Kalibata City dengan busana muslim warna-warni. Di antara mereka ada yang datang dari sekitar lokasi ada juga yang dari jauh.
Sabtu sore menjelang buka puasa rombongan anak-anak yatim/ piatu memadati MallDi atas panggung saya sedang mengajak anak-anak yang sudah datang sejak ba'da shalat ashar dengan bershalawat, berdzikir, dan hafalan surah An Naba, An Naziat, 'Abasa serta memandu kuis terkait keagamaan.
Waktu menjelang puasa semakin dekat, saya memetik gitar dan mengajak anak-anak tersebut menyanyikan lagu "Indung-Indung dan Kota Santri." Walaupun dari raut wajahnya anak-anak ini tampak lelah karena masih berpuasa dan sebagian berasal dari daerah pinggiran kota yang jauh namun semangatnya patut diacungi jempol.
Setelah semua anak merasa nyaman saya meraih wayang untuk mendongeng dengan tema bersyukur. Saya memilih tiga wayang dari sekian wayang yang saya bawa. Ketiga wayang tersebut mewakili sosok Si Botak, Si Belang, dan Si Buta.
Dikisahkan dari Kitab Sahih Bukhari Muslim bahwa pada jaman dahulu kala di Bani Israil hiduplah tiga orang manusia yang kondisinya memprihatinkan. Ketiganya cacat dan miskin.
Terhadap keadaan yang demikian, Allah mengutus malaikat untuk berwujud manusia dan mendatangi ketiga orang tersebut. Maka, berkatalah malaikat dalam wujud manusia tersebut.
"Wahai kamu Si Botak jika Allah Tuhanmu mengabulkan doamu, permohonan apa yang kau inginkan?"
"Wahai saudaraku, doakan agar aku tidak botak sebab dengan keadaanku seperti ini aku jadi malu."
"Ok baiklah, saya akan berdoa untukmu dan tolong bantu mengaminkan."
Malaikat dalam wujud manusia itu pun berdoa, sedangkan Si Botak membantu mengaminkan. Kemudian malaikat tadi memegang kepala Si Botak. Seketika itu tumbuhlah rambut yang hitam legam di kepa la Si Botak. Keduanya pun bersyukur.
"Wahai orang yang tadinya botak, sekarang kamu sudah tidak botak lagi permohonan apa lagi yang kamu inginkan?"