Hari-harinya dalah kesakitan! Kesakitan!
Ingin rasanya berlari. Tapi kemana? Tempat itu terlaku asing baginya. Bulan melirik dengan sinarnya. Gemuruh ombak tak lagi menarik hatinya. Semua yang dilihatnya kini buram. Jahat! Air matanya jatuh. Enatah menahan sakit atau marah.
"Aku harus pergi! Kemana saja. Ya!" ucapnya dengan tekad bulat.
Langkahnya hati-hati. Bola matanya bermain lincah melihat orang-orang disekelilingnya. Benarkah tidak ada yang melihat? Langkahnya dipercepat. Sepanjang jalan hanya ada pergulatan batin yang terus meledak. Ia hanya bicara pada angin, bintang, bulan, dan rumput. Berjalan dan terus berjalan, hingga alas kakinya rusak. Kepalanya pening, matanya buram, kelelahannya memuncak. Pertiwi? Ya semakin beduka. Anakku sayang...
"Lihat, Ma..!!" ucap Surya sambil menunjuk anak kecil yang terjatuh lemas dihadapannya.
" Maaf, Dik. Adik ini siapa?" Tanya Surya dengan wajah panik, tanpa jawaban dari anak itu.
Dilihatnya bocah lelaki itu pingsan. Suhu badannya panas, seperti bara api. Wajahnya pucat pasi, tak ada pesona. Matanya cekung. Tanpa berpikir panjang, dimasukkannya tubuh mungil itu kedalam mobil dan melesat cepat.
***
"Dia harus dirawat. Dimana orangtuanya?" Tanya Dokter.
"Saya tidak tahu, Dok. Tidak ada identitas yang saya temukan, tapi saya bersedia untuk bertanggung jawab terhadap biayanya, Dok" jawab Surya.
'Pemeriksaan sementara, terjadi infeksi di anusnya. Saya mencurigai dia adalah korban paedofilia. Pasti telah terjadi berulang-ulang, karena infeksinya sudah akut. Pencernaannya juga mengkhawatirkan. Untuk lebih meyakinkan lagi, sebaiknya kita tunggu sampai dia sadar. Saat ini kondisinya sangat kritis" uraian dokter mengejutkan Surya.