Jarum jam dinding sudah menunjuk angka lima sore. Seperti biasa, aroma kopi dari pantri mulai menyeruak, pertanda hari kerja hampir usai. Aku melirik tumpukan berkas di meja, menghela napas pelan. "Lembur lagi, deh," gumamku dalam hati. Menjadi pegawai di bank memang nggak bisa ditebak. Kadang lancar jaya, kadang ruwetnya minta ampun.
Hari ini termasuk yang kedua. Mulai dari ibu-ibu yang komplain antrian panjang, bapak-bapak yang lupa PIN ATM, sampai mbak-mbak yang ngotot mau transfer tapi saldonya kurang. Rasanya kepala mau pecah! Tapi, ya mau gimana lagi, namanya juga kerja. Lagian, aku butuh uang buat bayar kontrakan, cicilan motor, belum lagi jajan, dan sesekali hangout bareng teman-teman. Hidup di kota besar memang keras!
Setelah berkas terakhir selesai, aku bergegas membereskan meja. Laptop masuk tas, dompet dan handphone cek, oke siap meluncur! Keluar dari kantor, udara sore menyapa dengan ramah. Jakarta tetaplah Jakarta, macetnya nggak ada obat. Klakson bersahutan mengiringi perjalananku menuju kost-kostan.
Ah, ngomong-ngomong soal kost-kostan, jadi ingat kejadian lucu kemarin. Jadi, ada penghuni baru nih, namanya Mas Rian. Orangnya pendiam, tapi  ramah. Nah, pas lagi asyik-asyiknya nonton Drakor, tiba-tiba dia ketuk pintu kamarku. Mukanya  kusut  banget.
"Mbak Dita, ada lem nggak?" tanyanya dengan nada melas.
"Lem? Buat apa Mas?" tanyaku  heran.
"Ini, Mbak, sandal saya putus," jawabnya sambil menunjukkan sandal jepit yang sudah menggelantung.
Spontan aku ngakak guling-guling. Mas Rian cuma nyengir malu. Akhirnya, aku cariin lem di laci dan bantuin dia nempelin sandalnya. Sejak itu, kami jadi sering ngobrol dan kadang makan bareng. Lumayan lah, ada teman ngobrol di kost-kostan.
Meskipun kecil dan sempit, kamarku adalah tempat pulang di kota ini. Di sinilah aku melepas lelah, nangis bombay kalau lagi galau, dan bermimpi tentang masa depan. Kadang kesepian sih, jauh dari orang tua dan saudara. Tapi, beginilah hidup anak rantau. Harus kuat dan mandiri.
Suara adzan magrib membuyarkan lamunanku. Motor kupacu lebih kencang, perut sudah keroncongan dari tadi. Malam  ini, menu makan malamku adalah nasi goreng langganan. Sambil menikmati nasi, aku tersenyum kecil. Besok adalah hari baru. Semoga saja nggak ada nasabah yang marah-marah lagi. Ah, sudahlah, dinikmati saja!