Berbaring (Belajar Bersama Dalam Jaringan) yang diselenggarakan oleh JakDisdikTV PUSDATIKOMDIK berkolaborasi dengan LPMP DKI Jakarta. Setahu Jono, program ini awalnya digagas oleh LPMP DKI Jakarta.
Jumat, 18 November 2022. Jono mengikuti kegiatanHari ini sebenarnya Jono sedang tidak baik-baik saja. Sejak pagi ia sakit, perutnya perih seperti ditusuk-tusuk jarum namun ia tetap mengajar. Siang harinya pukul 13.30 WIB, Jono akan mengikuti acara “Berbaring.” Pukul 08.12 WIB, Jono tak kuat menahan sakit hingga dibawa ke UGD Kebayoran Lama. Sesampai di UGD, dokter mengambil beberapa tindakan yaitu; injeksi obat, pasang infus, mengambil sampel darah lengkap, faal hati. Kemudian memberikan obat-obatan seperti spuit 10 ml, spuit 5 ml, catheter/ abbocath/ venion 22 G, infus set macro (nipro), water for injeksi 20 ml, ketorolag injeksi 30 mg, esomeprazole injeksi 40mg, asam mefenamat 500 g, asetilsistein 200 mg, tramadol 10 mg, amlodipine 5 g, NaCl 0,9%, dan omeprazola 20 mg kapsul.
Allah Maha Tahu niat hambanya. Tepat pukul 13.26 WIB, Jono diijinkan dokter untuk kembali ke sekolah dengan berobat jalan. Sesampai di sekolah Jono langsung membuka hape untuk mengikuti zoom meeting. Jono sudah terlanjur "jatuh cinta" dengan program "Berbaring," LPMP DKI Jakarta karena selalu menghadirkan pembicara yang ahli dibidangnya. Kurang puas dengan tampilan zoom di hape Jono menuju ruang guru dan berganti laptop hingga acara usai.
Menghadirkan pembicara kondang Dra. Niniek L. Karim, M.Si (Psikolog/Pekerja Seni) materi yang disampaikannya sangat memukau. Acara yang dipandu oleh 2 moderator cantik, Heni Mulyani, M.Si (Widyaprada BPMP Provinsi DKI Jakarta) dan Ismi Latifah (Tenaga Ahli Pusdatikomdik Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta) tema yang disampaikan pembicara ini semakin bermakna.
Menyampaikan tema “Dampingi Anak Tumbuh Kembang Bahagia dengan Tutwuri Handayani,” narasumber memulai sesi dengan menayangkan slide bertuliskan “Sekapur Sirih.” Sejak janin manusia terbentuk sudah dibekali dengan ‘permatanya’ masing-masing. Permata yang berupa potensi-potensi yang siap untuk digali, ditemukan dan diasah. Bagaimana permata itu bisa diasah agar terwujud sebagai kekuatan yang paling optimal dan paling ampuh dalam melakoni hidup ini. Hidup ini adalah tantangan.
Konon kata Abraham Maslow, bahagia sempurna akan manusia rasakan bila ia berhasil mengasah potensinya secara optimal sehingga bisa indah cahayanya, bisa menyinari diri, juga lingkungannya. Itulah sejatinya impian manusia.
Kemudian beliau menyampaikan tentang pentingnya berpikir positif, perasaan positif, perilaku positif. Untuk menumbuhkan semangat positif membutuhkan waktu dan kesabaran, kesungguhan dan kemitraan, dari semua pihak yang terkait.
Kemudian beliau juga menyampaikan pentingnya mengenal diri dengan menjawab pertanyaan “Siapakah aku?” Peserta “Berbaring” diminta menuliskan minimal lima belas kalimat yang dimulai dengan, “Aku adalah …..”
Kemudian diajak memprediksi atau membayangkan, ”Yang ingin kutemui, lihat, alami sebagai pamong di 2, 3, 4, 5 tahun mendatang, dan seterusnya. Yang ingin kutemui, lihat, alami bersama anak didik dan tim di 2, 3, 4, 5 tahun mendatang, dst. Yang ingin kutemui, lihat, alami bersama anak didik dan tim untuk Indonesia kita?”
Dalam diskusinya pembicara menyampaikan tentang anaknya yang menyukai wayang, kisah Mahabarata, Ramayana, dan mitologi Yunani. Menurutnya anaknya pernah berkata ketika beliau menanyakan tentang pilihannya terkait kuliah dan bekerja. Anaknya menjawab, “Saya hidup untuk bahagia Ma, bukan mencari uang.”
Kepada para peserta “Berbaring” narasumber berpesan agar menghindari penggunaan kata "namun" dan "tapi" ketika mengidentifikasi anak kandung atau anak didiknya. Lebih baik menggunakan kata syukur, dan Alhamdulillah. Dalam mendidik anak dengan filososfi Tutwuri Handayani beliau mengingatkan, “Yang membahayakan untuk anak, kita arahkan. Beliau menggarisbawahi teori belajar “Tabularasa” atau meja lilin. Bahwa semua anak terlahir putih bersih seperti meja lilin.