Mohon tunggu...
Heru Widhi Handayani
Heru Widhi Handayani Mohon Tunggu... -

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Amunisi Terakhir Guru Bantu DKI Jakarta(?)

5 November 2013   00:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:35 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13835845742020131013

Kami, 5683 guru bantu DKI Jakarta, mengucapkan selamat melaksanakan tes CPNS bagi saudara kami guru honorer K2 pada Minggu, 3 November 2013. Pada saat yang sama, kami menggelar doa sebagai bentuk keprihatinan kami terhadap terkatung-katungnya masalah guru bantu DKI Jakarta di Masjid Istiqlal. Semoga pelaksanaan tes berlangsung dengan lancar, demikian pula dengan acara yang kami adakan. Amiin. Itulah rangkaian kalimat yang saya tulis di jejaring dunia maya malam menjalang tes CPNS--khususnya--bagi guru honorer K2. Ada perasaan senang sekaligus sedih. Senang melihat orang lain senang, akhirnya ada peluang bagi kawan-kawan guru honorer untuk diangkat PNS. Sedihnya, memperhatikan diri sendiri sebagai guru bantu sejak 2003 tidak mempunyai kejelasan status hingga kini. Ada dua momen sekaligus waktu menggelar doa keprihatinan kemarin, pertama bertepatan dengan waktu pelaksanaan tes CPNS untuk tenaga honorer K2. Kedua, menjelang tahun baru 1435 Hijriah. Hijrah itu dapat dimaknai pindah. Perpindahan tempat, peristiwa, atau perilaku menuju kebaikan. Jadi, kami tidak tinggal diam pada satu kondisi. Karena diam saja menerima suatu kondisi sama saja dengan telah meninggalkan ruh hijriah itu sendiri. Bagi saya, ini bukan suatu kebetulan belaka. Allah mungkin tengah menunjukkan kebenarannya dalam langkah kami, wallahu a'lam bish-shawab, dengan menuntun hati-hati kami untuk sejenak menundukkan diri dari segala emosi, sakit hati, iri dengki, sedih, perih, takut, dan segala sifat negatif sebagai guru bantu DKI Jakarta yang selama sepuluh tahun terkatung-katung statusnya, benar-benar seperti diceburkan dalam kawah candradimuka. Ya selama sepuluh tahun ini, sejak 2003, teramat panjang dan berliku perjalanan guru bantu DKI untuk mendapatkan apa yang seharusnya menjadi haknya. Berulang kali menggelar demonstrasi tanpa hasil kejelasan status. Malahan dalam perjalanannya kami terpecah belah dalam kelompok-kelompok. Sebagian terseret pada politik praktis. Sebagian mencoba idealis. Sebagian lagi meringis, lantaran honor per bulan takkunjung datang. Awal tahun yang biasanya disambut dengan gegap gempita, bagi guru bantu DKI Jakarta harus dihadapi dengan waswas lantaran honor baru bisa turun pada bulan kelima. Ada yang meringis karena pergi mengajar saja ongkos sudah habis. Meringis malu meminjam uang sekadar untuk menutup lubang setiap bulan. Tidak konsentrasi mempersiapkan anak didik menghadapi ujian nasional, sementara kepikiran anak sendiri belum membayar uang ujian. Dan, ketika kata tidak lagi didengar, ketika aksi tidak lagi dilihat, ketika audiensi dengan pejabat tumpul maka di bulan Muharam ini kami ketuk hati-hati pemimpin yang tertutup dengan kekuatan doa, bersama. Doa keprihatinan guru bantu DKI Jakarta atas ketidakjelasan statusnya. Konsep gerakan moral tersebut sejalan dengan bulan pertama dalam tahun hijriah, yaitu Muharram. Artinya yang diharamkan atau sangat dihormati. Pada bulan ini diharamkan untuk berperang, genjatan senjata dilakukan. Dengan demikian usaha kami dalam bentuk doa keprihatinan guru bantu DKI Jakarta ini membawa semangat Muharam, yaitu semangat perdamaian. Kami menandai satu Muharam sebagai kesadaran kami akan perdamaian, kasih sayang, dan menjadikan awal tahun ini sebagai berkah bagi semua.

Dan rumah Allah adalah sebaik-baiknya tempat dalam bermunajat. Bagi guru bantu, masjid merupakan tempat yang netral dari kepentingan kelompok mana pun, sekaligus menetralisasi sifat negatif pada diri kami. Egoisme, kesombongan, merasa benar sendiri, merasa hebat, dan sebagainya. Semua sifat itu akan luruh, manakala kaki berada di rumah Allah. Justru di sinilah seperti diingatkan kembali bahwa kami, kita semua tidak ada apa-apanya di hadapan Sang Pencipta. Tiada daya dan kekuatan kecuali pertolongan dari Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun