Mohon tunggu...
Widadi Muslim
Widadi Muslim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang energik, atraktif dan murah senyum. Motivator dan penulis buku kependidikan. Juara kedua kompetisi edukasi Anlene Hidup Penuh Makna. Saat ini mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 164 Jakarta Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puisi Akrostik, Apaah Tuh?

30 Oktober 2022   14:22 Diperbarui: 30 Oktober 2022   14:46 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mentari bersinar cerah. Burung-burung berkicau riang. Angin bertiup perlahan. Bel telah dibunyikan. Peserta didik duduk rapi di ruang kelas.

"Selamat pagi anak-anak."

"Selamat pagi Pak Guru."

"Hari ini kita akan belajar menulis puisi. Hayo siapa yang tahu, apakah puisi itu?

"Puisi adalah karangan terikat pak." Jawab Cahyo.

"Ada lagi yang mau menjawab?"

"Puisi adalah karangan yang indah Pak." Jawab Rosdiana.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

Siapa yang pernah mendengar istilah puisi akrostik? Sebagian anak menggelengkan kepala, ada juga yang saling pandang. Tiba-tiba...

"Puisi yang disusun dari nama orang Pak." Teriak Aurel.

" Puisi yang setiap barisnya diawali dari huruf awal nama orang Pak." Jawab Putra.

Menurut Wikipedia akrostik adalah sebuah bait dimana huruf pertama dari setiap barisnya menampilkan sebuah kata, pesan, atau abjad.

"Baiklah mari kita berlatih, Pak Guru pinjam nama Aurel ya?" Dengan malu-malu Aurel menjawab, "Iya boleh Pak."

A ku punya cita-cita

U untuk membahagiakan orang tua

R asanya itu sudah cukup

E nak rasanya jika terwujud

L ihat senyum bahagia ayah bunda

"Pakai nama Bapak dong." Teriak Aris yang duduk paling belakang.

"Iya dong Pak." Sahut murid-murid hampir serentak.

Penulis nggak bisa menolak, khawatir mereka kecewa.

"Baiklah, perhatikan ya."

W aktu terus berlalu

I ingin aku memperbaiki diri

D an semakin mendekati-Mu

A gar bahagia hidupku

D an berkah umurku

I ndah nian jika itu terjadi

Horeeee, serentak anak-anak berteriak sembari bertepuk tangan.

"Nah anak-anak kini kalian sudah mengerti puisi akrostik dan sudah membuat contohnya, sekarang saatnya kalian berlatih membuat puisi sendiri."

Anak-anak pun mulai membuat puisi akrostik. Setelah 3 kali pertemuan, penulis berhasil memilih 47 judul puisi yang layak untuk disimak. Penulis menambahkan 3 judul puisi lagi sehingga berjumlah 50 puisi.

Puisi-puisi tersebut kemudian penulis susun dan kirim ke Mediaguru. Setelah melalui proses editing oleh tim Mediaguru jadilah buku dengan cover yang indah dan konten inspiratif dengan judul "Asyiknya Menulis Puisi Akrostik." Adakah sahabat Kompasianer yang minat? Hehehe....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun