Mohon tunggu...
Widarto Rachbini
Widarto Rachbini Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Pancasila

Mengajar Statistika dan Metodologi Penelitian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekolah itu Tidak Penting, Tapi Hanya Orang dengan Prestasi Luar Biasa yang Bisa Berkata Seperti Itu

2 Februari 2025   06:35 Diperbarui: 2 Februari 2025   06:35 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam perdebatan panjang tentang peran pendidikan formal dalam kesuksesan seseorang, muncul pernyataan yang provokatif: "Sekolah itu tidak penting." Beberapa tokoh terkenal seperti Steve Jobs, Bill Gates, dan Mark Zuckerberg sering dikutip sebagai bukti bahwa kesuksesan tidak harus melewati jalur pendidikan formal yang konvensional. Namun, ada ironi dalam pernyataan ini: mereka yang berhasil keluar dari sistem pendidikan dan sukses pada akhirnya adalah mereka yang memiliki kecerdasan luar biasa dan (pada awalnya) prestasi akademik yang tidak bisa dianggap remeh. Dengan kata lain, hanya mereka yang sudah membuktikan diri dalam pendidikan yang bisa berkata bahwa sekolah itu tidak penting.

Pendidikan formal memang bukan satu-satunya jalan menuju kesuksesan. Banyak individu yang berhasil meskipun tidak menyelesaikan pendidikan formal. Namun, bagi kebanyakan orang, sekolah tetap merupakan jalan yang paling masuk akal dan terstruktur dalam membangun keterampilan, jaringan sosial, dan pola pikir yang diperlukan untuk sukses. Sekolah memberikan pola pikir sistematis. Dari pelajaran matematika hingga bahasa, sekolah mengajarkan cara berpikir yang runtut, analitis, dan berbasis data. Seseorang mungkin tidak langsung menerapkan integral dalam pekerjaan sehari-hari, tetapi kemampuan berpikir logis yang dibangun dari pengalaman sekolah sangat berguna dalam pemecahan masalah di dunia nyata. Sekolah juga berfungsi sebagai alat filter sosial. Dalam dunia profesional, prestasi akademik masih menjadi salah satu faktor seleksi utama dalam perekrutan kerja karena menunjukkan bahwa seseorang memiliki disiplin, ketekunan, dan kemampuan kognitif yang baik. Jaringan sosial yang dibangun selama sekolah juga tidak bisa diremehkan. Banyak orang sukses yang mendapatkan peluang besar karena pergaulan dan koneksi yang terjalin selama masa pendidikan.

Menyatakan bahwa sekolah itu tidak penting adalah klaim yang berani, dan klaim ini hanya memiliki bobot ketika diucapkan oleh seseorang yang telah berhasil. Namun, dalam banyak kasus, mereka yang berhasil justru memiliki rekam jejak akademik yang kuat sebelum mereka memilih jalur alternatif. Bayangkan dua orang yang sama-sama berkata, "Sekolah itu tidak penting." Orang pertama memiliki rekam jejak akademik yang gemilang, lulusan universitas ternama, lalu memilih untuk menjadi wirausahawan sukses. Sementara itu, orang kedua memiliki catatan akademik yang biasa saja, sering bolos sekolah, dan tidak memiliki pencapaian yang menonjol. Pernyataan dari orang pertama akan lebih didengar karena ia telah membuktikan bahwa ia bisa berhasil di dalam sistem sebelum memilih jalur lain. Sebaliknya, pernyataan orang kedua lebih mudah dianggap sebagai pembenaran atas ketidakmampuannya dalam menghadapi sistem. Prestasi akademik menunjukkan bahwa seseorang memiliki kemampuan belajar yang baik, berpikir kritis, dan menyelesaikan masalah dengan baik. Orang yang berhasil dalam sistem pendidikan memiliki kepercayaan diri untuk mengeksplorasi jalur lain dan menciptakan peluang sendiri.

Tokoh-tokoh yang sering dijadikan contoh keberhasilan tanpa pendidikan formal, seperti Bill Gates dan Mark Zuckerberg, sebenarnya adalah individu yang luar biasa cerdas. Mereka diterima di universitas bergengsi seperti Harvard dan Stanford, yang menunjukkan bahwa mereka memiliki kapasitas intelektual tinggi. Mereka tidak gagal dalam sekolah; mereka memilih untuk keluar karena sudah memiliki peluang besar. Dunia kerja saat ini masih sangat mempertimbangkan pendidikan formal sebagai standar utama dalam seleksi awal. Perusahaan besar dan institusi profesional masih menggunakan rekam jejak akademik sebagai indikator kerja keras dan intelektualitas kandidat. Prestasi akademik bisa menjadi tiket masuk ke peluang kerja yang lebih baik. Banyak bidang pekerjaan yang memang membutuhkan pendidikan formal. Dokter, insinyur, dan ilmuwan tidak bisa hanya mengandalkan pengalaman tanpa latar belakang akademik yang kuat. Pendidikan yang baik sering kali meningkatkan peluang seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih stabil dan penghasilan yang lebih tinggi. Statistik menunjukkan bahwa rata-rata penghasilan seseorang meningkat seiring dengan tingkat pendidikannya.

Meskipun prestasi akademik penting, keterampilan di luar akademik juga harus diperhatikan. Belajar dengan cerdas lebih baik daripada sekadar rajin. Fokus pada konsep dan aplikasi daripada sekadar menghafal akan membantu seseorang memperoleh pemahaman yang lebih dalam tanpa kehilangan waktu untuk mengembangkan keterampilan lainnya. Selain fokus pada pencapaian akademik, mahasiswa juga perlu membangun portofolio keterampilan seperti magang, proyek penelitian, atau bisnis sampingan. Komunikasi, kepemimpinan, dan manajemen waktu adalah keterampilan yang tidak diajarkan secara eksplisit di sekolah tetapi sangat berharga di dunia kerja. Sekolah memang bukan satu-satunya jalan menuju kesuksesan, tetapi ia tetap menjadi jalan yang paling terstruktur dan dapat diandalkan. Menyatakan bahwa sekolah tidak penting adalah klaim yang hanya bisa dipercaya jika datang dari mereka yang telah membuktikan diri dalam sistem, misalnya dengan memiliki prestasi akademik yang luar biasa. Prestasi bukan sekadar angka atau nilai; ia mencerminkan disiplin, kerja keras, dan kapasitas berpikir seseorang. Jika seseorang ingin menantang sistem pendidikan, ia harus memiliki kredibilitas yang cukup untuk itu. Maka, sebelum berkata "Sekolah itu tidak penting," pastikan dulu Anda memiliki prestasi yang cukup untuk membuat orang mendengarkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun