Namun, siapa sangka di tengah aktivitas sederhana itu, saya bertemu dengan mantan atasan yang juga sedang berolahraga. Pertemuan yang tidak direncanakan itu terasa bermakna. Kami saling bertukar kabar, berbicara tentang hal-hal ringan, dan mengingat kembali kenangan lama saat bekerja bersama. Ini membuat saya semakin yakin bahwa menjaga relasi dengan beberapa orang tertentu jauh lebih penting dibanding memiliki banyak kenalan tanpa kedalaman hubungan.
Teori psikologi sosial Sosioemosional Selectivity oleh Laura Carstensen membantu saya memahami pergeseran ini. Ketika seseorang merasa waktu semakin terbatas---baik secara fisik maupun emosional---prioritas mereka berubah.Â
Fokusnya tidak lagi pada memperluas jaringan sosial, tetapi memperdalam hubungan yang memberikan makna lebih besar. Dalam konteks ini, jumlah teman memang berkurang, tetapi kualitas hubungan yang tersisa jauh lebih berarti. Saya rasa, ini adalah proses yang alamiah dan wajar terjadi pada setiap orang.
Keputusan untuk tidak lagi aktif dalam klub atau komunitas juga bukan tanpa alasan. Saya merasa, saat ini, pertemanan tidak harus selalu didasarkan pada keseruan atau kesamaan hobi semata. Ada kalanya relasi yang kuat justru terbangun karena saling memahami meski memiliki latar belakang yang berbeda.Â
Namun, batasan tetap ada. Saya tidak lagi tertarik dengan pertemanan yang hanya berjalan di permukaan. Jika dulu saya suka bergabung dengan komunitas karena ingin bertemu banyak orang baru, kini saya lebih memilih untuk menjaga hubungan dengan mereka yang benar-benar memiliki nilai penting dalam hidup saya.
Pada akhirnya, hidup memang soal pilihan. Memiliki banyak teman dari beragam latar belakang adalah pengalaman yang indah, tetapi ada masanya ketika kita menyadari bahwa tidak semua orang bisa terus bersama kita. Memilih untuk menjaga relasi yang bermakna bukan berarti menutup diri dari dunia, melainkan bentuk penghormatan terhadap waktu dan energi yang kita miliki.
Seiring bertambahnya usia, kita belajar bahwa kehidupan tidak selalu tentang siapa yang ada di sekeliling kita, tetapi siapa yang tetap bertahan di samping kita. Karena pada akhirnya, pertemanan yang sejati bukan tentang seberapa sering kita bertemu, tetapi tentang seberapa tulus kita merasa saling terhubung meski jarak dan waktu memisahkan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H