[caption caption="Sumber gambar: ashcolton.blogspot.jp"][/caption]Aku bertanya pada awan, apa arti warna kelabu
Iba aku, jika ia melulu dilekat kesan ragu dan haru
Atau, dapatkah ia seoptimis metafora abu?
Seperti yang rutin mereka usapkan dari ranggas api daun palma yang diseduh menjadi kaldu
Anak-anakmu, awan...
Mereka melancong tanpa sempat berdandan
Dari wajah sepucat bubur sumsum itulah aku belajar mengenal duka
Serupa rombongan pelawat bertudung mantilla
Bernyanyi kidung muram setengah hati
Lalu tergesa pulang
Meninggalkan jejak bulir air mata yang lancang berkelit dari sekaan acak jemari
Cucumu, awan...
Ia jatuh karena perkara yang tak tentu
Darinyalah aku belajar mengenal pahit
Semacam risalah yang membanjur tanpa pernah kukehendaki
Tetesnya hanya menitik, kemudian pergi berlalu
Aku bahkan tak sempat menyapa seperti biasa,
"Apa kabar, saudari hujan? Rindukah itu, yang menjatuhkanmu perlahan?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H