Mohon tunggu...
WIDHIAS HAFIZ
WIDHIAS HAFIZ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya Widhiashafiz, Mahasiswa Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2020.

Menulislah, jangan takut tulisanmu dibaca atau tidak, itu urusan nanti.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Moralitas Generasi Calon Pencipta

10 Mei 2021   03:49 Diperbarui: 10 Mei 2021   03:51 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini banyak generasi milenial yang sangat tidak mencerminkan nilai-nilai etika dan adab yang seharusnya dijunjung tinggi untuk bisa memfilterisasi budaya luar yang masuk ke Indonesia. Sebagai generasi muda sudah sepatutnya kita memiliki disiplin pemahaman terhadap apa yang datang dan masuk ke negara kita.

Budaya kita telah mewariskan banyak hal yang telah di ideologikan dan dirumuskan dalam setiap nilai yang terlahir dari sebuah daerah atau Kawasan, misalnya budaya jawa yang terkenal dengan khas keratonnya, Banten yang terkenal akan suku baduy nya, Betawi yang terkenal akan silatnya. Semua itu sudah di wariskan oleh para leluhur kita untuk dijaga dan dilestarikan. Lebih dari itu, penguatan dari semua budaya yang terlahir dari masing-masing daerah dikuatkan Kembali oleh lima dasar yakni Pancasila yang dirumuskan sebagai dasar negara.

Sebagai generasi muda, penting bagi kita menyadari bahwa Pancasila hadir juga menjadi bagian dari warisan negara kita, Pancasila hadir untuk menanamkan nilai etika dan adab di masa yang akan datang. Penanaman budaya disetiap daerah di Indonesia seharusnya menjadi nilai penting yang harus dijaga dan dilestarikan, itu merupakan bentuk pengamalan Pancasila. Para generasi baik anak-anak, remaja awal hingga remaja yang akan menuju dewasa, hari ini sangat krisis dengan etika dan adab. Tentu ini sangat bertolak dengan Pancasila pada sila kedua yang mengatakan 'kemanusiaan yang adil dan beradab'.

Generasi saat ini banyak terkena virus globalisasi yang sangat mencekam para akal penerus bangsa. Bagaimana tidak, para generasi hari ini banyak yang melakukan kriminalisasi, baik itu melakukan seks bebas di tempat-tempat umum, minum-minuman berakohol, memakai narkoba. Selain itu, moral dan harga diri seorang pemuda semakin hari semakin turun dikarenakan ada satu aplikasi yang menjadi trend di masa kini. Para pemuda menampilkan lekukkan tubuhnya didepan kamera dan membagikannya di dunia maya atau sosial media. Tentu ini menjadikan sebuah moralitas bangsa yang semakin hari semakin menampakkan kurangnya etika serta adab.

Jika dibayangkan dahulu pada tahun 1945 atau sebelum kemerdekaan, banyak para pemuda yang berani dan siap badan untuk bertempur melawan para penjajah, mereka memberikan jati dirinya atau siap mati untuk membela tanah air tercinta. Pada hari ini, tidak banyak yang masih menanamkan nilai-nilai daripada perjuangan para tokoh dan pahlawan dahulu. Mereka bukannya membela atau menanamkan nilai-nilai kecintaan terhadap tanah air, justru mereka mengeluarkan seisi tenaga, biaya, untuk membela budaya asing yang masuk ke Indonesia. Dari sini kita tahu, pengaruh globalisasi sangat berbahaya bagi generasi muda, jika hari ini kita tidak menanamkan nilai-nilai Pancasila dikehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Penanaman nilai-nilai Pancasila sebetulnya sudah ditanamkan sejak duduk dibangku sekolah dasar. Para guru mengajarkan dengan cara menghafal poin dari lima dasar itu. Kemudian, para guru menjelaskan setiap arti dari sila yang ada. Tidak hanya di bangku dasar, Pancasila hadir Kembali untuk ditanamkan Ketika kita sudah berada di sekolah menengah, baik pertama, akhir, serta kejuruan. Isi dari topik Pancasila tersebut mengarah kepada sejarah dan nilai-nilai yang patut kita amalkan. Namun sayang begitu sayang, hari ini banyak sekali para pelajar, remaja, atau generasi muda yang sangat krisis akan moralitas sebagai penerus bangsa. Hari in dapat ditekankan, kita masih terjajah oleh para negara diluar sana, bukan fisik yang mengancam, tapi otak dan akal manusia mejadi sorotan. Dan hari ini para pejabat negara harus bisa memiliki persiapan kedepan terhadap kemerosotan dari moralitas anak bangsa.

Pancasila bukan sekedar simbol negara, bukan hanya sekedar kata persatuan dan kesatuan, dan bukan hanya sekedar pajangan pada dinding setiap ruangan kelas disekolah, tapi lebih dari itu Pancasila harus menjadi pegangan teguh yang kuat setiap warga negara Indonesia. Pedalaman terhadap nilai-nilai Pancasila sudah saatnya ditekankan Kembali melalui progam-progam serta kebijakan negara yang mendukungnya. Perlu adanya percepatan yang tepat atas kebudayaan yang mudahnya masuk keranah generasi muda.

Mungkin jika kita sedikit melihat sisi lain selain generasi muda, banyak para orang tua atau dengan usia yang mayoritas dewasa ini tak jarang juga menyepelekan nilai-nilai Pancasila. Banyak diantaranya tidak mengamalkan sila-sila kelima yakni 'keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia'. Tentu menjadi perhatian, sebab para kaum dewasa yang seharusnya menjadi contoh yang baik untuk para generasi muda yang memberikan perhatian dan arah yang baik justru malah bertolak arah. Dari hal kecil-kecil saja kita sudah bisa lihat, banyak para elite politik yang memanfaatkan keadaanya dengan meraib sedikitnya uang. Tentu akan menjadi sorotan digenerasi penerus bangsa, bahwa menjadi elite ternyata sangat menyenangkan juga. Ini harus menjadi perhatian bagi kita sendiri, sebagai generasi penerus bangsa yang akan memegang kendali kemana arah bangsa ini akan berlayar.

Kita harus bisa memfilterisasi budaya asing yang masuk ke negara kita, dengan banyak mencintai budaya Indonesia yang sangat indah dan menjadi sorotan dunia jika kita tidak malu untuk melestarikannya. Sikap dan perlakuan para kaum dewasa yang kurang mengamalkan nilai-nilai Pancasila harus dikendalikan oleh para pihak yang berwenang di negara ini demi keberlangsungan kehidupan di masa yang akan datang. Maka dari itu, penting bagi kita untuk menyadari, bahwa kemerosotan moralitas menjadi krisis penting yang harus kita perhatikan dan melakukan perubahan-perubahan yang ada. Dengan adanya perhatian dan perubahan tersebut, diharapkan dapat membangun sinergi dari generasi penerus bangsa untuk dapat meningkatkan etika dan adab tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun