Mohon tunggu...
Abrurizal Wicaksono
Abrurizal Wicaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bebas

Suka olahraga lari, jalan kaki atau sepeda deket - deket aja..

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Refleksi Akhir Tahun 2024

28 Desember 2024   18:37 Diperbarui: 28 Desember 2024   18:37 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit Malam | Sumber gambar : Pixabay

Minggu terakhir di tahun 2024 telah tiba, dan tanpa terasa, minggu depan kita akan memasuki tahun baru 2025. Tahun 2024 ini terasa begitu penuh warna, memberikan perjalanan hidup yang semakin beragam dan berkesan. Bagi saya, tahun ini bukan hanya sekadar perjalanan waktu, tetapi juga sebuah proses penemuan kembali jati diri saya sebagai penulis. Lewat menulis, saya akhirnya menemukan ruang yang mampu menampung aspirasi dan emosi saya.

Namun, awal tahun 2024 tidak dimulai dengan mudah. Saya sempat pesimis dengan kondisi tempat kerja saat itu. Tahun 2023 ditutup dengan langkah-langkah sulit yang harus saya ambil demi kesehatan mental saya, termasuk berkonsultasi dengan psikolog dan psikiater. Saya merasa ditempatkan dalam lingkungan kerja yang seolah sengaja membuat saya menyerah. Lingkungan penuh micromanagement, kolaborasi yang melelahkan dengan rekan kerja generasi boomer yang tidak memahami perbedaan scope of work, serta atasan yang mudah panik dan menolak masukan membuat setiap hari terasa berat. Tidak jarang saya harus mengerjakan pekerjaan yang bukan tanggung jawab saya, dengan instruksi yang tidak jelas dan sering berubah-ubah.

Kutipan terkenal dari penulis Bren Brown seolah menggambarkan situasi saya: "Micromanagement is not leadership; it is a signal of a lack of trust." Ketidakmampuan atasan untuk memberikan kepercayaan justru menambah tekanan mental, terutama di masa-masa sulit. Saat sedang berduka, saya tetap harus melanjutkan pekerjaan yang sebenarnya bisa didelegasikan atau dikerjakan lebih efisien.

Sepanjang awal hingga pertengahan tahun, beberapa kali saya mendapatkan offering letter dari perusahaan lain. Namun, saya selalu merasa kurang cocok, entah karena benefit yang tidak sepadan atau sifat pekerjaan yang lebih administratif. Saya terbiasa bekerja dengan sistem yang otomatis dan efisien, sehingga lingkungan yang penuh dengan keruwetan manual menjadi tantangan tersendiri. Bahkan, rutinitas olahraga dan meditasi yang biasanya membantu tidak cukup untuk meredakan ketegangan mental saya. Setiap Minggu malam, saya merasa tertekan hanya dengan memikirkan bahwa Senin akan datang.

Puncaknya terjadi pada bulan Juli 2024, ketika saya diberitahu bahwa kontrak kerja saya tidak akan diperpanjang. Sebenarnya, saya sudah menduga ini akan terjadi. Atasan saya memberikan sinyal-sinyal bahwa metode kerja saya yang sistematis tidak sejalan dengan pendekatan old school yang ia anut. Meski menyakitkan, keputusan ini terasa seperti akhir dari mimpi buruk. Lingkungan kerja yang tidak sehat, atasan yang merasa dirinya paling benar, dan stigma yang sering melekat pada pendidikan saya akhirnya mendorong saya untuk mengambil keputusan. Saya memilih untuk meninggalkan kantor tersebut tanpa penyesalan yang berarti, meskipun rasa dongkol masih membekas.

Namun, seperti pepatah mengatakan, "Setiap akhir adalah awal yang baru." Pada bulan September 2024, saya mulai mencoba bangkit kembali. Saya kembali mengikuti kelas menulis yang menjadi pintu pembuka berbagai peluang. Kolaborasi, apresiasi, dan penghargaan yang saya terima dari dunia penulisan perlahan mampu meredakan luka mental yang sempat membekas. Dari sinilah, saya mulai melihat cahaya di ujung terowongan.

Menjelang akhir tahun, saya kembali ke posisi pekerjaan yang sebelumnya pernah saya tinggalkan. Kali ini, saya merasa lebih siap dan percaya diri. Lingkungan kerja yang lebih mendukung dan kesempatan untuk kembali berkontribusi di bidang yang saya kuasai memberikan kepuasan tersendiri. Saya menikmati perjalanan dinas, inspeksi, dan penelusuran yang membawa kembali kenangan masa lalu saat meniti karier. Namun, kini saya melakukannya dengan bekal pengalaman yang lebih matang dan cara pandang yang lebih luas.

Melalui perjalanan ini, saya belajar bahwa setiap tantangan, meski terasa sulit, adalah bagian dari proses untuk menjadi lebih baik. Ada masa ketika saya merasa gagal dan tidak berguna, tetapi waktu membuktikan bahwa semua itu hanyalah bagian dari perjalanan. Sebuah kutipan dari Steve Jobs selalu menginspirasi saya: "You can't connect the dots looking forward; you can only connect them looking backwards." Tahun ini menjadi bukti bahwa apa yang saya alami adalah bagian dari rencana besar yang membawa saya ke tempat yang lebih baik.

Sekarang, di akhir tahun 2024, saya memilih untuk bersyukur. Meski perjalanan ini tidak selalu mulus, banyak hal baik yang patut dirayakan. Dari kegagalan, saya belajar untuk menjadi lebih kuat. Dari kehilangan, saya menemukan makna. Dan dari penolakan, saya mendapatkan arah baru. Tahun ini mengajarkan saya untuk tetap percaya pada proses, bahkan ketika segalanya terasa gelap.

Menutup tahun ini, saya ingin mengajak kita semua untuk melihat kembali perjalanan yang telah dilalui. Mungkin tidak semuanya indah, tetapi setiap langkah memiliki pelajaran berharga. Mari kita sambut tahun 2025 dengan harapan baru, semangat yang diperbarui, dan rasa syukur atas rejeki yang telah kita terima. Seperti yang sering dikatakan, "Syukur adalah magnet keajaiban." Dengan hati yang bersyukur, saya yakin kita bisa menghadapi tahun baru dengan optimisme dan keberanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun