Mohon tunggu...
Abrurizal Wicaksono
Abrurizal Wicaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance consultant

Manusia yang selalu berusaha belajar dan belajar dari pengalaman hidupnya

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menjadi Anggota "Rombongan Kereta" di Ibukota

3 Januari 2016   19:11 Diperbarui: 3 Januari 2016   20:35 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum menjadi anggota "Roker" (Rombongan Kereta), saya adalah pengguna setia kendaraan pribadi yaitu sepeda motor untuk menuju kantor saya di bilangan Jakarta Pusat. Waktu itu, jarak tempuh yang relatif dekat bahkan hanya setengah jam menjadikan saya mengandalkan kendaraan pribadi ini kemana saja menelusuri Jakarta. Sebagai anak muda yang baru saja selesai wisuda dan memperoleh panggilan untuk bekerja di Jakarta, hal ini tentunya sangat menantang. Jakarta yang digambarkan penuh kegemerlapan beserta janji - janji manis kesuksesan mampu membius anak ndeso ini ke Jakarta demi mengetahui seperti apa sih kerja disini.

Sekedar info, rute saya berangkat kerja dari kos di Sunter hingga Menteng, sebenarnya ada stasiun kereta komuter di Kemayoran hanya saja saat itu belum tertarik karena belum paham rute dan anggapan ribet masih ada dalam benak saya. Bukan apa – apa karena saya saat itu masih was – was seperti ketika pertama kali menggunakan kendaraan umum sendiri malah kecopetan di Stasiun Jakarta Kota saat itu. Sampai beberapa bulan kemudian, saat bulan Agustus usai dinas dari Papua saya bertemu dengan Pakdhe yang menawarkan saya untuk pindah di rumahnya saja sekaligus menempati karena anak – anaknya bekerja di negara tetangga sehingga jarang ditempatin. Pada awalnya saya menolak karena jauh dan belum hapal rute dari Sawangan ke Jakarta Pusat, namun orang tua entah kenapa juga justru mendukung keputusan Pakdhe agar saya menempati rumahnya saja.

Bulan September saya resmi pindah dari Sunter ke Sawangan, sebelumnya pamitan sama anak kos juga sudah banyak bantu selama menjadi anak baru daerah Sunter, hehe. Berikutnya petualangan dimulai, begitu tinggal di Sawangan ternyata baru 3 hari sudah pergi meninggalkan Sawangan, ijin untuk survei rencana studi lanjutan di negara tetangga dan terpaksa belum tahu bagaimana besoknya ke kantor (dalam hati bodo’ amat karena udah ada google maps dan kebetulan sudah pernah sekali Sawangan – Jakarta Pusat).

Setelah kembali ke Indonesia, nanya ke Pakdhe kalau ke kantor enaknya naik apa? Pakdhe sendiri merekomendasikan untuk menggunakan kereta komuter karena disana sampai ke kantor dekat dibandingkan menggunakan bus jemputan yang berangkat pagi buta dan belum tentu saya sendiri sudah mandi jam – jam itu. Hari itu bersama Pakdhe diantar sampai stasiun Sudimara yang merupakan stasiun terdekat dari rumah (sebenarnya agak jauh sih tapi lama – lama dekat kok), disana turun Tanah Abang dan lanjut tujuan Sudirman. Rute tersebut kini menjadi rutinitas saya setiap berangkat kerja.

[caption caption="http://cdn.tmpo.co/data/2013/08/06/id_208757/208757_620.jpg"][/caption]Di hari libur saya sempatkan juga untuk menghapal beberapa rute kereta komuter,berbekal tiket elektronik atau flaz dari BCA, saya mencoba saja untuk jalan – jalan bahkan sampai Bogor juga. Mungkin bagi sebagian orang ini hal norak, tetapi bagi saya ini merupakan pengalaman baru dan jujur saja saya berharap pemerintah daerah tempat asal saya juga concern terhadap fasilitas kendaraan umum seperti kereta komuter ini sehingga mampu mengurangi kemacetan pada saat jam – jam sibuk. Berkat kereta komuter juga saya bisa tahu beberapa jalan – jalan di Jakarta, Bogor bahkan Bekasi. Hal ini tentunya sangat berguna kalau kita terjebak macet di jalan bisa mengetahui beberapa jalan alternatifnya.

Terlepas dari segala hal tersebut, menjadi anggota rombongan kereta juga membuat saya lebih menghargai waktu (meski kadang masuk kantor telat :p). Saya justru senang sekali menggunakan kendaraan umum saat ini dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi, selain membantu program pemerintah mengurangi kemacetan, saya juga berkontribusi mengurangi pencemaran udara akibat penggunaan kendaraan pribadi dari rumah ke kantor. Selain itu juga tiket kereta komuter termasuk murah, untuk pulang pergi saya biasa menghabiskan saldo hanya sebesar Rp 4.000 (empat ribu rupiah saja), cukup murah kan?

Terkadang juga selama menggunakan kereta komuter kita bisa memperoleh teman baru, bahkan ada juga reuni seperti yang saya alami beberapa waktu lalu dimana saya bertemu dengan teman satu organisasi sewaktu kuliah bahkan mendapatkan teman ngobrol seru dari politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya.

Desak-desakan, pengap bahkan kipas mati, atau gangguan acapkali menjadi permasalahan sehari – hari dalam menggunakan kendaraan umum ini. Seorang teman kantor saya sampai menanyakan mengapa saya tetap saja menggunakan kereta komuter, dia sendiri yang kebetulan satu komplek dengan saya memilih menggunakan motornya dengan alasan takut lepek sama malas berdesak-desakan belum panas juga katanya. Menanggapi hal tersebut terkadang saya hanya senyum saja, inilah resiko menggunakan kendaraan umum untuk jangka pendek, tapi lihat saja nanti jangka menengah hingga jangka panjang. Mayoritas orang saat ini justru berbondong – bondong menggunakan kendaraan umum ini terutama yang tinggal di sekitaran Jabodetabek mau cantik, cakep ga masalah kan berdesak – desakan hingga pengap tersebut?

Jadi, buat yang belum pernah menggunakan kereta komuter saya sarankan yuk bersama – sama memakai kereta komuter. Itung – itung mengurangi kemacetan di jalan kan.

Yuuuuk…

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun