Mohon tunggu...
Katon Dicken Adi W
Katon Dicken Adi W Mohon Tunggu... Lainnya - jangan buang-buang waktu untuk membaca tulisan saya

Hanya sebetas manusia Proletariat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Apa yang Kamu Tahu tentang Social Dilemma?

15 Juli 2021   01:41 Diperbarui: 15 Juli 2021   02:16 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

APA YANG KAMU TAHU TENTANG SOCIAL DILEMMA ?

Pada malam tanggal 30 Oktober 1938, ribuan orang Amerika panik karena siaran radio yang menggambarkan serangan makhluk Mars yang mengancam seluruh peradaban manusia. Barangkali tidak pernah terjadi sebelumnya, begitu banyak orang dari berbagai lapisan dan berbagai tempat di Amerika secara begitu mendadak dan begitu tegang tergocangkan oleh apa yang terjadi waktu itu, "begitu Hadley Cantril memulai tulisannya tentang The Invasion of Mars. 

Sebuah pemancar radio menyiarkan sandiwara Orson-Welles. Sandiwara ini begitu hidup sehingga orang menduga bahwa yang terjadi adalah laporan pandangan mata. Ketika dalam cerita itu dihadirkan tokoh-tokoh fiktif seperti para professor dari beberapa observatorium dan perguruan tinggi yang terkenal, dan Jenderal Montgommery Smith, panglima angkatan bersenjata, pendengar menganggapnya peristiwa yang benar adanya. "Sebelum siaran itu berakhir", begitu dilaporkan Canthril, "di seluruh Amerika Serikat, orang berdosa menangis, melarikan diri secara panic untuk menghindarkan kematian karena makhluk Mars yang datang. Ada yang lari menyelamtakn kekasihnya, keluarganya, ada yang menelepon menyampaikan ucapan perpisahan atau peringatan, ada yang segara menginformasikan kepada tetangganya, mencari informasi dari surat kabar atau pemancar radio, memanggil mobil ambulan dan mobil polisi. Kurang lebih ada 6 juta orang ketakutan mendengar siaran tersebut".

Setelah para peneliti menyadari betapa sukarnya melihat efek media massa pada orang, para peneliti sekarang memperhatikan apa yang dilakukan orang terhadap media. Fokus penelitian sekarang bergeser dari komunikator ke komunikate, dari sumber ke penerima. Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan uses and gratification (penggunaan dan pemuasaan).

SISTEM KOMUNIKASI MASSA YANG MEMBUAT DILEMA

Abad ini disebut abad komunikasi massa. Komunikasi telah mencapai suatu tingkat di mana orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak. Teknologi komunikasi mutakhir telah menciptakan apa yang disebut "publik dunia". Pendaratan manusia di bulan, kunjungan Soeharto ke Amerika Serikat, pembunahan massal di Libanon dapat disaksikan di seluruh penjuru bumi. Bersamaan dengan perkembangan teknologi komunikasi ini, meningkat pula kecemasan tentang efek media massa terhadap khalayaknya.

 Saya berfikir tentang kemungkinan dikontrolnya media massa oleh segelintir orang untuk kepentingannya sendiri, sehingga jutaan manusia kehilangan kebebasannya. Sejak tahun 1964 komunikasi massa telah mencapai public dunia secara langsung dan serentak. Melalui satelit komunikasi sekarang ini secara teoritis. Kita akan mampu meperlihatkan satu gambar, meperdengarkan satu suara, kepada -+ 3 milyar manusia di seluruh dunia secara simultan. Komunikator hanya tinggal menyambungkan alat pemancar dan jutaan orang tinggal menyetel alat penerima. Secara teknis hal ini sudah lama dapat dilakukan, yang masih diperdabtkan ialah "Komunikator mana yang harus bicara, dan gambar apa yang harus diperhatikan, apakah dapat dipercaya segala informasi yang diberikan?. Bayangkan kita membuka Instagram dan kita melawan Intelgensi Artifisial ini yang tahu semua tentang kita. Mengantisipasi adalah langkah kita berikutnya dan kita tidak tahu apa-apa kecuali video yang kita tonton, menurut saya pertarungan semacam ini tidak adil. 

