Identitas Nasional merupakan istilah yang terdiri dari kata Identitas dan Nasional yang dimana kata Identitas sendiri berarti ciri-ciri atau tanda yang melekat pada sesuatu atau suatu individu yang fungsinya untuk membedakan dengan individu atau hal lain. Sedangkan kata Nasional sendiri memiliki arti suatu identitas yang melekat pada suatu kelompok yang terikat dikarenakan adanya kesamaan, baik itu kesamaan fisik, agama, budaya, bahasa, dan lain sebagainya. Dari arti kedua kata tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa identitas nasional merupakan ciri-ciri nasional yang dimiliki oleh suatu kelompok atau bangsa yang fungsinya untuk membedakan kelompok atau bangsa tersebut dengan kelompok atau bangsa yang lain.
Sejak zaman dahulu setiap kelompok atau bangsa sudah memiliki identitas mereka masing-masing yang dimana hal tersebut disesuaikan dengan karakter, sifat, ataupun keunikan yang dimiliki suatu bangsa. Identitas nasional suatu bangsa juga tidak lepas dari sejarah bagaimana bangsa tersebut dapat terbentuk dan hal ini kemudian membuat identitas nasioal suatu bangsa menjadi tidak bisa dipisahkan dari jati diri bangsa itu sendiri.
Setelah di atas dijelaskan mengenai identitas nasional dan dikatakan bahwa setiap bangsa memiliki identitasnya masing-masing maka sudah tidak asing lagi bagi kita mendengar bahwa bangsa Indonesia memiliki identitas nasional sendiri, yaitu Batik.
Batik yang menjadi identitas nasional bangsa Indonesia ini adalah suatu ekspresi budaya yang mempunyai nilai estetika dan makna simbolis yang tinggi dan indah bagi seluruh masyarakat Indonesia. Adanya nilai estetika dan makna simbolis tersebut yang kemudian membentuk karakter dari bangsa Indonesia, menjadi identitas serta jati diri bangsa, dan membedakan Indonesia dengan bangsa yang lain.
Mulanya, batik memang sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit dan batik terus berkembang seiring berjalannya waktu dan bergantinya zaman. Batik yang dulu hanya digunakan sebagai kesenangan para pengrajin seni kini sudah menjadi salah satu bahan dasar untuk diproduksi dan didistribusikan hingga akhirnya pada awal abad ke-19 batik mulai populer yang ditandai dengan mulai adanya batik cap atau batik printing dimana hal ini merupakan hal yang bagus karena tidak perlu dibutuhkan waktu yang lama lagi untuk memproduksi batik, terlebih lagi jika mengingat bahwa motif batik yang ada di Indonesia memiliki berbagai macam ragam seperti, Batik Tujuh Rupa dari Pekalongan, Batik Sogan dari Solo, Batik Gentongan dari Madura, Batik Mega Mendung dari Cirebon, Batik Kraton dari Yogyakarta, Batik Simbut dari Banten, Batik Pring Sedapur dari Magetan, dan masih banyak lagi.
Keunikan, keindahan, dan tingginya makna yang dimiliki oleh Batik Indonesia itu kemudian membuat negara tetangga, Malaysia, berusaha untuk mengklaim bahwa batik berasal dari bangsa mereka. Timbulnya masalah ini lalu membuat Indonesia merasa bahwa batik harus masuk ke dalam daftar World Heritage UNESCO dan harus diperjuangkan hak miliknya sebagai warisan budaya Indonesia hingga akhirnya pada tanggal 2 Oktober 2009 batik diakui oleh UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage (ICH) atau warisan budaya tak benda yang dimiliki oleh Indonesia. Dengan diakuinya batik oleh UNESCO sebagai ICH kemudian menjadikan tanggal 2 Oktober sebagai hari batik nasional untuk mengingat bagaimana Batik Indonesia itu diperjuangkan agar tetap dan selalu menjadi identitas nasional dan jati diri bangsa Indonesia.
Sebelum batik akhirnya diakui oleh UNESCO sebenarnya para mantan presiden Republik Indonesia juga turut memperkenalkan batik ke dunia internasional. Hal ini ditunjukkan oleh Presiden Soekarno yang memberikan dorongan untuk diciptakannya batik dengan gaya baru yang memiliki sifat lebih nasional dan melambangkan persatuan serta menyatukan motif batik Keraton dan Pesisir yang akhirnya menghasilkan motif batik Indonesia; Presiden Soeharto yang mengimplementasikan batik ke dalam seragam Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri), hampir selalu mengenakan kemeja batik dalam pertemuan internasional, memberikan cinderamata batik kepada tamu-tamu internasional seperti Nelson Mandela pada tahun 1990 hingga Presiden Soeharto disebut sebagai "pahlawan batik"; dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menetapkan setiap tanggal 2 Oktober adalah Hari Batik Nasional.
Selain upaya-upaya yang dilakukan oleh para mantan presiden Republik Indonesia, mengingat dewasa ini zaman semakin maju dan teknologi juga semakin berkembang kini sudah banyak masyarakat Indonesia yang juga turut menyebarkan dan membanggakan warisan budaya ini di kalangan Internasional. Adapun tokoh-tokoh terkenal dalam dunia fashion di Indonesia seperti, desainer Oscar Lawalata, desainer Edward Hutabarat, desainer Ghea Panggabean, desainer Iwan Tirta, dan Alleira Batik dan Carys Mihardja yang turut melestarikan batik melalui karya-karya mereka hingga tidak dipungkiri para desainer ini juga menjadi tombak keberhasilan batik di kancah internasional. Tidak hanya sebagai pakaian saja, sekarang kita dapat menemukam motif batik di mana saja, seperti pada casing handphone, menjadi corak di kendaraan bermotor, dan lain sebagainya.
Adanya partisipasi dari pemerintah, tokoh-tokoh ternama seperti desainer, dan masyarakat yang turut melestarikan dan memperkenalkan batik di internasional ini kemudian membuat warga asing yang bukan Warga Negara Indonesia (WNI) jadi mengetahui dan mengenali batik, mereka jadi paham dan mengerti bahwa batik merupakan warisan budaya Indonesia dan identitas nasional yang dimiliki oleh Indonesia, sehingga apabila terdapat warga negara asing yang melihat batik dapat langsung mengetahui bahwa batik berasal dari Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H