Dulu, kakek nenek kita berjuang mengangkat senjata, mengusir penjajah demi sehelai bendera merah putih. Nasionalisme membara, tumpah ruah di medan perang. Kini, medan perang telah berganti. Bukan lagi senjata api dan bambu runcing, tapi layar ponsel dan gemerlap internet. Di sinilah, di era algoritma, nasionalisme kita diuji.
Bayangkan, setiap kali membuka media sosial, algoritma dengan cerdik menyuguhkan konten sesuai selera kita. Suka bola? Bersiaplah dibanjiri berita klub favorit, lengkap dengan drama transfer pemain. Hobi masak? Resep-resep lezat akan berseliweran di beranda. Enak? Tentu saja! Tapi, di balik kenyamanan itu, ada jebakan yang tak kasat mata.
Algoritma, bak seorang dalang, mengarahkan kita pada "gelembung filter" dunia maya. Kita hanya bisa terpapar informasi yang sejalan dengan pandangan kita, terkurung dalam echo chamber,  jarang berinteraksi dengan  gagasan yang berbeda.
Lalu, apa hubungannya dengan nasionalisme? Begini, nasionalisme bukan cuma soal  menghafal Pancasila atau  menyanyikan lagu Indonesia Raya. Lebih dari itu, nasionalisme adalah kesadaran untuk menerima perbedaan, dan menghargai keragaman yang menjadi kekayaan bangsa ini.
Nah, ketika algoritma membatasi pandangan kita, membuat kita alergi pada perbedaan, di situlah nasionalisme diuji. Kita terpecah dalam gelembung-gelembung  kecil, masing-masing merasa paling benar.
Contohnya, perdebatan di media sosial tentang isu politik atau agama. Algoritma semakin mempertajam perbedaan, memicu polarisasi. Yang  pro semakin mendukung,  yang kontra semakin berisik. Ujung-ujungnya? Bukannya mencari solusi, kita malah sibuk menghujat, menebar kebencian.
Lalu, bagaimana caranya agar nasionalisme tetap kokoh di era algoritma?
Pertama, sadari keberadaan "gelembung" ini. Jangan mau diatur algoritma! Sekali-kali, cobalah  "melompat" keluar, jelajahi informasi dari berbagai perspektif.
Kedua, latih kemampuan berpikir kritis. Jangan mudah termakan hoaks atau propaganda yang berseliweran di dunia maya.
Ketiga, budayakan dialog yang sehat dan menghargai perbedaan. Ingat, Indonesia merdeka karena persatuan di tengah keberagaman.