 Di Negara-negara maju, efek komunikasi massa telah beralih dari ruang kuliah ke ruang pengadilan, dari polemic ilmiah di antara para professor ke debat parlementer di antara anggota badan legislative. Di negara berkembang, efek komunikasi telah merebut perhatian berbagai kalangan, sejak politisi, tokoh agama, penyair, sampai petani. Politisi, baik karena kerasukanatau ketakutan mencoba "melunakkan" pengaruh media massa mengendalikannya. Tokoh agama mencemaskan hilangnya warisan rohaniah yang tinggi karena penetrasi media erotika. Penyair mengeluh karena gadis-gadis desa tidak lagi mendendangkan lagu-lagu tradisional yang seronok. Petani telah menukarkan kerbaunya dengan radio transistor dan televisi.

 Walaupun hampir semua orang menyadari efek komunikasi massa, sedikit sekali orang yang memahami gejala efek komunikasi massa. Akibatnya komunikasi massa telah dipandang secara ambivalen. Pengutuk menimpakan "segala dosa" dan kegagalan komunikasi massa, pemuja mengharapkan segala "jasa" dan keberhasilan daripadanya.

 Psikologi telah lama menelaah efek komunikasi massa pada perilaku penemrima pesannya. Annual Review of Psychology hampir selalu menyajikan berbagai hasil penelitian psikologis tentang efek komunikasi massa. Sesuai dengan kerangka factor-faktor personal dan situasional yang mempengaruhi perilaku manusia, dalam artikel ini kita akan melihat bagaimana karakteristik individu mempengaruhi penggunaan media.

KOMUNIKASI MASSA

 Komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarkat. Atau bahasa sederhananya seperti ini, Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan oleh media massa pada sejumlah besar orang yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KHALAYAK PADA KOMUNIKAS MASSA

 Model jarum Hipodermis menunjukkan kekuatan media massa yang perkasa untuk mengarahkan dan membentuk perilaku khalayak. Dalam kerangka behaviorisme, media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan, atau proses imitasi (belajar sosial). Khalayak sendiri dianggap kepala kosong yang siap untuk menampung seluruh pesan komunikasi yang dijatuhkan kepadanya. Pesan komunikasi dianggap sebagai "benda" yang dilihat sama baik oleh komunikator maupun komunikan. "Model Peluru" mengasumsikan semua orang memberikan reaksi yang sama terhadap pesan. Ini mirip dengan percobaan-percobaan kaum behavioris. Bila setiap saat sesudah anda mendengar suara Ariel, anda menerima makanan yang enak, lama-kelamaan suara Ariel akan menitikkan air liur anda, tidak peduli apakah anda seorang tukang becak, sarjana, gubernur atau seekor babi hutan.

 Realitas tidaklah sesedarhana dunia kaum Behavioris. Efek lingkungan berlainan pada orang yang berbeda. Munculnya psikologi kognitif yang memandang manusia sebagai organisme yang aktif mengorganisasikan stimulus, perkembangan teori kepribadian, dan meluasnya penelitan sikap mengubah potret khalayak. Khalayak terdiri dari individu-individu yang menuntut sesuatu dari komunikasi yang menerpa mereka. Dengan kata lain, mereka harus memperoleh sesuatu dari manipulator jika manipulator itu ingin memperoleh dari sesuatu dari mereka. Terjadilah tawar-menawar. Khalayak dapat membuat proses tawar-menawar yang berat.

 Untuk mengetahui sejauh mana khalayak dapat terpengaruh oleh media, serta factor-faktor apa yang dapat mempengaruhi reaksi khalayak, kita akan bahas sesaat lagi. Banyak argumentasi yang mengupas berbagai perbedaan pandangan terkait reaksi khalayak terhadap media massa. Misalnya saja model hypodermis yang menunjukan kekuatan media massa dalam mengarahkan dan membentuk perilaku khalayak. Tetapi muncul juga pendapat lain yang berbeda, dimana tertuang dalam model uses and gratification. Model ini memandang bahwa media memang berpengaruh, tetapi pengaruh ini disaring diseleksi, bahkan mungkin ditolak sesuai dengan factor-faktor personal yang memengaruhi reaksi mereka. Untuk melihat perbedaannya, berikut penjelasannya: DeFleur dan Ball Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga kerangka teoretis:

Perspektif perbedaan individual. Memandang manusia sebagai makluk individual yang memiliki kepribadian tidak sama dengan individu yang lain. Setiap pola pikir, pola merasa, dan pola perilakunya sangat khas. Setiap orang mempunyai potensi biologis, pengalaman belajar, dan lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini menyebabkan pengaruh media massa yang berbeda pula.

Perspektif kategori sosial. Memandang dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial, yang reaksinya pada stimulus tertentu cenderung sama. Golongan sosial berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan, tempat tinggal, dan keyakinan agama menampilkan kategori respons. Anggota-anggota kategori tertentu akan cenderung memilih isi komunikasi yang sama dan akan memberi respons kepadanya dengan cara yang hampir sama pula. Anak-anak akan membaca Ananda, Sahabat atau Bobo. Ibu-ibu akan membaca Femina, Kartini atau Sarinah.

Perspektif hubungan social. menekankan pentingnya peranan hubungan sosial yang informal dalam memengaruhi reaksi orang terhadap media massa.Perspektif ini tampak pada model 'two step flow of communication'. Dalam model ini, informasi bergerak melewati dua tahap. Pertama, informasi bergerak pada sekelompok individu yang relatif lebih tahu dan sering memperhatikan media massa. Kedua, informasi bergerak dari orang-orang itu disebut "opinion leader" dan kemudian melalui saluran-saluran interpersonal disampaikan kepada individu yang bergantung kepada mereka dalam hal informasi. Mereka yang terakhir ini disebut mass audience.

Pendekatan Motivasi dan Uses and Gratification

Esensi teori ini menjelaskan bahwa khalayak, pendengar dan pembaca memilih dan menggunakan opsi berbagai media dan program untuk kepuasan mereka. Asumsi dasar dari teori ini yaitu (a). Khalayak dianggap aktif, (b). Dalam proses komunikasi, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak, (c). Media massa  harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhan khalayak, (d). Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, (e). Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum terlebih dahulu meneliti orientasi khalayak.

a. Motif kognitif dan gratifikasi media

Pada kelompok motif kognitif yang berorientasi pada pmeliharaan keseimbangan, McGuire menyebut empat teori:

Teori konsistensi memandang manusia sebagai makhluk yang dihadapkan pada berbagai konflik. Konflik itu mungkin terjadi diantara beberapa kepercayaan yang dimiliknya (seperti antara "merokok itu merusak kesehatan" dan merokok itu membantu proses berfikir"). Dalam hubungan ini, komunikasi massa mempunyai potensi untuk menyampaikan informasi yang menggoncangan kestabilan psikologi individu. Akan tetapi, pada saat yang sama, karena individu mempunyai kebebasan untuk memilih isi media, media massa memberikan banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan akan konsistensi. Media masa juga menyajikan berbagai rasionalisasi, justifikasi atau pemecahan persoalan yang efektif.

Teori atribusi. Memandang individu sebagai psikolog amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinnya. Komunikasi massa memberikan falidasi atau pembenaran pada teori kita dengan penyajian realita yang disimplifikasikan, dan didasarkan strereotrip. Misalna orang-rang lesbian atau homoseks yakin perilkunnya bukanlah penyimpang karna membaca buku dan majalah yang mendukungnya.

Teori kategorisasi. Memandang manusia selalu mengelompokkan pengalamannya dalam kategorisasi yang sudah dipersiapkannya. Manusia memperoleh kepuasan apa bila sanggup memasukkan pengalaman dalam kategori-kategori yang sudah dimilikinnya, dan menjadi kecewa bila pengalaman itu tidak cocok dengan prakonsepsinnya. Pandangan ini menunjukkan bahwa isi-isi komunikasi massa, yang disususun berdasarkan alur-alur cerita yang tertentu, dengan mudah diasimilasikan pada kategori yang ada. Bermacam-macam upacara, pokok dan tokoh, dan kejadian-kejadian biasannya ditampilkan dengan sesuai dengan kategori yang sudah diterima. Ilmuan yang berhasil karna kesungguhannya, pengusaha yang sukses karna bekerja keras.

Teori objektifikasi memandang manusia sebagai makhluk yang pasif,yang tidak berpikir, yang selalu mengandalkan petunjuk-petunjuk eksternal untuk merumuskan konsep-konsep tertentu. Teori ini menyatakan bahwa kita mengambil kesimpulan tentang diri kita dari perilaku yang tampak. Teori ini menunjukkan bahwa terpaan isi media dapat memberikan petunjuk kepada individu untuk menafsirkan atau mengidentifikasi kondisi perasaan yang tidak jelas, untuk mengatribusikan perasaan-perasaan negatif pada faktor-faktor eksternal, atau memerikan kriteria pembanding yang ekstrim untuk perilakunnya yang kurang baik. Misalnya seorang pegawai yang merasa tidak begitu bersalah ketika ia, menyelewengkan uang kantor setelah mengetahui peristiwa korupsi besar-besaran yang dilakukan orang lain.

Teori otonomi. Memandang manusia sebagai makhluk yang berusaha mengaktualisasikan dirinnya sendiri mencapai idenitas kepribadian yang otonom. Kemudian media massa tampaknya sedikit sekali memuaskan kebutuhan humanistik ini. Acara televisi atau surat kabar tidak banyak membantu khalayak untuk menjadi orang yang mampu untuk mengendalikan nasibnya.

Teori stimulasi Memandang manusia sebagai mahluk yang lapar stimuli, yang senantiasa mencari pengalaman yang baru, dan selalu berusaha memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya.  Komunikasi massa selalu menyajikan hal-hal baru yang aneh, yang spektakuler, yang menjangkau pengalaman-pengalaman yang tidak terdapat pada pengalaman individu sehari-hari. Media massa menyajikan pengalaman buatan (vicarious experience).

Teori teleologis memandang manusia sebagai makhlukyang berusaha mencocokan presepsinyaa tentang situasi sekarang dengan representasi internal dari kondisi yang dihendaki. Teori ini menggunakan computer sebagai analogi otak. Dalam kerangka teori ini media massa merupakan sumber pemuasan kebutuhan yang subur. Isi media massa sering memperkokoh moralitas konfensional dan menunjukan bahwa orang yang berpegang teguh kepadanya memperoleh ganjaran dalam hidupnya. Selain itu cerita cerita mengisahkan tokoh tokoh yang menyimpang, tetapi kemudian berhasil dalam hidupnya memberikan konfirmasi pada orang orang yang sekarang berprilaku tidak konfensional.

Teori utilitarian Memandang individu sebagai orang yang memperlakukan setiap situasi sebagai peluang untuk memperoleh informasi yang berguna untuk keterampilan baru yang diperlukan untuk menghadapi tantangan hidup. Komunikasi massa dapat memberikan informasi, pegetahuan dan keterampilan seperti -- walaupun tidak sama- apa yang dapat diberikan oleh lembaga pendidikaan. Berbaagai penelitian membuktikan bahwa banyak orang yang memperoleh informasi dari media massa. Ibu-ibu rumah tangga mungkin memperoleh keterampilan memasak dari resep-resep yang terdapat dalam majalah wanita.

b. Motif Afektif dan Gratifikasi Media

Teori reduksi tegangan memandang manusia sebagai system tegangan yang memperoleh kepuasan pada pengurangan tegangan. Tegangan emosional karna marah dapat berkurang setelah kita mengungkapkan kemarahan itu. Menurut teori ini, komunikasi massa menyalurkan kecenderungan destruktif manusia dengan menyajikan peristiwa atau adegan kekerasan. Teori ini mengatakan, seorang penjahat mungkin tidak jadi melepaskan dendamnya kepada orang lain setelah puas menyaksikan pembunuhan besar-besaran dalam film yang ditontonnya.

Teori ekspesif menyatakan bahwa orang memperoleh kepuasan dalam mengungkapkan eksistensi dirinya, dalam arti menampakkan perasaan dan keyakinannya. Komunikasi massa, dalam hal ini media massamempermudah orang untuk berfantasi, melalui identifikasi dengan tokoh-tokoh yang disajikan sehingga orang secara tidak langsung mengungkapkan perasaaannya. Media massa bukan saja hanya membantu orang untuk mengembangkan sikap tertentu, tetapi juga menyajikan berbagai macam permainan untuk ekspresi diri: misalnya teka-teki silang, kontes, novel misterius, acara kuiz televisi.

Teori ego-defensif beranggapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra diri tertentu dan berusaha untuk mempertahankan citra diri ini. Dari media massa kita meperoleh informasi untuk membangun konsep diri kita, pandangan diri kita, dan pandangan kita tentang sifat sifat masusia dan hubungan sosial. Bila kita telah merumuskan konsep-konsep tersebut, komunikasi massa membantu memperkokoh konsep tersebut. Pada saat cita diri mengalami kerusakan, media massa dapat mengalihkan perhatian kita dari kecemasan kita. Dengan demikian komunikasi massa memberikan bantuan dalam melakukan teknik teknik pertahanan ego.

