Data statistik menunjukkan bahwa tingkat stres yang dialami oleh suami yang menganggur lebih tinggi dibandingkan dengan suami yang bekerja. Menurut survei yang dilakukan oleh American Psychological Association, suami yang menganggur memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan suami yang bekerja, dengan selisih hampir 10%.Â
Efek stres tak hanya berdampak pada istri, namun juga suami. Data dari National Institute of Mental Health juga memaparkan bahwa suami yang menganggur juga lebih rentan terhadap depresi dibandingkan dengan suami yang bekerja karena merasa tidak memiliki tujuan dan cenderung merasa tidak berguna.
Menurut data dari United States Census Bureau, tingkat kejahatan yang dilakukan oleh suami yang menganggur juga lebih tinggi dibandingkan dengan suami yang bekerja. Hal ini disebabkan karena suami yang menganggur mungkin merasa tertekan secara finansial sehingga mengarah pada perasaan frustrasi yang dapat menyebabkan tindak kejahatan, terutama aksi pencurian dan penjambretan.
Untuk itu, diperlukan langkah-langkah untuk mengurangi beban yang dialami oleh suami yang menganggur antara lain:
- Mencari sumber penghasilan tambahan. Meskipun tidak dapat bekerja secara formal, suami yang menganggur dapat mencari sumber penghasilan lain yang sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki.
- Memanfaatkan momentum saat tidak bekerja sebagai kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri. Suami yang menganggur dapat menjadikan waktu yang tersedia sebagai kesempatan untuk belajar hal-hal baru.
- Mencari kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan. Mencari kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan dapat membantu suami yang menganggur merasa lebih berguna dan memiliki tujuan dalam hidup.
- Mengajak suami untuk berdiskusi dan membuat rencana keuangan.Â
Sikap Seorang Istri Ketika Menghadapi Suami yang Menganggur
Menghadapi suami yang menganggur tentu tidak mudah bagi seorang istri. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang istri untuk membantu suami yang menganggur mengatasi beban yang dihadapinya:
- Senantiasa mendukung dan bersikap positif. Istri harus dapat memberikan dukungan kepada suami dengan cara tetap bersikap positif dan memberikan semangat. Sikap positif tersebut dapat menjadi booster bagi suami untuk kembali menemukan kepercayaan dirinya dan bangkit dari keterpurukan.Â
- Tetap menghargai suami meskipun kondisi suami sedang tidak bekerja. Hal ini merupakan salah satu poin terpenting karena keretakan rumah tangga bermula dari istri yang tidak menghargai suaminya saat menganggur sehingga suami merasa tidak dihargai dan makin terpuruk, terlebih bila istrinya kemudian mengambil alih peran sebagai tulang punggung keluarga. Oleh karena itu, diperlukan jalinan komunikasi yang baik dan sikap saling menghargai antara suami-istri. Hal ini merupakan poin yang paling sulit dilakukan, namun bila dapat dilakukan maka akan berdampak besar bagi keharmonisan suami-istri tatkala suami menganggur. Bila tidak mampu dilakukan, maka akan menjadi pemicu utama pertikaian rumah tangga.Â
- Mencari alternatif solusi untuk membantu mengurangi beban keuangan. Seorang istri dapat membantu suami  mencari informasi dan ide sumber penghasilan sampingan. Walaupun tidak bekerja secara formal, suami yang menganggur mungkin masih bisa mencari sumber penghasilan dari pekerjaan sampingan.Â
- Mengajak suami untuk berdiskusi dan membuat rencana masa depan keluarga.
- Mencari bantuan profesional (baik psikolog maupun konsultan perencana keuangan) jika diperlukan. Jika seorang istri merasa bahwa suaminya mengalami tekanan yang berat dan tidak mampu mengatasinya sendiri, sebaiknya mencari bantuan dari profesional seperti psikolog. Istri juga dapat meminta bantuan konsultan perencana keuangan untuk memberikan solusi atas kondisi suami yang masih belum bekerja.
Permasalahan utama yang timbul dari suami yang menganggur adalah finansial. Tidak adanya pemasukan sedangkan kebutuhan rumah tangga terus ada setiap harinya membuat istri harus mengambil langkah untuk mensiasati tekanan ekonomi dalam rumah tangga.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menyikapinya antara lain:
- Membuat rencana keuangan. Membuat rencana keuangan yang realistis, melakukan penghematan, membuat skala prioritas, dan memastikan bahwa pengeluaran tidak melebihi pendapatan. Istri dapat mencari cara untuk menghemat pengeluaran keluarga, seperti dengan membandingkan harga barang dan jasa sebelum membelinya atau mengurangi pengeluaran untuk keperluan sehari-hari yang tidak terlalu penting. Hal ini akan membantu istri mengatur keuangan keluarga dengan lebih baik dan menghindari masalah keuangan di kemudian hari.
- Meminta saran atau bantuan dari lingkungan sekitar. Jika seorang istri merasa sulit mengelola keuangan keluarga karena suami yang menganggur, lebih baik meminta saran dari kolega, kerabat, atau teman yang sekiranya dapat memberikan saran atau bantuan finansial sementara waktu sampai situasi keuangan keluarga membaik.
- Istri dapat membantu mencari sumber penghasilan tambahan.
Istri Terpaksa Menjadi Tulang Punggung Saat Suami Menganggur
Data statistik menunjukkan bahwa sebagian besar istri yang bekerja karena suami menganggur berusia antara 25-34 tahun. Menurut data dari United States Census Bureau, pada tahun 2019, sebanyak 35,3% istri berusia 25-34 tahun bekerja karena suami menganggur, sedangkan pada tahun 2018, sebanyak 35,6% istri berusia 25-34 tahun bekerja karena suami menganggur. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia yang relatif muda dan pernikahan yang mungkin baru seumur jagung, seorang istri harus menanggung beban yang tidak mudah yaitu menghadapi kondisi suami yang tidak bekerja sekaligus berperan sebagai pencari nafkah utama keluarga. Dari sisi jenjang pendidikan, Â sebanyak 63,7% istri yang bekerja karena suami menganggur berpendidikan setidaknya sampai dengan tingkat SMA atau setara. Sementara itu, sebanyak 36,3% istri yang bekerja karena suami menganggur berpendidikan setidaknya sampai dengan tingkat perguruan tinggi atau setara (Bureau of Labor Statistics, 2020). Dari data tersebut dapat kita tarik kesimpulan awal bahwa dengan jenjang pendidikan yang minimum (hanya setara sekolah menengah) yang mana dengan tingkat pendidikan tersebut hanya mampu bekerja sebagai buruh atau pekerja pabrik, seorang istri harus bekerja keras menafkahi keluarganya saat suami belum atay tidak bekerja.Â