Bila masih mungkin kita menorehkan bakti
Atas nama jiwa dan hati tulus ikhlas
Mumpung masih ada kesempatan buat kita
Mengumpulkan bekal perjalanan abadi
Sebait lagu "Masih Ada Waktu" ciptaan Ebiet G. Ade saya nyanyikan untuk membuka pelatihan guru di Hotel Ros-In Yogyakarta. Sekitar 200 guru larut mengikuti irama lagu.
Setidaknya ada 2 alasan mengapa saya membuka pelatihan pagi itu dengan lagu tersebut. Pertama, semua peserta adalah para guru yang berasal dari berbagai kota di Yogyakarta pastinya familier dengan lagu tersebut. Kedua, untuk memotivasi para guru bahwa masih ada waktu bagi kita untuk belajar dan berbakti mengumpulkan bekal menuju perjalanan abadi.
Setelah berhasil "mengambil hati" para guru saya mengajak peserta pelatihan tersebut berdiri. Mula-mula berbaris memanjang ke belakang, kemudian berhadap-hadapan. Saya berharap dengan begitu mereka saling menatap, saling mengenal. Karena biarpun berasal dari satu kota nyatanya mereka tidak atau belum saling kenal dan jika kondisi ini dilanjutkan maka pelatihan tidak berjalan maksimal.
Setelah mereka saling berhadapan saya memberikan contoh gerak dan lagu sebagai berikut untuk dipraktikkan sebelum materi inti saya sampaikan.
Ayam ayam ayam (menirukan gerakan ayam)
bebek bebek bebek (menirukan gerakan bebek)
ayam bertemu bebek hadap-hadapan
(kedua telapak tangan dipertemukan di depan wajah)
salam-salaman (semua peserta saling bersalaman)
Satu, dua kali mereka melakukan permainan ini masih terlihat canggung, belum serasi antara ucapan dan gerakan. Saya meminta agar semua peserta pelatihan menguasai dulu permainan ini dan setelah pelatihan harus dipraktikkan di sekolah tempat bertugas karena suatu saat saya dan perwakilan dari P.T. Unilever akan mengunjungi setiap sekolah.
Saya bersyukur karena pada akhirnya para peserta dapat melakukan permainan ini dengan baik. Bahkan dr. Leo, Ibu Uty Samudra, dan panitia dari Intermetrik yang selama ini mendampingi penulis baik ketika di Jakarta, Yogyakarta, Bandung, maupun Surabaya ikut bergabung dengan peserta melakukan hal yang sama. Hal ini tentu saja membangkitkan semangat peserta pelatihan.
Menyaksikan semua peserta antusias, tumpukan doorprize yang sedianya baru akan dikeluarkan setelah jam 13.00 WIB pun beberapa bungkus diambil dan diberikan kepada peserta yang paling pas dan luwes gerakannya.
Setelah istirahat selama 15 menit pelatihan dilanjutkan dan suasana sudah sangat berbeda mereka sudah saling kenal, akrab dan tidak kaku.
Selanjutnya saya meminta agar peserta membentuk kelompok sesuai dengan rumpun pelajaran yang diampunya. Panitia membagikan alat-alat tulis yang akan digunakan untuk berdiskusi. Kemudian mereka berdiskusi sesuai dengan tugas yang saya berikan. Peserta pelatihan mengambil posisi yang nyaman bahkan ada beberapa kelompok yang mengerjakan tugasnya tidak di meja diskusi tetapi memilih “ngglengsor” (duduk di bawah) beralaskan karpet merah tebal.
Diskusi berlangsung selama 40 menit dilanjutkan dengan praktik mengajar sesuai dengan materi yang baru saja didiskusikan tiap kelompok. Sesekali saya memberikan masukan agar dalam penyampaian di kelas bersama murid-muridnya memberikan kesempatan kepada murid-murid lebih aktif bukan hanya gurunya yang aktif.
Pukul 16.00 WIB pelatihan pada hari itu berakhir. Keesokan harinya akan berdatangan peserta lain dengan jumlah yang sama. Semua peserta pelatihan senang karena mendapatkan tambahan ilmu, poster-poster pendukung pembelajaran, dan goody bag. Ba'da shalat Isya' dr. Leo dan Ibu Uty Samudra menyarankan agar saya mengunjungi orang tua. Saya setuju kemudian mengajak team berkunjung ke rumah orang tua di Pundong.
Sepanjang perjalanan menyusuri jalan Parangtritis teman-teman heran dengan suasana yang damai, keramahan penduduk dan murahnya harga makanan pada saat itu. Di desa Pundong saya mengajak makan mie bomber, di desa Paker tepatnya di sebelah barat jembatan paker kami makan tongseng kambing dan beberapa kuliner lainnya.
Road show pelatihan pembelajaran aktif bertajuk “Life buoy berbagi sehat,” yang berlangsung setiap 6 bulan ketika itu selalu berlangsung meriah, penuh makna. Ada pun beberapa manfaat yang dapat diperolah dari pelatihan ini antara lain; Pertama, anatarguru dalam satu kota/ wilayah menjadi saling kenal. Kedua, mendapatkan tambahan ilmu yang bemanfaat. Ketiga, memiliki kemampuan mengajar lebih baik. Keempat, guru termotivasi untuk terus belajar. Kelima, menguasai praktik pembelajaran aktif. Keenam, membangun sinergi dan kumunitas untuk saling berbagi memajukan pendidikan di Indonesia.
Hotel Ros-In menjadi tempat berkumpulnya para guru di Yogyakarta. Hotel Jayakarta di Bandung menjadi tempat berkumpulnya para guru di Jawa Barat. Sementara itu Hotel Narita menjadi tempat berkumpulnya para guru di Jawa Timur, sedangkan di Jakarta menempati berbagai hotel dan sekolah sebagai tempat berlatih, menimba ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H