"Jangan asal memberikan nasihat ke orang lain apalagi kalau tidak diminta."
Pesan ini selalu terbayang dan tertancap di pikiran saya ketika saya sedang menemui beberapa orang yang sedang mengalami kesusahan entah secara ekonomi, finansial, pekerjaan, hubungan dan lain sebagainya.Â
Pada intinya, berhati - hatilah dalam memberikan nasihat, apalagi kita ini belum tentu kenal orang tersebut dan mungkin baru sekedar berpapasan dalam suatu momen. Memberikan nasihat seperti ini justru bukan meneduhkan yang ada malah menggusarkan bagi orang yang menerima nasihat tersebut.
Saya kadang tidak habis pikir kepada orang yang "asal" dalam memberikan nasihat tersebut, apakah di pikiran mereka dengan mudahnya memberikan nasihat seakan - akan mereka itu solutif? Apakah mereka merasa menjadi lebih baik dibandingkan orang - orang yang diberikan nasihat tersebut?Â
Seringkali dalam memberikan nasihat tersebut dengan menggunakan perbandingan seperti ini," Jamanku dulu ya untuk hal ini xxx." Iya itu jamanmu, kita hidup di masa kini dan tidak semua orang juga ingin mengalami kemalangan saat ini dan Anda yang memberikan nasihat itu tidak relevan serta tidak mengikuti perkembangan keadaan yang ada. Jangan hanya melabeli generasi kami ini pemalas, mudah baper hingga tersinggung, proses tiap generasi itu berbeda dan hasilnya juga berbeda.
Saya jadi teringat akan perjalanan beberapa bulan yang lalu, saat itu saya bertemu dengan seorang bapak - bapak pensiunan yang sepanjang jalan sepertinya tipe penasihat yang baik. Dia tidak hanya menasihati dengan gaya menghakimi, namun dia juga secara seksama mendengar dan bertanya apa saja problem yang dihadapi oleh anak - anak saat ini.Â
Praktis sepanjang delapan jam perjalanan dari Bogor menuju Jogja tersebut kami bisa saling bertukar pikiran. Saya bisa mengetahui bagaimana generasi sebelum saya dalam menghadapi dunia kerja dan kenapa lapangan kerja bisa sebegitu tersedia asalkan kita menguasai satu dua keahlian, berbanding terbalik ketika memasuki masa sekarang.
Sebagai seorang pekerja di bidang finance nyatanya saya harus bisa juga mempelajari dunia procurement (pengadaan barang), administrasi perkantoran, travel hingga merangkap posisi sebagai asisten dan juga supervisor. Dan momen ini membuat saya makin sadar diri, jangan asal memberikan nasihat ke orang apalagi hanya menjadi komunikasi satu arah saja.
Dan pada akhirnya memang kita disadarkan dengan kondisi yang sebenarnya jauh dari kata ideal saat ini. Badai PHK terus berlangsung, ekonomi tak kunjung stabil, situasi politik membuat kita saling baku hantam dan agama yang seharusnya menjadi penyejuk justru digunakan juga untuk ditungganggi beberapa oknum. Hanya sekedar ingin istirahat pasca diberhentikan bukan berarti kita malas - malasan apalagi sekedar di warung kopi dan merokok.
 Percayalah, kami - kami ini sudah berusaha dan juga berdoa kepada Tuhan masing - masing tersebut. Janganlah kamu nodai lisanmu dengan memberikan nasihat yang belum tentu masuk ke sanubari semua orang. Diam adalah emas di momen seperti ini tentu akan menyelamatkanmu. Bukan begitu teman?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H