Objek wisata berupa masjid saat ini sudah banyak ditemui. Baik masjid dengan desain modern maupun masjid legendaris seperti Masjid Agung Demak di Jawa Tengah. Tapi tahukah kita di wilayah Sumatera tepatnya di Kabupaten Kampar Provinsi Riau ada bangunan bersejarah sebuah masjid yang umurnya lebih dari seabad?
Saya tidak tahu sebelumnya, ketika baru menginjakan kaki di Riau tahun 2011. Baru tahun 2013 lalu saya berkesempatan melihat langsung masjid tersebut meski tidak singgah. Nama masjid tersebut adalah Masjid Jami' Air Tiris. Meskipun bernama Air Tiris yang merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Kampar, namun lokasi masjid ini berada di Desa Tanjung Berulak. Dinamakan Air Tiris karena dulu waktu dibangun wilayah tersebut masih merupakan wilayah Air Tiris.
Berdasarkan Deskripsi Historins Cagar Budaya Tak Bergerak di Kabupaten Kampar awal mula pembangunan masjid adalah ketika Engku Mudo Sangkal hendak melaksanakan sholat Dzuhur. Namun ternyata beliau tidak menemukan masjid ataupun tempat sholat, padahal daerah tersebut merupakan daerah yang ramai karena merupakan tempat perdagangan atau pasar.
Proses pembangunan masjid ini cukup panjang, dimulai dari izin kepada Datuak Palo, Datuak Palo merupakan nama lain dari Wali Nagari atau sepangkat dengan Kepala Desa. Kemudian dimusyawarahkan bersama Ninik Mamak yang kemudian menyetujui pembangunan masjid yang diusulkan oleh Engku Mudo Sangkal. Dalam musyawarah itu pula diperoleh beberapa kesepakatan mengenai tanah, kayu, tukang dan lain-lain sehingga berdirilah Masjid Jami'Air Tiris seperti yang kita lihat sekarang.
Karena tanah untuk mendirikan masjid dicarikan oleh Ninik Mamak maka status tanah hingga saat ini merupakan tanah ulayat. Tanah ulayat merupakan tanah milik bersama masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Kayu yang digunakan untuk membangun masjid ini juga merupakan kayu pilihan yaitu kayu tentangu, kayu yang tahan panas dan hujan.
Ketika berkunjung ke masjid ini kita akan menemukan bangunan yang berbeda dari masjid pada umumnya. Arsitektur masjid mirip dengan arsitektur Masjid Agung Demak, dengan atap bersusun tiga. Sedangkan bangunannya dibuat panggung untuk menghindari banjir karena lokasi masjid dekat dengan Sungai Kampar.
Di dalam bangunan masjid terdapat tiang-tiang yang juga dari kayu. Tiang kayu ini berjumlah empat puluh, sebagai lambang jumlah minimal jamaah sholat Jumat. Tiang ini belum pernah ganti sama sekali dari awal pembangunan hingga saat ini. Hanya bagian atap dan lantai yang pernah diganti sehingga bangunan yang pada saat pendiriannya tidak menggunakan paku besi kini telah menggunakan.
Masjid ini bisa dijadikan salah satu tujuan wisata libur akhir tahun ini atau malah libur tahun baru, apalagi di Kabupaten Kampar sudah memiliki banyak tempat wisata baru. Bagi yang berada di sekitar Kabupaten Kampar maupun sekitaran Riau perjalanan darat masih bisa dijangkau. Namun bagi yang jauh dari Riau atau bahkan di luar pulau Sumatera, mungkin perlu singgah dulu ke Pekanbaru, naik pesawat maksudnya hehehe.