Masyarakat Jawa mengenal dua pelaksanaan lebaran yakni, Idul Fitri dan Lebaran ketupat. Lebaran ketupat adalah hari raya untuk orang yang melaksanakan puasa pada bulan syawal. Lebaran ketupat biasanya dilaksanakan pada 8 syawal setiap tahunnya. Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat jawa yang bertujuan untuk kembali berkumpul bersama keluarga, menyambangi sanak saudara di tempat-tempat jauh, atau menggelar pasar dan melaksanakan hajat. Tradisi Lebaran ketupat dilaksanakan setelah menyelesaikan puasa Syawal selama 6 hari, tepatnya hari ke delapan bulan Syawal.
Tradisi Lebaran ketupat juga diselenggarakan di Keraton Kasepuhan Cirebon. Ketupat-ketupat yang sudah siap disajikan biasanya dibagikan ke beberapa tempat seperti Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang usianya sudah 500 tahun, Masjid Pejlagrahan yang usianya juga sudah 500 tahun, Langgar Agung yang ada di lingkungan Keraton Kasepuhan, Masjid Ketandan, dan sejumlah situs yang ada di Cirebon.Â
Filosofi Ketupat Menurut Keraton KasepuhanÂ
Menurut Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, kata ketupat memiliki arti Ngaku Lepat atau mengaku bersalah. Janur atau daun kelapa yang membungkus ketupat merupakan kependekan dari kata Jatining Nur yang bisa diartikan Hati Nurani. Secara filosofis, beras yang dimasukan dalam anyaman ketupat menggambarkan nafsu duniawi. Makna itulah yang membuat bentuk ketupat melambangkan nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani. Â
Bagi masyarakat Cirebon, bentuk ketupat yang persegi diartikan dengan kiblat papat limo pancer. Papat dimaknai sebagai simbol empat penjuru mata angin utama  yaitu timur, barat, selatan, dan utara. Istilah ini berarti bahwa ke arah manapun manusia akan pergi, maka tak boleh melupakan pancer (arah) kiblat atau arah kiblat (sholat). Bahkan rumitnya anyaman janur untuk membuat ketupat adalah simbol dari kompleksitas masyarakat saat itu.
Anyaman yang melekat satu sama lain adalah anjuran bagi seseorang untuk melekatkan tali silaturahmi tanpa melihat perbedaan kelas sosial. Demikian makna ketupat bagi masyarakat di Cirebon.
Dikutip dari laman NU online, sejarah Lebaran ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah salah satu dari sembilan wali atau Walisongo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Pada Saat itu, Sunan Kalijaga memperkenalkan dua istilah Bakda (Lebaran) Â kepada masyarakat Jawa, Bakda Lebaran idul fitri dan Bakda Kupat.Â