"It's Time to Back to The Root of All Modern Music", itu kata-kata yang saya pikir keren kalau sedang membicarakan musik Blues. Blues adalah akar dari semua musik modern, essensi nya bisa terkandung dalam musik apapun, baik itu progresi kord 12 bar nya, blue note nya, ataupun sisi ekspresif yang digunakan sebagai pengungkapan mood.
Nama Blues diberikan untuk jenis musik yang muncul di komunitas warga kulit hitam di selatan amerika pada akhir abad 19, berangkat dari ratapan , hymne, dan sisi spiritual budak-budak kulit hitam dengan pola call and response. Salah satu alasan saya menyukai Blues adalah musiknya yang soulfull, sisi penjiwaan itu tidak terlepas dari sisi historis Blues yang merupakan bentuk "ratapan" dari para budak kulit hitam di Amerika , Blues disenandungkan saat istirahat sore untuk meluapkan apa yang dirasakan dalam kehidupan mereka sabagai budak, dengan lirik yang menggambarkan ketertindasan mereka pula. Saya rasa hal itu yang membuat musik blues begitu soulfull, ini adalah salah satu bentuk katarsis. meskipun saya bukan budak dan hidup di era bebas di negara merdeka, Blues tetap saja terasa sangat menyentuh bila dimaninkan. Pola 12 bar merupakan salah satu progresi dari blues yang paling populer, perpaduannya dengan scale pentatonic membuat Blues juga sangat menyentuh ketika dimainkan dalam bentuk instrumentalis. walaupun pada awalnya blues dinyanyikan tanpa Instrumen, namun kemudian berkembanglah Gitar sebagai instrumen dan hingga kini blues modern pun sering diasosiasikan dengan gitar. Ada juga yang disebut dengan Delta Blues, jenis blues ini berkembang di Wilayah Delta Missisipi, biasanya musisi delta blues juga menggunakan harmonika sebagai Instrument tambahan, ditambah lagi pada era Delta Blues ditemukan gitar resophonic atau yang biasa disebut dobro untuk menjawab masalah minimnya suara gitar, sedangkan pada waktu itu pick up dan amplifier gitar belum ditemukan. Gitar tersebut lalu dimainkan dengan Slide untuk menghasilkan glisando yang mendayu-dayu, ditambah dengan karakter gitar resophonic yang berbuyi "kekaleng-kalengan" karena resonator dan body logamnya, maka kemudian terkenallah jenis blues ini sebagai Slide Delta Blues.
Musik Blues sedikit demi sedikit mulai naik pamor dan menjamah wilayah mainstream ketika era kebangkitan modern blues, beberapa musisi blues mulai dikenal secara luas dan mulai dijuluki sebagai legenda seperti B.B King, Albert King, Budy Guy, dan Albert Collin, gitar pun tidak terlepas dari para legenda itu hingga melekat menjadi ciri khasnya, sepeti B.B King dengan Gibson Lucile nya, Albert King dengan Flyng V nya, Budy Guy dengan telecaster polkadotnya, hingga Albert Collin yg terkenal sebagai king of Telecaster. Perpaduan dengan musik rock membuat blues semakin diterima secara luas, dimulai dengan Jimi Hendrix dengan permainan Psycedelic nya, SRV, hingga Gary Moore yang berpindah dari metal dan konsisten di Minor Blues , mereka yang saya sebutkan diatas adalah legenda yang memiliki ciri masing-masing pada setiap musiknya, meskipun berangkat dari satu aliran dan akar yang sama. Pengahayatan dari musik blues menurut saya muncul karena memang pada mulanya musik ini memang digunakan untuk mengungkapkan keprihatinan atas hidup, saya pernah mendengar dan belakangan ini saya selalu menyatakan bahwa "Blues Got a Soul", blues memang punya jiwa, kita harus memainkan dengan jiwa, setidaknya ada penghormatan atas penderitaan para budak di masa lampau hingga berkembanglah blues sampai sekarang. Ada satu ungkapan (yang saya ambil dari judul lagu Muddy Water) bahwa "Blues Had a Baby And Their Named it Rock n Roll". Ada benarnya kaena rock n roll memang turun dari Progresi Blues 12 Bar , yang selanjutnya menurunkan Rock hingga ke Subgenre dan pecahannya hingga sekarang, itulah mengapa dikatan sebagai "Root of All Modern Music". Jadi menurut saya tidak berlebihan kalau ada yang bilang "Belajarlah Blues untuk memahami semua musik modern". ada sedikit pengalaman soal blues yang saya ingin bagikan disini, di Indonesia ada seorang musisi blues bernama Rama Satria yang menurut saya beliaulah bluesman yang paling total permainannya di Indonesia, albumnya sendiri entah kenapa tidak beredar di Indonesia, sehingga tiap penampilannya hanya bisa saya nikmati lewat youtube. suatu ketika saya menemukan sebuah akun facebook dengan nama beliau, tanpa pikir panjang kemudian saya add, dan diapprove kurang dari 24 jam. Saya memberanikan diri untuk bertanya soal blues dari beliau untuk menggali lebih dalam lagi soal blues, ternyata semua hal yang saya tanyakan dijawab oleh beliau dengan penjelasan yang masuk akal dan membuat saya sedikit demi sedikit mulai paham soal blues. dari beberapa kali ngobrol melalui chat Fb , saya bisa menangkap bahwa skill bukan satu-satunya hal yang diperlukan, justru yang harus kita asah adalah soul, saalah satunya dalah memahami apa yang dirasakan para budak kulit hitam waktu itu, tentu bukan dengan cara menjadi budak, karena setiap orang punya derita dan keprihatinan masing-masing, dengan masalah kita masing-masing kita bisa menggali sisi terdalam batin kita dan dengan mengerti dasar blues maka kita akan mendapatkan soul dari blues itu sendiri, setidaknya itu yang bisa saya tangkap dari musisi yang punya semboyan 1% skill 99% Soul itu. Saya juga belajar konsep sharing dan bukan komersialitas, bahwa karya yang kita hasilkan seharusnya adalah apa yg kita ingin mainkan, bukan apa yang orang lain kita mainkan, saya sebut itu idealis, tapi diralat oleh beliau yang berkata itu Realistis, realistis memang jika kita berkarya tanpa hambatan, membuat apa yang ingin kita buat tanpa mengkhawatirkan hal apapun. Di Indonesia sendiri blues belum menyentuh wilayah mainstream, meskipun akhir-akhir ini mulai naik daun karena dianggap musik yang berkelas (perkembangan yg sama dengan stand up comedy yang dianggap guyonan berkelas). tidak banyak musisi blues Indonesia yang bisa saya sebutkan, selain Rama Satria, mungkin ada beberapa nama seperti Gugun (Blues Shelter), Adrian Adioetomo, dan Bapak-Bapak dari Ina Blues itu, mungkin juga ada beberapa nama yang disebut bluesman karena pernah membuat lagu blues seperti Ismail marzuki menciptakan Juwita malamdan Benyamin S yang salah satu lagunya yg berjudul anakku memang kental dengan aroma blues. Menurut saya menikmati blues bukan soal usia, bukan soal kelas sosial, apalagi soal gengsi, blues adalah soal kajujuran dan pengungkapan apa yang ada yang ada di dalam hati kita. Blues adalah media katarsis untuk menguras habis-habisan kegelisahan hati kita.
"Yeah...it's time to back to the root" *Lagi-lagi saya sertakan video untuk sedikit menhibur bagi anda yang sudah mampir baca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Lyfe Selengkapnya