Teori peneguhan memandang bahwa orang dalam situasi tertentu akan bertingkah laku dengan suatu cara yang membawanya pada ganjaran seperti yang telah dialaminya pada masa lalu. Teori ini beranggapan bahwa orang menggunakan media massa karena mendatangkan ganjaran berupa informasi, hiburan, hubungan dengan orang lain, dan sebagainya. Disamping isi media yang menarik, peristiwa menggunakan media sering diasosiasikan dengan suasana menyenangkan; misalnya menonton televisi dilakukan di tengah-tengah keluarga dan membaca buku dikerjakan ditempat sepi dan tenang, jauh dari gangguan.

Teori penonjolan (assertion) memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan seluruh potensinya untuk memperoleh penghargaaan dari dirinya dan orang lain. Manusia ingin menyampai prestasi, sukses, dan kehormatan. Masyarakat dipandang sebagai suatu perjuangan di mana setiap orang ingin menonjol dari yang lain. Orang menggunakan media massa karna mendapat ganjaran yaitu memperoleh informasi, hiburan, dapat berhubungan dengan orang lain dan sebagainya.

Teori afiliasi (affiliation) memandang manusia sebagai makhluk yang mencari kasih sayang dan penerimaan orang lain. Dalam hubungannya dengan gratifikasi media, banyak sarjana ilmu komunikasi yang menekankan fungsi media massa dalam mengubungkan individu dengan individu lain. Laswell menyebutnya fungsi "correlation". Asumsi pokok Katz, Gurevitz, dan Hass adalah pandangan bahwa komunikasi massa digunakan individu untuk menghubungkan dirinya -- melalui hubungan instrumental, afektif, dan integrative -- dengan orang-orang lain (diri, keluarga, kawan, bangsa, dan sebagainya). Isi media menegaskan kembali fungsi khalayak sebagai peserta dalam drama kemanusiaan yang lebih luas. Tidak jarang isi media massa juga dipergunakan orang sebagai bahan percakapan dalam membina interaksi sosial.

Teori identifikasi melihat manusia sebagai pemamin peranan yang berusah memuaskan egonya yang sekaligusmembangun konsep dirinya. Dalam hubungannya dengan komunikasi massa, media massa yang menyajikan cerita fiktif dan faktual, mendorong orang-orang untuk memajukan peranan yang diakui dan berdasarkan gaya tertentu.

Teori peniruan (modeling theories) teori ini hampir sama dengan teori identifikasi, memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuasn efektifnya. Tetapi, berbeda dengan teori identifikasi, teori peniruan menekankan orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi. Disini, individu dipandang secara otomatis cenderung ber empati dengan perasaan orang-orang yng diamatinya dan meniru perilakunya. Dalam konteks komunikasi massa, media massa menampilkan berbagai model untuk ditiru oleh khalayaknya. Melalui televisi, orang meniru perilaku idola mereka.

SUDUT PANDANG DI FILM "THE SOCIAL DILEMA"

 Didalam film ini menceritakan seluruh industri teknologi berada di bawah pengawasan tingkat baru study baru mengungkapkan sebuah kaitan antara kesehatan mental manusia terhadap penggunaan sebuah media sosial , puluhan juta warga amerika sangat kecanduan dengan hanphone mereka untuk menggunakan media sosial dan ini sangat mengancam untuk kesehatan mental seluruh warga dunia dalam menggunakan sebuah social media kebanyakan remaja remaja di amerika tidak mendengarkan perkataan ibu nya sendiri karena telah kecanduan social media hingga ahli bedah plastik menamai sindrom baru untuk itu. Kini telah berubah dari era informasi menjadi era disinformasi.

