Menulis adalah seni yang mampu mengabadikan pemikiran, perasaan, dan pengalaman seseorang hingga melintasi batas waktu. Seperti peribahasa yang mengatakan, "Gajah mati meninggalkan gading, penulis mati meninggalkan karyanya yang kekal nan abadi," tulisan memiliki kekuatan untuk hidup lebih lama dari penulisnya sendiri. Inilah salah satu alasan mengapa saya merasa terhubung begitu dalam dengan dunia menulis, meskipun awalnya hanya sekadar aktivitas iseng di sela-sela kesibukan.
Beberapa waktu lalu, saya mencoba peruntungan dengan mengirimkan tulisan ke salah satu media pop terkenal di Indonesia, Mojok.co. Media ini memiliki daya tarik tersendiri bagi pembaca, khususnya masyarakat Yogyakarta, dengan gaya penulisan yang santai, dekat dengan keseharian, namun tetap memberikan makna. Tanpa disangka, tulisan sederhana yang saya kirimkan berhasil masuk dalam trending mingguan.
Bagi sebagian orang, hal ini mungkin biasa saja. Namun bagi saya, ini adalah pencapaian yang luar biasa. "Rejeki memang tak melulu soal uang," pikir saya saat itu, "Kadang, apresiasi yang tulus dari orang lain lebih bernilai."
Dari Hobi yang Terabaikan Menjadi Pengakuan Diri
Sejak kecil, saya selalu menyukai dunia literasi. Namun, dengan kesibukan kerja dan rutinitas harian, hobi ini kerap terabaikan. Menulis hanya menjadi kegiatan sambilan ketika ada waktu luang. Namun, pengalaman masuk ke dalam daftar trending Mojok.co membuka kembali semangat saya yang selama ini tertidur.
Kejutan berlanjut ketika pagi itu, saat saya masih beristirahat setelah beberapa hari diterpa hujan di Jakarta, Depok, dan Bogor, saya menerima kabar dari Mojok.co. Mereka mengapresiasi tulisan saya dengan memberikan hadiah sebuah buku. Sebuah penghargaan yang mungkin terlihat sederhana, tetapi bagi saya, itu adalah bentuk pengakuan atas usaha dan kerja keras yang selama ini saya lakukan dalam menulis.
"Kaget, tapi tidak berlebihan," itulah yang saya rasakan. Hadiah sebuah buku mungkin tampak sederhana bagi sebagian orang, tetapi bagi saya, itu adalah pengakuan besar atas usaha yang selama ini saya lakukan di waktu luang.
Menulis: Pelarian yang Berbuah Manis
Di era digital seperti sekarang, banyak orang beralih ke platform visual seperti vlog untuk mengekspresikan diri. Saya pun sempat mencoba membuat vlog, berharap bisa menjangkau audiens yang lebih luas. Namun, saya segera menyadari bahwa dunia vlog tidak memberikan saya kepuasan yang sama seperti menulis.
Menulis adalah pelarian yang penuh makna. Saat jari-jemari menari di atas keyboard, saya merasakan kebebasan untuk menuangkan segala pemikiran yang terpendam. Dalam kata-kata, saya menemukan suara yang selama ini sulit saya ungkapkan secara langsung.