Kukira itu air hujan yang terpercik dari hisop untuk membasuh sudut-sudut pesing kota. Kuharap ada kamper dalam bulirnya, untuk mewangikan dosa-dosa.
Dan api itu serupa pendar lampu jalan. Di bawahnya terbujur perempuan, menggelung meringkuk usai disesah. Pieta di trotoar. Perawan berjinjit pada tubir galian kabel serat optik. Tungkainya gemetar.
Apakah aku memicing untuk melihat 12 orang laki-laki berjalan satu-satu? Memastikan mereka bergiliran mencelupkan kaki ke baskom metal. Saat ditanya ada apa, jawabnya, "Aku bersih. Mohon permisi, saatnya lari pagi di Taman Getsemani."
Ayam berkokok pada kali ketiga. Mereka berhamburan, pergi berdua-dua sebelum tuntas les bahasanya.
Tak ada massa di Golgota. Semua dina papa sibuk bekerja. Pilatus jalan-jalan ke luar negeri, menunggu ultimatum dari Kemendagri.
/
Ia wafat, lalu bangkit lagi. Keluar goa. mendapati calo cat duco ketok megic.
"Apa maksudnya itu?" tanya-Nya polos menunjuk potongan bekas baliho. Tangannya bolong, lambungnya kosong.
Calo gusar. "Sekali kutulis, tetap kutulis!"
Duh, telinga Malkhus mendengar hal benar.
"Aku disalib di kota yang kelewat tegar."