Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan program yang sangat diminati mahasiswa untuk mengembangkan diri untuk meningkatkan jiwa kreativitas. Salah satu bidang yang sangat popular yaitu Program Kreativitas Mahasiswa -- Riset Eksakta (PKM-RE). Pada tahun 2023 ini, tim Bio-Silika, Agris Soufri Laila (Agroteknologi), Kemal Bakhtiar Rahman (Agroteknologi), Safira Azkia (Kimia) dan Muhammad Rafli (Teknik Kimia) mahasiswa asal Universitas Sumatera Utara (USU) ikut turut serta dalam bidang ini.
Agris dan tim mengangkat latar belakang krisis pangan dan ketersediaan limbah yang melimpah untuk mendukung program food estate. Diketahui bahwa, pandemi COVID-19 melanda Indonesia sejak Tahun 2020. Menurut data worldometer, Indonesia urutan ke-37 dunia wabah COVID-19 dengan jumlah lebih dari 20 provinsi yang telah terjangkit. Tentunya mengganggu beberapa sektor yang menyokong kehidupan, termasuk sektor Pertanian. Sektor pertanian menjadi sorotan karena memiliki kaitan erat dengan ketahanan pangan Nasional. Ketahanan pangan menjadi suatu cara untuk menghindar dari krisis pangan yang seakan menjadi momok bagi Indonesia. Berbagai program direncanakan dan dilakukan pemerintah di Indonesia untuk mengatasi krisis pangan. Salah satu program yang menjadi polemik adalah program food estate. Salah satu komoditi yang dibudidayakan dalam program ini yaitu jagung. Untuk memenuhi program tersebut dilakukan pembukaan lahan hutan dan areal lahan yang kurang produktif.
Di Sumatera Utara, tanah ultisol dipilih sebagai untuk program food estate karena memiliki luasan hingga 25% luasan daratan di Indonesia. Namun, tanah ultisol memiliki tantangan tersendiri yaitu sulitnya tanaman jagung untuk beradaptasi akibat rendahnya tingkat kesuburan tanah. Silika dapat disintesis melalui limbah perkebunan, seperti cangkang kelapa sawit. Kandungan unsur silika pada abu cangkang kelapa sawit sebesar 61%. Dalam 1 hektar produksi kelapa sawit mampu menghasilkan 1,5 ton limbah kelapa sawit.
"Pemberian Silika pada media tanam dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman kekeringan, menjaga dan meningkatkan aktivitas oksidasi pada akar dan proteksi terhadap hama dan penyakit. Sehingga silika mampu meningkatkan kesuburan tanah ultisol dan produksi tanaman jagung" ujar Agris.
Bio-Silika yang dihasilkan oleh tim berasal dari hasil sintesis limbah cangkang kelapa sawit. Safira anggota tim menuturkan, "butuh waktu dan cara yang tepat hingga berhasil mensintesis limbah kelapa sawit menjadi serbuk Silika yang diinginkan." Tetapi hal tersebut berbuah manis karena pupuk Bio-silika yang dihasilkan dan diaplikasikan ke tanah menunjukkan respon yang positif baik di tanah maupun pertumbuhan tanaman jagung. Kedepannya, ide ini tidak hanya berhenti sampai ditingkat perlombaan tetapi juga untuk pengembangan produk pertanian ramah lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H