Seiring dengan perkembangan zaman, dakwah juga ikut serta dalam memanfaatkan teknologi sesuai kebutuhan. Teknologi adalah pedang bermata dua. Disatu sisi, ia memberikan peluang luar biasa untuk menyebarkan nilai-nilai agama keseluruh dunia dengan sangat cepat, melalui platform digital dan aplikasi sosial media. Namun disisi lain, teknologi mengancam untuk mereduksi dakwah menjadi konten yang hanya sekedar bersaing dengan hiburan ringan. Pesan-pesan dakwah seringkali harus beradaptasi dengan logika platform tersebut.
Ancaman lain yang muncul adalah krisis otoritas dalam dakwah digital. Dunia membuka peluang bagi siapa saja untuk menjadi pendakwah, terlepas dari kompetisi dan pemahaman mereka tentang agama. Pesan dakwah yang disampaikan berpotensi memecah belah umat, dan memperburuk polarisasi sosial.
Untuk menghidari ini dakwah harus dirancang dengan pendekatan kritis dan mendalam. Pendakwah perlu memahami bahwa teknologi hanyalah alat, bukan tujuan. Pesan agama harus tetap berakar pada nilai-nilai spiritual sejati. Di sisi lain, umat perlu dibekali dengan literasi digital agar mampu membedakan antara pesan yang otentik dan manipulatif.
Masa depan dakwah bergantung pada kemampuan kita untuk memanfaatkan teknologi tanpa kehilangan arah. Dengan ada teknologi, dakwah diharapkan menjadi cahaya di tengah kegelapan digital.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI