Pada sesi belajar selanjutnya, Okta menemani saya duduk di sebuah bangku panjang. Sembari membawakan salah satu tas saya, ia berkisah tentang nama tengahnya yang sesungguhnya bukan nama sungguhan, melainkan nama belakang ‘fiktif’. ‘Maidana’ adalah nama seorang petinju terkenal yang diidolakannya. Pantas saja, saya sudah sempat dibuat menebak-nebak suku asal Okta ketika membaca nama tengahnya yang unik.
Sesungguhnya, Okta adalah anak yang riang dan terbuka, tidak sulit memancingnya mengutarakan apa yang selama ini menyusun bangunan mimpinya. Bahkan ia pernah berkisah tentang satu atau dua anak perempuan yang ia taksir dan akhirnya menjadi pacarnya. Tetapi ketika obrolan sudah bergulir di seputar relasi keluarga, Okta hanya memandang tak fokus entah ke mana. Suaranya memelan, gesture-nya menyiratkan keengganan.
“Saya kangen kak, sama kakak saya. Udah lama nggak ketemu.”
“Kok bisa? Memangnya kalo pulang, nggak ketemu?”
“Kan kakak saya kerjanya jauh kak. Jadi kalau pulang suka gak ketemu.”
“Oooh..”
“Kak, tolong cariin dong kak, data ulang tahun Maidana. Nanti di-print buat saya.”
“Maksudnya profil? Boleh. Minggu depan ya. Semoga nggak lupa.”
“Eh tapi Maidana gimana tulisannya?”
“Yah elah kak. Biasa aja hurufnya. Sini coba saya ketikin di google. Mana hapenya.”
Saya sudah hampir mengeluarkan ponsel, sampai melihat air muka Okta yang berbinar saat melihat ponsel saya yang sudah sedikit menyembul dari dalam tas. Buru-buru saya masukkan lagi ponsel tersebut.
“Oke deh gue udah tahu tulisannya. Kayak nama tengah lo kan?”
“Yah kakak. Sini saya ketikin.”
“(Senyam-senyum) Nggak usah.”
“Yah kak...”
Akalnya selalu banyak.
Seperti rasa rindu dan sepi yang Okta simpan, bisa jadi juga sangat banyak.
Hanya tak terungkap.
-Mei 2015-
Akhir Juni, saya akhirnya dapat bertemu mereka setelah absen mengajar karena alasan pekerjaan. Terkejut saya ketika mengetahui bahwa Okta yang selalu menyambut saya di gerbang dan menawarkan untuk membawa barang bawaan saya telah keluar dari panti.
Apapun keluhan dan hukuman yang dikenakan padanya, ia tetap seorang murid yang berkesan. Dan ini adalah tulisan lama yang akhirnya saya unggah untuk mengganjar kesan manis yang telah kami lewati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H