Sekali lagi, keamanan yang saya dan Nisa alami belum bisa jadi patokan utama buat para traveler perempuan. Tanpa mengurangi simpati kami pada turis yang mendapat pelecehan seksual selama di India, saya mau mengimbau untuk tetap selalu waspada. Setiap wilayah di India pasti punya kondisinya sendiri, dan bisa saja ada wilayah lain yang kurang ramah bagi perempuan.
6. "India kan padet banget penduduknya, ih!"
Iya sih, katanya angka populasi orang di India adalah kedua tertinggi setelah China. Karenanya, saya berniat buat membuktikan Delhi yang legendaris karena kepadatan penduduknya. Saya jadi inget di sebuah forum jalan-jalan, ada orang yang minta rekomendasi tempat yang less crowded di Delhi. Eh jawabannya kochak. "Just don't go to Delhi." Bahaha.
Keylah... saya dah menyiapkan mental nih ceritanya. Tapi pas nyampe .... Kok ya B aja. *ketapketip*
Emang dah salah banget kalau yang disuruh komentar adalah nak Jakarta nyang tiap harinya jejel-jejelan di Stasiun Tanah Abang, tinggalnya di gang padat penduduk daerah Senen, dan doyan mainnya ke Pasar Baru dan Jatinegara. Mana? Mana padatnya, saya hadepin!
Di jam sibuk pun, penumpangnya nggak mak werrr berlarian begitu pintu kereta terbuka karena kereta selanjutnya bisa datang 3 menit sekali. Jadi meski penduduknya banyak, selama di Delhi saya nda liat ada penumpukan penumpang. Begitu dateng, langsung diangkut. Jadi meski padat, di dalam kereta pun masih terasa nyaman. Peron pun nggak sesak jadinya.
Dan yang bikin Delhi nggak terasa sesak mungkin karena mereka punya buanyak syekaleh ruang publik. Ada puluhan taman (gede-gede yes), museum, pusat jajan, alun-alun, benteng-benteng, dan makam! (Iya euy, makam aja bisa rapi ijo gitu kek tempat piknik.) Jadinya orang tuh nyebar gitu. Nggak ndelalah tumplek padet kayak di Monas, GBK, atau Kota gitu. Etapi gatau ding kalo lagi festival. Yo mesti rame sih pasti.
7. "Katanya banyak scam ya?"
Yang ini (sayangnya), tegas saya nyatakan: iya. Waduu, poin ini mah bisa jadi satu artikel sendiri. Banyak banget modusnya. Setiap travel blogger punya pengalaman jenis penipuan yang luar biasa banyak ragamnya. Tapi gatau ya ini India sebenarnya banyak scammer atau hanya kebanyakan orang dengan gelar S3 marketing. Pinter bat menggiring orang untuk mengeluarkan uang. Belom tahu dia, saya dah biasa kena tipu daya abang-abang Poncol.
Sebagai contoh, jasa transportasi yang nawarin muter ke langsung banyak tempat dengan harga murah di bawah rata-rata. Ehm, bisa jadi dia akan menyelipkan destinasi belanja "toko rekanannya" supaya dia dapat komisi. Atau contohnya di Jaipur nih, ada anak kecil yang repot-repot turun dari motornya dan nawarin apakah kami butuh bantuan buat difoto. Karena gak butuh, jadi kami jawab, "No, thanks". Tapi dia terus memburu, "Yes. Yes! Yes!" sambil maju-maju agresif. Karepmu, bleh ... Ngeyelo nganti sesok.
Atau bisa jadi petugas tempat wisata sediri yang melakukannya. Saat itu saya belum bener-bener dapat foto perempuan India dengan saree. Karena ada petugas kebersihan yang lagi leyeh-leyeh, saya tanya apakah saya boleh ambil fotonya. Dia ngangguk dan menyilakan saya duduk di sampingnya. Pas udah samping-sampingan, dia berbisik, "Money". Modyaro. Mintanya juga banyak, 100 rupees, alias 20.000 rupiah. Jadi kalau kamu liat seseorang lagi mejeng di background cakep, perlu curiga jangan-jangan ia sedang mejeng buat menarik seseorang untuk memotretnya.