"A, Mamah dirawat di ruang mana jadinya?" tanya Nok Eka, adik nomer 2.
"Ruang Bougenvil 2, masuk dari sisi samping rumah sakit saja. Sebelah selatan dekat kantin, lebih dekat" jawabku.
Rencananya Papah dan Nok yang akan membawa perlengkapan Mamah selama di RS. Aku mau mandi, dan istirahat. Mungkin besok pagi saja aku ke RS bergiliran jaga menunggu Mamah.Â
Sebenarnya malam ini tanpa ditunggui pun sebenarnya tak masalah. Karena posisi Mamah masih sehat normal, bisa tidur nyaman dan nyenyak di RS. Anggap aja tidur di penginapan/hotel. Kini tinggal aku yang menemani adikku Adi, Widia, dan si kecil Purnomo di rumah.
Keesokan harinya aku mengajak 3 adikku untuk menjenguk Mamah. Gantian jaga dengan Papah dan Nok Eka yang dapat shift malam. Kebetulan, pas sampai di RS, ada jadwal visit tim dokter yang akan menangani operasi Mamah.
"Ibu ini diambil darahnya dulu ya untuk di cek. Nanti mulai sore ibu puasa, jangan makan, untuk persiapan operasi besok" ucap salah seorang dokter ditengah kesibukan perawat-perawatnya yang sedang menyuntik dan cek tensi darah.
"Ini sepertinya tensi dan sebagainya normal, bagus kondisinya" kata dokter satunya lagi yang melihat alat tensi yang digunakan perawat pada Mamah dan catatan yang dipegang.
Hari berganti, tiba saatnya Mamah akan dibedah. Sekitar jam 10 tim dokter dan beberapa perawat masuk ke ruangan. Membawa bermacam alat.
"Bagaimana Ibu tidurnya semalam? Nyenyak?" tanya dokter berbasa-basi saat datang.
"Mas nya keluarga pasien?" tanya dokter itu lagi padaku.
"Iya dok, gimana?"