Mohon tunggu...
Abdul Muis Ashidiqi
Abdul Muis Ashidiqi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Hobi rebahan, cita-cita jadi sultan, tapi masih suka jajan cilok di pinggir jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah di Ruang Kelas

2 Januari 2025   00:40 Diperbarui: 1 Januari 2025   23:03 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto suasana kelas oleh Max Fischer (www.pexels.com)

"Bu Guru, kenapa langit berwarna biru?", "Pak Guru, gimana caranya jadi astronot?". Pertanyaan-pertanyaan polos nan ajaib seperti itulah yang seringkali jadi "alarm" pagi para pengajar, bahkan lebih ampuh dari kopi hitam. Menjadi seorang guru, atau bolehlah kita sebut "tukang kebun", memang sebuah perjalanan yang penuh warna. Ada tawa, haru, bahkan sesekali rasa ingin "menyerah"  yang datang silih berganti.

Bayangkan, setiap hari kita berhadapan dengan puluhan, bahkan mungkin ratusan pasang mata yang berbinar-binar haus akan ilmu. Rasanya seperti punya kekuatan super untuk membuka jendela dunia bagi mereka. Melihat mereka  mengerti sebuah konsep dan keterampilan baru, kepuasannya melebihi  mendapatkan  segepok uang (walaupun uang tetap penting sih, wkwkwk...).

Salah satu momen paling membahagiakan adalah ketika  kita bertemu  dengan mantan murid, yang kini sudah sukses di bidangnya masing-masing. "Pak, Bu, ingat saya? Dulu saya nakal lho di kelas...", ujarnya sambil tertawa. Lalu  mereka  bercerita  bagaimana ajaran kita dulu, sekecil apapun, ternyata berpengaruh pada kehidupannya. Wah, rasanya ingin melompat kegirangan sambil teriak, "Ini  lho hasil kebunkanku!".

Tapi, jangan kira menanam benih di "kebun " itu mudah. Ada kalanya kita merasa frustasi. Materi sudah dijelaskan sampai berbusa-busa, masih ada saja yang bengong seperti ketinggalan kereta. Belum lagi harus menghadapi murid dengan berbagai karakter. Ada yang aktif bertanya sampai kita kewalahan, ada yang malu-malu kucing padahal pintar, ada pula  yang super aktif, aktif bermain maksudnya!

Pernah suatu hari, saya hampir menyerah menghadapi seorang murid yang selalu membuat onar di kelas. Rasanya seperti mengajar batu! Tapi, ketika saya coba dekati dan pahami, ternyata dia memiliki masalah keluarga yang cukup berat. Akhirnya, saya berusaha membantunya, bukan hanya dengan pelajaran sekolah, tapi dengan menjadi pendengar yang baik. Perlahan, dia mulai berubah dan bahkan menjadi salah satu murid kesayangan saya.

Menjadi guru juga menuntut kreativitas tanpa batas. Kita harus pandai-pandai mengemas pelajaran agar menarik dan tidak membosankan. Jangan harap murid zaman now mau diam mendengarkan ceramah kita selama berjam-jam. Mereka butuh sesuatu yang interaktif, menyenangkan, dan sesuai dengan dunia mereka. Maka, jadilah guru yang  gaul! Gunakan teknologi, game, musik, apapun yang bisa membuat mereka antusias belajar.

Di era digital ini, tantangan menjadi guru semakin besar. Kita harus terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Tapi, di balik semua suka duka itu, ada satu hal yang pasti, menjadi guru adalah sebuah panggilan mulia. Kita adalah pahlawan tanpa tanda jasa, berperan penting dalam membentuk generasi penerus bangsa. Jadi, buat para "tukang  kebun" di seluruh Indonesia, tetap semangat dan teruslah berkarya! Kalian luar biasa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun