimpan, tanpa pula waktu kuluangkan. Benar-benar spontan! Kurasa itulah sebabnya, puluhan tulisan yang kubuat dengan sistematis, berawal dari mencatat ide, mengumpulkan referensi, meluangkan waktu untuk memprosesnya dengan jungkir balik memeras otak, justru berujung penolakan. Dan baru kutahu, ternyata tulisan juga perlu 'nyawa'. Memang, menulis yang bergerak adalah tangan. Tapi, sumbernya tetap dari hati.
***
Last words... Perayaan tanpa ada yang merayakan, takkan jadi perayaan. Berbagi kesedihan adalah tabu... Tapi tak ada yang bisa diajak untuk berbagi kebahagiaan adalah miris... Andai saja jarak bukan halangan, siapapun yang membaca tulisanku ini pasti kuajak makan-makan. :) Sekali lagi, mungkin mengulang tribute to kompasiana yang pernah kutuliskan sebelumnya. Meski bermula dari blog, tapi dari kompasiana (baca : kompasianers) -lah aku banyak belajar. Thanks for Reading... Hope we will always sharing for connecting...
***
Sebuah ucapan selamat, dari saya, untuk saya, atas dimuatnya tulisan saya : Surat Terbuka Untuk Tuhan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H