 Tristan Harris merupakan Former Design Ethicist Google ia mengatakan dia berharap lebih banyak orang bisa memahami cara kerjanya karena ini seharusnya bukan hal yang hanya diketahui industri teknologi itu hal yang seharusnya semua orang tau. Ia pun merasa frustasi dengan industri teknologi secara umum karena kita seolah olah tersesat. Ia pun berjuang bagaimana caranya mengubah dari dalam saat itulah ia putuskan membuat sebuah presentasi semacam ajakan untuk bergerak setiap hari ia pulang dan mengerjakan nya selama beberapa jam setiap malam ,pada dasarnya tidak ada 50 desainer dari pria kulit putih berusia 20-35 tahun di california membuat sebuah keputusan yang akan berdampak sekali pada dua miliar orang, dua miliah orang akan mendapat ide yang tak mereka niatkan karena desainer di Googel berkata, "ini cara notifikasi bekerja di layar yang kau lihat saat bangun pagi " Googel pun mempunyai tanggung jawab moral untuk memecahkan permasalahan ini , ia pun mengirim persentasi ini keteman tedekatnya ke 15 sampai dengan 20 orang terdekatnya di Googel iapun sangat gugup dan tidak yakin bagaimana dengan reaksinya kemudian pada hari itu ada 400 penonton serentak jadi persentasi tersebut terus menyebar , lalu ia pun menerima surel dari seisi perusahaan. Orang orang disetiap apartemen berkata, "aku sangat setuju" kulihat ini sangat mempengaruhi anak anak ku dan orang orag di sekitar ku , kita harus melakukan sebuah sesuatu . rasanya iya seperti meluncurkan sebuah revolusi terbaru. Kemudian itu semua sirna.

 Film social dilemma ini sangat mengajarkan kita betapa sangat bahaya nya jika kita terlalu memanfaatkan sebuah teknologi / media sosial menurut saya di film ini jadi mengajarkan kita untuk tidak terlalu terpaku oleh media sosial ataupun teknologi, memang kemajuan teknologi dan perkembengan media sosial membuat kita menjadi candu dan malah ingin menggunakan platform itu semua setiap hari di kehidupan kita sehari hari takut nya apa kalau sehari kita tidak bermain sosisal media contoh nya what sap -- twiter --instagram dan yang lainya pasti ada saja yang akan kurang , terbentuk ya film ini saya sendiri bahwa terlalu sering kita menggunakan sebuah sosial juga itu juga sangat tidak baik gunakan saja seperlunya . Film sosial media ini sangat bagus menurut saya sekian yang bisa saya sampaikan tentang pandangan saya terhadap teknologi informasi dan komunikasi.

 Tidak bisa dipungkiri, sosial media telah memberikan banyak kemudahan untuk kita saat ini. Salah satunya adalah bisa membuat kita terhubung dan seolah menjadi sangat dekat dengan saudara, sahabat, atau kawan lama, yang ada di belahan dunia lain. Kita juga tidak bisa menampik fakta bahwa media sosial telah menciptakan sebuah keindahan yang menakjubkan dari relasi yang dimungkinkan oleh internet. Tapi di sisi lain, media sosial turut berkontribusi besar dalam kasus pencurian data, kecanduan teknologi, berita palsu, juga polarisasi di tengah masyarakat. Sebagian besar orang mungkin berpikir bahwa Google hanyalah sebuah mesin pencarian, sementara Facebook, Instagram, Twitter, dan media sosial lainnya, sekadar tempat untuk melihat kabar terbaru teman-temannya. Yang jarang disadari, perusahaan dan platform-platform tersebut selalu berlomba-lomba menarik perhatian pengguna. Mereka berlomba-lomba bagaimana supaya manusia bisa terpaku berjam-jam di depan layar sembari menggunakan platform mereka. Banyak layanan di internet yang seolah gratis, namun sebenarnya tidak. Semua itu dibayar oleh pengiklan. Untuk apa pengiklan membayar layanan tersebut? Supaya iklan mereka bisa ditampilkan ke kita melalui layanan tersebut. Sederhananya, perusahaan teknologi, dalam hal ini media sosial, menjual perhatian penggunanya kepada pengiklan. Perhatian kita adalah produk yang dijual kepada pengiklan. "Jika kau tidak membayar produknya, berarti kaulah produknya," kata Aza Raskin, Co-Founder Center for Humane Technology yang juga pernah bekerja di Firefox & Mozilla Labs. Perubahan perlahan, kecil, dan tidak terlihat dalam persepsi dan perilaku kita, adalah produk yang dijual oleh perusahaan teknologi kepada pengiklan. Karena itu, mereka akan berlomba-lomba untuk mengubah perilaku, cara pikir, dan jati diri kita dengan sangat perlahan dan kecil sehingga tidak pernah kita sadari. Dan semua aktivitas kita di internet akan direkam, menjadi sebuah data yang berharga bagi bisnis mereka untuk menentukan prediksi bisnis yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun