Mohon tunggu...
Abdul Muis Ashidiqi
Abdul Muis Ashidiqi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Hobi rebahan, cita-cita jadi sultan, tapi masih suka jajan cilok di pinggir jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bumi Perkemahan

9 Januari 2025   23:00 Diperbarui: 9 Januari 2025   21:53 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karakter Riko (www.pexels.com)

Aroma tanah basah menyeruak di hidungku. Dinginnya malam menusuk tulang, tapi semangatku tetap membara seperti api unggun di depanku. Ini dia, malam terakhir di bumi perkemahan. Rasanya baru kemarin kami tiba di kaki Gunung Bromo ini, mendirikan tenda dengan tangan-tangan kikuk, dan belajar berbagai keterampilan baru.

Aku, Riko, anak kota yang lebih akrab dengan gadget daripada alam bebas, awalnya merasa canggung. Tapi, tiga hari di sini mengubah segalanya. Alam mengajarkanku banyak hal, lebih dari yang pernah kudapatkan di sekolah.

Ingat nggak, waktu pertama kali belajar tali-temali? Jari-jariku yang terbiasa menggeser layar smartphone, kesulitan membuat simpul mati. "Sabar, Ko, pelan-pelan. Ikutin instruksinya," kata Kak Dika, pembina pramuka yang super sabar. Berkali-kali gagal, akhirnya aku berhasil juga. Rasanya? Seneng banget! Kayak berhasil menaklukan puncak gunung tertinggi, wkwkwk!

Nah, yang paling nggak bisa aku lupain adalah saat penjelajahan. Bayangin, kami harus melewati hutan lebat, jalan setapak yang licin, dan jurang yang curam! Jujur, aku sempat takut. Tapi, melihat teman-teman lain begitu semangat, aku jadi malu sendiri. "Ayo, Ko, kamu pasti bisa!" teriak Rani, si cewek tomboi yang selalu berani. Akhirnya, aku berhasil melewati semua rintangan itu. Dan wow, pemandangan dari atas bukit sungguh luar biasa! Lelahku terbayar lunas.

Nggak cuma fisik, mentalku juga diuji di sini. Hidup berkelompok, jauh dari orang tua, membuatku belajar mandiri dan bertanggung jawab. Aku belajar berbagi tugas, menghargai pendapat orang lain, dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Ternyata, hidup mandiri itu nggak semenakutkan yang kubayangkan. 

Malam ini, di bawah langit penuh bintang, aku merenung. Perkemahan ini bukan sekadar acara liburan biasa. Ini adalah perjalanan penempaan diri. Aku belajar banyak hal baru, menemukan potensi diri yang selama ini terpendam, dan yang terpenting, aku belajar arti persahabatan.

Api unggun mulai meredup, pertanda malam semakin larut. Besok pagi, kami akan kembali ke kota  ke kehidupan kami masing-masing. Tapi,  ku yakin, pengalaman berharga ini akan selalu terukir dalam ingatanku. Namaku Riko, tapi bukan Riko yang dulu lagi. Aku telah berkembang, menjadi pribadi yang lebih tangguh, mandiri, dan percaya diri. Terima kasih Pramuka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun