Pendahuluan
Dalam kehidupan, kita sering mendengar ungkapan, "Uang bukan segalanya." Namun, realitas menunjukkan bahwa hanya mereka yang telah mencapai kesejahteraan yang bisa dengan mudah mengucapkan kata-kata tersebut. Islam sebagai agama yang sempurna mengajarkan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Qashash: 77: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari dunia..." Rasulullah juga menegaskan dalam hadisnya: "Sebaik-baik harta adalah harta yang berada di tangan orang saleh." (HR. Ahmad). Islam tidak melarang umatnya menjadi kaya, tetapi menegaskan bahwa harta bukanlah tujuan utama hidup. Harta hanyalah alat untuk mencapai kebahagiaan sejati, yakni ridha Allah. Artikel ini akan membahas mengapa kesejahteraan finansial dianjurkan dalam Islam, bagaimana ia mendukung kebahagiaan akhirat, serta batas antara mencari rezeki dan tidak terjebak dalam cinta dunia.
Mengapa Uang Itu Penting dalam Islam?
Kewajiban menafkahi diri dan keluarga merupakan salah satu perintah dalam Islam. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 267: "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik..." Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan mencari rezeki yang halal guna menafkahi keluarga. Seorang Muslim bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar dirinya dan keluarganya, sehingga mereka dapat menjalankan ibadah dengan tenang.
Uang juga merupakan sarana untuk beribadah dan berbuat baik. Dengan memiliki harta, seseorang dapat menunaikan sedekah, zakat, dan wakaf. Sejarah mencatat para sahabat yang kaya, seperti Abdurrahman bin Auf, yang menggunakan hartanya untuk kepentingan Islam. Rasulullah sendiri adalah seorang pedagang yang sukses sebelum diangkat menjadi nabi, menunjukkan bahwa kekayaan bukan hal yang buruk jika dikelola dengan baik.
Kesejahteraan dunia juga mempengaruhi ketakwaan seseorang. Allah berfirman dalam QS. An-Nisa: 5: "Dan janganlah kamu berikan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka) yang Allah telah menjadikan kamu sebagai pemeliharanya." Kemiskinan dapat menjadi ujian berat yang menggoyahkan iman, seperti mencuri karena kelaparan. Sementara itu, orang yang sejahtera dapat lebih fokus dalam ibadah dan berbuat baik tanpa terbebani oleh tekanan ekonomi.
Mengapa Hanya Orang Sejahtera yang Bisa Mengatakan 'Uang Itu Tidak Penting'?
Ketenangan hati dan tidak terikat dengan dunia menjadi faktor utama mengapa orang sejahtera lebih mudah mengatakan bahwa uang itu tidak penting. Orang miskin cenderung memikirkan kebutuhan dasar mereka setiap hari, sementara mereka yang sejahtera dapat fokus pada pengembangan diri dan ibadah. Kekayaan bukan masalah, tetapi keterikatan pada kekayaanlah yang harus dihindari.
Sikap zuhud dalam Islam tidak berarti hidup dalam kemiskinan, tetapi lebih kepada tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama. Rasulullah hidup sederhana meskipun memiliki kesempatan untuk kaya. Ali bin Abi Thalib pernah berkata: "Zuhud bukan berarti tidak memiliki harta, tetapi tidak diperbudak oleh harta." Orang yang memiliki harta tetapi tetap rendah hati dan menggunakannya untuk kepentingan umat lebih dicintai Allah dibandingkan mereka yang miskin namun meminta-minta.