Sebagai manusia sudah sepatutnya kita untuk saling berbagi, bukan hanya sebagai sikap mulia yang ada pada agama, tetapi sudah menjadi naluri alamiah manusia sebagai makhluk sosial selalu menuntut kita untuk saling membantu dan peduli terhadap berbagai penderitaan, kekurangan. Ketika kita melihat orang lain kesusahan alam bawah sadar kita membawa kita untuk tergerak melakukan suatu tindakan nyata seperti dengan memberikan apa yang kita punya kepada orang lain yang sedang kesulitan.
Seperti pada kegiatan dakwah lapangan ini sesuai dengan al-quran dan hadits, dalam kegiatan ini mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, melakukan pemberdayaan untuk keluarga Dhuafa agar dapat bangkit secara ekonomi, sosial, maupun spiritual.
Surat Al-Ma’un merupakan surat ke-17 yang diturunkan setelah suray Al-Taakatsur surat ke-16 dan sebelum surat Al-Kafirun surat ke-18 terdiri dari 7 ayat, termasuk kedalam golongan surat Makkiyah. Secara etimologi Al-Ma’un memiliki arti banyak harta, berguna, bermanfaat, kebaikan, ketaatan, dan zakat.
Muhammad Asad berpendapat bahwa “Al-Ma’un” jika dilihat dari tafsir klasik dapat dipahami sebagai hal kecil yang dibutuhkan orang lain dalam kebutuhan sehari-hari, perbuatan baik dalam wujud memberikan bantuan kepada sesama manusia dengan hal-hal yang kecil. Dalam makna yang lebih luas kata al-Ma’un berarti “Bantuan” atau “Pertolongan” di dalam setiap kesulitan
Kegiatan ini didasari oleh surah Al-Ma’un, dimana mahasiswa tersebut mengamalkan apa yang ada di dalam surat tersebut dan juga sebagai media dakwah, kegiatan ini terlaksana pada 26 Desember 2022. Di daerah kebayoran baru, para mahasiswa ini membantu salah satu keluarga dhuafa untuk membuka usaha agar memiliki pendapatan yang baik setiap harinya, dana dikumpulkan dengan cara membuka donasi secara offline kepada sanak saudara yang mau ikut membantu dan mengamalkan surat Al-Ma’un.
Saat kami memberikan pemberdayaan tersebut hanya ada Bapak Wijayanto sebagai kepala keluarga, anggota keluarga yang lain sedang berada dirumah nenenknya yang sedang kurang sehat. Sehingga kami tidak bisa berlama-lama disana dikarenakan juga bapak Wijayanto harus pergi bekerja lagi sebagai tukang galon, setelah kami menyerahkan donasi Bapak Wijayanto tak henti-henti mengucap syukur dan terimakasih atas donasi yang diberikan, beliau merasa diperhatikan sebagai masyarakat kecil.
Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas kemuhammadiyahan semester 3
Penulis : Wianda Putri, Fazri Hendrawan, Andito Abimanyu
