Mohon tunggu...
Wicahyanti Pratiti
Wicahyanti Pratiti Mohon Tunggu... Bankir - Moody Writer who wants to write better

A banker. A wife. Mother of one. Everlasting Life Learner. A fighter for a better me and family, for here and hereafter.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Where is The Love?

12 September 2012   23:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:33 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1347493226919621678

[caption id="attachment_205488" align="alignnone" width="300" caption="Whr is d love?"][/caption]

Beberapa tahun lalu, pada waktu lagu ini lagi ngehits, diputer dan dinyanyiin di mana-mana, mungkin yang ada dalam pikiranku waktu itu cuma pengen ikutan ngapalin aja. Tapi karna liriknya panjang dan susah, akhirnya yang apal cuma reff-nya doang, people killing, people dying, nananananaaa...Nah, waktu itu si, yang aku tau lagu ini menceritakan tentang dunia yang semakin tidak bersahabat, banyak perang, rasisme, terorisme terjadi di beberapa belahan dunia. Aku tidak terlalu memikirkan liriknya pada waktu itu, hanya membenarkan bahwa dunia memang begitu adanya. Berarti waktu itu aku belum dewasa ya atau waktu itu aku kurang memiliki sifat empati terhadap orang lain atau lingkungan sekitarku. Mungkin benar juga si, karena seingatku waktu itu aku sedang menikmati kehidupan baruku sebagai mahasiswa baru, bersama teman-teman baru, dunia yang baru. Waktu itu aku ingat aku tidak suka politik, tidak mengikuti perkembangan negara apalagi dunia kalo itu tidak menjadi pembahasan di antara teman-teman kuliah. Aku merasa lebih baik aku kuliah saja, mengerjakan tugas dan belajar dengan sesekali menghabiskan waktu bermain dengan teman-teman. Life is so simple for me at that time. Dengan sangat berat hati harus aku akui kalo aku adalah orang yang tidak banyak peduli apa yang terjadi di negara ini atau terlebih di negara lain, hidup buatku adalah cukup berbuat baik kepada keluarga, hidup damai dengan lingkungan sekitar, tidak membuat kerusuhan dan kerusakan, dan bertanggung jawab atas diri beserta seluruh atribut yang melekat pada diri.

Namun sekarang, entah mulai kapan ya aku suka menonton berita nasional dan baru sekarang aku merasakan bahwa lirik lagu BEP Where is The Love di atas benar-benar bikin aku merinding, bahwa yang aku liat di televisi akhir-akhir ini adalah suatu bentuk kepunahan cinta kepada sesama, bahkan kepada sodara, bentuk tertutupnya mata hati manusia tatkala terbutakan oleh gemerlapnya harta dan tahta dunia. Dan sayangnya itu semua terjadi disini, di negeri tercinta Indonesia ini. Televisi tak henti-hentinya mengabarkan pertikaian antar kelompok yang diakibatkan oleh kecenderungan sikap sukuisme atau chauvinisme dimana satu suku bangsa/golongan merasa lebih baik dan menganggap rendah suku/golongan yang lain. Pembunuhan menjadi hal yang biasa, entah itu karena dendam, cinta, atau karna gelap mata. Mereka seakan berkata apalah arti nyawa dibanding apa yang diinginkannya, yang pada intinya apapun akan ditempuh asalkan tujuan/kepentingan/keinginan/nafsu dapat terpenuhi, sekalipun itu harus mengorbankan nyawa orang yang tak berdosa. Belum lagi masalah tindak kriminal/kejahatan lainnya yang merajalela di ibukota dan mulai merambah ke kota lainnya, sehingga membuat was-was setiap warga. Saya sebagai warga negara bertanya-tanya, apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa tak lagi ada kerukunan antar umat beragama dan sesama? Mengapa tak ada lagi belas kasih dalam jiwa mereka? Bukankah mereka dilahirkan dengan penuh cinta oleh bundanya? Kemudian dibesarkan dan diajarkan bagaimana untuk mencinta? Apakah mereka lupa? Atau dunia yang membuat mereka melupakan segalanya? Lalu buat apakah hidup di dunia bila hanya membuat orang lain terluka? Buat apa hidup di dunia bila tak berarti apa-apa? Bukankah hidup ini hanya sementara? Kenapa mereka bersikap seperti penjajah, yang tak punya hati, merampas hak penduduk negeri? Tak henti-hentinya aku bertanya kemana perginya rasa cinta mereka? Dimana hati dan perasaan mereka? Apakah memang pada dasarnya sudah tak memiliki cinta? Ataukah kekejaman dunia yang mengubahnya? Ah..mungkin bertanya juga percuma dan pada akhirnya hanya bisa berdoa agar Yang Maha Kuasa menyadarkan mereka.

Sebenarnya apa itu CINTA? Apa iya mereka yang jahat dan kejam terhadap sesama tidak memiliki cinta?Mungkin pembaca mendefinisikan cinta dengan berbeda. Menurutku, seharusnya cinta bukan hanya tentang keluarga, pacar atau sanak saudara saja. Semua manusia adalah bersaudara, semuanya keturunan Adam dan Hawa, sehingga cinta seharusnya tidak membedakan kepada siapa diberikannya. Cinta itu adalah perasaan teduh saat memandang orang lain, perasaan bahwa semua manusia adalah sama, tidak ada yang lebih tinggi kedudukannya, sehingga cinta tidak memunculkan perbedaan, perasaan iri atau dengki ketika melihat orang lain bahagia. Lebih sederhananya cinta itu adalah jiwa yang sedih melihat orang lain sedih dan bahagia melihat orang lain bahagia. Dan cinta itu akan dengan sendirinya menampilkan sikap yang penuh cinta dari dalam hatinya.

Aku yakin kita semua bisa merasakan cinta. Jadi marilah mulai dari kita, untuk berusaha menumbuhkan rasa cinta dalam jiwa kita kepada sesama, bukan hanya rasa cinta kepada pasangan jiwa atau keluarga. Bantulah semua orang tanpa membeda-bedakan siapa dia. Bila melihat orang lain susah, bantulah dia, setidaknya hiburlah dia agar dia tidak merasa tidak punya siapa-siapa. Tersenyum dan bersikap baiklah kepada sesama, setulus-tulusnya, sebagaimana kamu merasa bahagia bila mendapat senyuman dan sikap baik dari orang lain. Hapus kebencian dalam jiwa, maklumi bahwa kita semua manusia yang sarat dengan salah dan lupa. Berusahalah mengalahkan jiwa yang egois atau jiwa yang merasa selalu benar, karena sesungguhnya kebenaran itu hanya milik Tuhan semata. Mungkin memang tidak mudah melakukan itu semua, karna akupun juga merasa bahwa aku masih mengutamakan ego jiwa, yang tak merasa bersalah dan kerapkali segan menyampaikan permohonan maaf kepada sesama. Tapi setidaknya aku mau berubah, demi cinta. Aku akan berusaha untuk menyikapi semuanya dengan perasaan cinta, bersikap baik kepada sesama dengan setulus-tulusnya, menghapus ego dalam jiwa, dan belajar untuk meminta maaf atas salah atau hal yang tidak disengaja. Mudah-mudahan Tuhan senantiasa menganugerahi kita semua dengan cinta, sehingga damai di dunia akan tercipta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun