Dear Diary,
Sore ini aku menyirami tanaman hias yang ada di teras rumah. Ga banyak sih. Cuma ada tiga pot besar berisi tanaman Sansiviera dan satu pot kecil tanaman Aloe vera.
Sebenarnya aku ini orang yang anti mainstream. Ga terlalu suka ikut-ikutan tren. Jadi aku merawat tanaman hias bukan karena ikutan tren. Tapi ya karena dari dulu aku suka sama tanaman. Tanaman yang ada di rumah pun bukan tanaman hias yang lagi booming macam apa itu namanya? Janda bolong? Hihi...serem 'kali orang menyebutnya.
Sambil menyiram Sansiviera kupandangi dengan seksama tanaman ini. Lalu mengernyitkan dahi sambil tersenyum tipis. Tanaman yang berdaun runcing panjang ini mulai menarik perhatianku. Ah, kenapa jika diIndonesiakan namanya  menjadi lidah mertua? Apa ga ada nama lain? Apa karena stigma bahwa mertua itu cerewet. Omongannya tajam pada menantu setajam silet eh daun Sansiviera ini? Uupss....
Ingatanku melayang pada judul beberapa sinetron atau FTV yang pernah kutonton bertahun-tahun lalu. Tapi apa ya judulnya? Pokoknya tentang konflik antara mertua vs menantu. Sang mertua sering cekcok dengan menantu perihal hal yang remeh temeh. Cucian yang terlalu rama direndam misalnya. ia bisa menjadi sumber konflik berkepanjangan. Mertua akan mengomel sepanjang hari menasehati pentingnya segera mencuci pakaian. Menantu pun tak kalah untuk membalas dengan gerutuan pedas ala sambal ayam geprek.
Tapi cerita demikian mungkin hanya ada di dunia sinetron yang penuh dengan kamuflase aja kali ya. Kalau di dunia nyata mungkin ga ada. Uuups....jangan dibully dong. Kalau ada pun, pasti jumlahnya sangat sedikit dibanding mertua yang baik sama menantunya. Â
Terlepas dari namanya yang lumayan syerem, banyak sekali manfaat Sansiviera. Menurut beberapa sumber, tanaman Sansiviera mempunyai manfaat sebagai berikut: pembersih udara alias menyerap polutan, pemasok oksigen melimpah, penyerap radiasi, penyerap karbon dioksida di malam hari, sebagai antiseptik, penetral racun nikotin, mengobati wasir, dan masih banyak manfaat lainnya.
Sansiviera membuat ingatanku melayang pada Umik. Umik adalah ibu mertuaku yang sangat baik. Beliau sudah menganggap aku sebagai anak  sendiri. Beliau sering rindu dengan pijatanku yang (katanya) lebih enak dari tukang pijat langganannya. Semoga sehat selalu ya, Mik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H