Dia Mulai Berisik.....
" Kau percaya sekarang....", kembali terdengar suara itu jelas sekali di telinga kiriku. Aku terdiam dan kutoleh arah suara itu...." Ya Allah.... ", kututup mulutku karena aku takut teriakanku membuat semua orang menoleh.... aku lihat................ siluet putih tembus pandang disampingku. Ya Allah apalagi ini... mataku terasa buram dan "BRUK"... aku pingsan. " Akhirnya kamu sadar juga Nya", suara yang tidak asing terdengar tidak jauh dari tempat aku berbaring. " Kenapa aku... koq ada disini?". Reza adalah temanku sejak di SMP, dia tidak satu kelas denganku. " Kamu kenapa tiba-tiba saja pingsan dipojokan menuju kantin? Hampir saja jatuh ke tangga makanya sarapan Nya", kata Reza kepadaku. Aku hanya tersenyum dan mengucapkan terimakasih karena sudah menolongku. Belum beranjak dari tempat tidur, ekor mataku menangkap sosok siluet kembali yang berada diluar jendela solah-olah mengawasi gerak gerikku dan Reza yang sedang berdiri disebelah kananku.Â
Entah darimana dia itu, hanya dalam hatiku berkata... "Pergilah aku baik -- baik saja, tunggu aku dirumah dan jangan ikuti aku...", sambil kutundukkan kepalaku dan entah seolah dia mengerti siluet itu menghilang. Setelah kejadian aku pingsan kini aku menjadi semakin was -- was, entahlah padahal sebelumnya tidak pernah sedikitpun memikirkan tentang hantu sebab dalam keluargaku tidak ada yang memiliki pengalaman tentang "mereka-mereka". Sepulang sekolah seperti biasanya aku ganti baju dan makan siang sebab sholat dhuhur sudah kami laksanakan bersama di Masjid sekolah secara berjamaah. Kurebahkan badanku dan akhirnya terlelap juga, " BANGUUUUUN!!!". Lagi-lagi suara itu membangunkanku tapi kali ini aku tidak berteriak kupelankan suaraku dan berkata, " Ok aku tahu kamu ada, tapi tolong jangan berteriak ditelingaku ketika sku tertidur, dan terimakasih kamu bangunkan aku karen belum sholat Ashar...", aku beranjak meninggalkan kamar menuju ke kamar mandi karena waktu itu sudah menujukkan pukul 16.45 aku mandi dan sholat Ashar. Setelah aku melipat mukena aku duduk bersila ditempat tidur kupejamkan mataku dan aku mulai bertanya dalam hati,Â
" Kamu siapa? Dan apa tujuanmu ada disampingku? Jika kamu benar ada maka tampakkan padaku dalam wujud yang baik jangan kamu tampakkan wujudmu yang tidak baik". Sepersekian detik aku mencium aroma yang tidak biasa, aroma ini bukan minyak wangi tapi seperti bunga entah bunga apa, hanya segar tidak sewangi bunga melati. Aku tetap memejamkan mataku, seperti ada yang duduk disampingku dan dia berbisik halus dan sangat tipis suaranya, " Panggil aku SAKA", siiiiirrrrrrrrr... ada rasa mendesir dalam hatiku serta bulu kudukku semakin meninggi hingga kepalaku. Kubuka mataku tapi aku tidak menemukan siapa-siapa dikamar, hanya saja wangi bunga ini tetap menusuk dihidungku hingga terasa di kepalaku. Hanya Namanya yang dia katakan tujuan dia ada disampingku tidak dia katakan, kalau saja pada waktu itu ada HP mungkin langsung terkenal kamu "Saka" xixixixixi. Sayangnya pada tahun itu belum ada HP jadi kamu masih aman-aman saja sampai dengan sekarang.
