Sebanyak 6 orang mahasiswa Pendidikan Sosiologi, Universitas Pendidikan Indonesia yang tergabung dalam kelompok Pemberdayaan mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kota melakukan observasi di Desa Cipada, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat. Observasi tersebut difokuskan kepada potensi kopi yang ada di Desa Cipada. Mereka tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimana proses pemberdayaan kopi yang dinamakan Bursel 7in di Desa Cipada, Kecamatan Cikalongwetan.
Kelompok yang dimaksud beranggotakan Diska Nabila, Maitria Prada Yusuf, Nevia Aulia, Nira Ayu, Salsabila Shafa, dan Widhi Alifiya di bawah bimbingan dosen pengampu mata kuliah Pemberdayaan Desa dan Kota, Bapak Cik Suabuana., M.Pd., Ibu Mirna M.Pd,.
Menurut kasi pemerintah Desa Cipada, program pemberdayaan di bidang kopi yang terdapat di Desa Cipada dinamakan 'Bursel 7in' yang merupakan akronim dari "Kopi Burangrang Selatan yang dicetus oleh 7 orang" Meskipun Desa Cipada memiliki beberapa potensi, tetapi biji kopi menjadi hasil kebun yang paling menguntungkan bagi Desa Cipada.Â
Pada awal pengembangan program pengolahan kopi, pemerintah Desa Cipada memberikan sosialisasi dan mengajak masyarakat agar membantu pengolahan biji untuk diperjualbelikan. Setelah itu, pemerintah Desa Cipada melakukan pelatihan dan edukasi kepada masyarakat mengenai keterampilan dalam mengelola kopi dengan tujuan untuk memberikan keterampilan kepada masyarakat Desa Cipada dalam mengolah kopi yang baik. Tidak hanya sampai di situ, kelompok petani kopi pun membangun beberapa kafe di sekitar Desa untuk menarik minat masyarakat terhadap kopi. Dengan pemasok utama biji kopi kafe-kafe tersebut adalah Kopi Bursel 7in dari Desa Cipada itu sendiri.
Dalam pengelolaan dan pemasarannya, Lembaga Masyarakat Desa Hutan menjadi pihak yang mendampingi kelompok petani kopi Kasi pemerintah Desa Cipada mengatakan, "Hasil produksi kopi di Desa kami sudah dipasarkan ke beberapa kafe dan ke luar daerah Bandung, neng. Bahkan kopi bursel 7in yang dibuat di Desa kami pun sudah sampai ke luar negeri, yaitu negara Jerman.". Saat ini pengelolaan Kopi di desa Cipada terus dikembangkan oleh warga sekitar, adanya Pabrik Kopi 7in sebagai suatu pemberdayaan yang diadakan oleh pemerintah desa Cipada, kopi 7in ini menjadi pabrik yang berkembang di desa Cipada sehingga bisa membuka peluang kerja yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat desa Cipada.
Terdapat hambatan dalam melakukan pemasaran kopi 7in ini, hal tersebut dikarenakan masyarakat desa Cipada kurang dalam mengelola visual branding atau digitalisasi, padahal digitalisasi sangat penting dalam penjualan yang mana bisa membuat cakupan penjualan lebih luas lagi. Hal ini berkaitan dari rendahnya minat masyarakat dalam melanjutkan Pendidikan serta kurangnya menerima digitalisasi, yang didasarkan pada keterbatasan ekonomi dan kurang motivasi untuk meningkatkan potensi yang dimiliki masyarakat, sehingga permasalahan digitalisasi sebagai sarana pemasaran kopi 7in yang lebih luas ini terhambat.
Pabrik Kopi 7in sebagai suatu pemberdayaan yang diadakan oleh pemerintah desa Cipada, kopi 7in ini menjadi pabrik yang berkembang di desa Cipada sehingga bisa membuka peluang kerja yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat desa Cipada. Tentunya pabrik kopi 7in ini bersifat berkelanjutan dimana terdapat pelatihan, dan pengembangan baik dalam kegiatan pengelolaan lahan maupun pengelolaan pabrik Kopi 7in tersebut.Â
Dengan demikian, perkopian ini memiliki potensi yang dapat menjadikan desa tersebut lebih diketahui oleh pihak-pihak luar sehingga diharapkan pihak luar dapat melakukan kunjungan ke Desa Cipada baik untuk sekadar melakukan jual beli kopi, maupun mengunjungi wisata alam yang dapat menguntungkan perekonomian masyarakat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H