Hari-hari aku lalui dengan suara-suara dikepala yang semakin berisik, ingin rasanya menutup telingku jika itu bisa karena serasa yang bira itu ada di otak semeriah tahun baru. Aku biasakan dengan semua yang aku alami lama kelamaan terbiasa dan tidak ada sedikitpun rasa takut lagi jika ada yang tetiba nongol di jendela, sampai pernah sisir rambutku disembunyikan, mereka usil sekali. Hingga tiba waktunya lulus SMA telah dating, dengan riuh kita saling pelukan satu sama lain aku ditarik temanku yang bernama Lilis dia mengajakku bicara duduk berdua dibangku, " Benda ini ada dua tolong yang satu kau jaga Nya...", ujarnya sambal menyodorkan benda yang berwana ungu polos bersinar jika terkena cahaya." Apa ini?", jawabku sambal kugaruk -- garuk kepalaku, sebab aku tak pernah memiliki sekalipun benda seperti itu. " Ini yang laki-laki yang perempuan sudah saya kasihkan indah, taruh di kain warna putih kasihkan minyak wangimu, bersihkan jangan sampai lupa, semprot dengan minyak wangimu, nanti suatu saat aku ambil", sambung Lilis lagi.Â
" Hmmm.. ok ok ", aku ambil benda itu lalu kumasukkan dalam tasku tanpa ada keraguan apapun dibenakku. Sesampainya dirumah aku memasukkan benda tersebut kedalam wadah tusuk gigi yang terbuat dari mika bening lalu aku kasih kapas dan aku semprot minyak wangiku lalu aku tutup sangat rapi. Setiap hari aku jaga kebersihannya, aku lap aku semprot lagi dengan minyak wangiku dan aku melakukan itu dengan senang hati tanpa ada keraguan tanpa ada pertanyaan ini apa dan itu aku simpan rapi di meja belajarku. Aku merasakan ada yang berbeda, biasanya ada perempuan yang menangis diluar jendelaku sekarang sudah tidak ada lagi. Ah mungkin dia sudah bosen nangis terus dan mungkin sudah move on hehehehehehehheh...tidak ada lagi anak kecil yang menyembunyikan sisirku, lagi-lagi aku berfikir positif mungkin dia sudah punya mainan baru makanya sudah tidak mau bermain sisirku. Hari berganti hari semua berjalan seperti biasa, aku tidak lagi dibuat ribet " Mereka-mereka", alhamdulillah ucapku lirih, tetapi ada rasa kangen juga dengan " Mereka-mereka", " Eh apasih aku ini aaaaah sudah -- sudah gak usah balik kesini yaaaa.... Biarkan aku anteng yaaa....", ucapku sambal kurebahkan tubuhku di tempat tidur. Aku akhirnya tertidur... " BANGUUUUUUNNNNN!!!", aku langsung kaget dan terduduk, " Lain kali jangan teriak ya, yang baik kalau bangunkan, aku nggak tuli...", setengah marah sebab membuat telingaku berdenging.
Trrriiiiiiiing.... Suara telepon berdering... ( dulu masih telepon rumah yak arena belum ada HP ). " Assalamualaikum... enggeh mbah pripun? Woooh enggeh nanti saya sampaikan ke Anya.... Bla bla blaaa.....", suara bapak terdengan berbicara dengan nenek diseberang sana. Ada apa koq aku disebut-sebut bapak, batinku sambal aku berlalu ke kamar mandi untuk mandi dan siap-siap sholat maghrib berjamaah ke musholla. " Nya... sini duduk sebentar bapak mau ngomong....", kata bapak sambal mengayunkan tangannya menyuruhku duduk di kursi tamu. " Ada apa pak...? Serius sekali", timpalku. " Sama nenek kamu disuruh pindah kesana nemenin nenek, sebab kakakmu ada disini, dulu almarhum kakekmu pernah ngendikan kamu harus ikut kakek, jadi anak ragilnya nenek sama kakek karena kata orang jawa kamu sama bapak tidak boleh satu rumah... kata kake berat ", jelas bapakku. Aku diam... lalu aku menjawab," Iya pak kulo nggeh tidak usah kuliah rumiyen, berhenti dulu mau cari uang mawon". Padahal dalam hati aku sangat ingin sekali kuliah, karena pada saat itu bapak sakit, biaya kuliah kakakku juga tidak murah pada saat itu, aku mengalah saja daripada kakakku yang terminal mending aku yang tidak usah kuliah supaya ringan perekonimian bapak dan ibuk.
Bawa aku.....
Aku siap-siap dengan baju yang sudah dikemas dengan rapi oleh ibuk dan tidak lupa ibuk juga memasukkan sedikit camilan untuk di kereta nanti. Ketika aku akan mengangkat tas dan berpamitan tiba-tiba  " Jangan lupa....", aku terdiam sejenak dalam hati aku berkata lupa apa.... Suara itu tipiiiiiisss sekali... b..a...w...a...a...k...u....... byaaaaaash....deg....
Bersambung