Mohon tunggu...
Wahy
Wahy Mohon Tunggu...
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sedang dalam studi menumbangkan tirani tanpa modal tinggi cukup dengan granita kupi dan Mie cepat jadi tanpa imunisasi.Amin

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

KeKiri Menginterupsi Ilusi Ahok Yang Anti Korupsi.

13 Mei 2016   12:56 Diperbarui: 22 Mei 2016   14:11 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ciri khas kaum kiri adalah watak radikalisme-nya, watak ini tidak buruk, dan juga tidak perlu dihilangkan, ini adalah watak ciri khas kaum kiri yang tetap harus selalu ada, namun harus kita tempatkan kepada hal yang tepat dan kontekstual, apabila dulu watak radikalisme Tan Malaka menolak berunding dengan penjajah, maka watak radikalisme kaum kiri saat ini adalah tidak ada kompromi kepada mereka para koruptor..demo nggak demo, protes nggak protes tetap saja ada penguasa yang dengan lantangnya berkompromi dengan penjajah masa kini yaitu korporasi..kiri tidak kiri negeri ini tetap amnesia

Perpetuasi laku korupsi masif, menebar senyum di media dengan tampang suci bahkan menyempatkan berkoar-koar dengan konten pesan bersih memekik dengan bangganya pembodohan sistemik di era reformasi, manusia tidak pernah lepas dari dua hajat, hajat nilai dan hajat materil, titik jenuh malaise multidimensional bangsa, dimana bangsa ini tiba di suatu masa yang sepenuh-penuhnya vakum kepahlawanan..

Salah satu potret arogansi manusia adalah orang yang mengaku-ngaku intelek dengan citra-citra tanpa henti beriklan manajemen bersih dan anti korupsi yang dengan jelas dan lugas mempermainkan orang lain yang mungkin punya kelemahan dalam pemahaman diaraknya beramai-ramai terjerumus kedalam ilusi simpati korban kronis perkosaan labelisasi etnis minoritas yang bertahun-tahun disakiti negeri kini telah bertransformasi menjadi superhero anti korupsi juru selamat negeri yang dipakai sebagai alibi untuk mengklasifikasi pendapat dan tindakannya yang hanya merunut pada korporasi, kaum terdidik, kaum kaya dan kaum menengah yang gengsi berlebih tinggi dengan alih-alih etika menjauhkan si miskin dari kuman lantas tak masalah untuk merampas dan menggusur pemukiman, major toleransi untuk lingkungan kelompoknya namun zero toleransi yang bukan dari lingkungan kelompoknya, power and prosperity.

Engkau bukanlah emas, orang tidak peduli kau tionghoa lantas menangis, sekeras apapun niat usahamu beromong kosong untuk mencari pembenaran atas hajat nilai padahal terlihat jelas nampak kebanyakan niatmu berhajat materil, sekali diletakkan di bumi, seseorang akan membawamu keluar lagi. Antara utopis dan menjadi fleksibel, masih ada orang-orang yang mampu berpihak pada yang benar dan benar-benar mau mati ?

Awas keliru Tuan, tidak semua punya persepsi sama tentangmu. Aku mungkin kelihatan lamban dan dungu, tetapi di kepalaku sudah kumatikan kau dua kali.

Kita tidak akan melihat kerbau terbang karena hukum gravitasi membuat kesalahan atau lupa menerapkan gravitasi pada hari ini, dalam hal ini kita bermimpi besar suatu saat tidak ada penggusuran di negeri ini, penguasa bebas dari genggaman finansial korporasi, tanpa uang,tanpa bunga, tanpa kepentingan duniawi, Future was made by virtual insanity.

Sekarang hampir terkurung dalam suatu kehidupan hampa, dimana kesadaran sedang menguap eksistensinya. Rupa rupa usaha yang kita kuatkan jati dirinya tinggal kosong, bak gentong yang dasarnya bolong seperti mulutnya. Sebagaimana pendidikan dan belajar yang bertujuan pada filosofi kebaikan dan kesahajaan pun jadi bertolak belakang ? Nyatanya, konsepsi yang dihidupkan dalam metode untuk memenuhi nilai, justru menguap.

Ketika ruang penguasa dipenuhi sosok brutal yang saling berhadapan dengan kelamin yang senantiasa tegang dan kaku, serba materi dan duniawi hedonis, nafsu besar, pikiran kurang tenaga kurang "Libido ergo sum" pantas tidaknya, benar tidak benarnya dan'tak baiknya, libido tanpa kendali akan merobohkan bangsa ini.

Rasa itu bisa di manipulatif, menambahkan sesendok gula membuatnya manis, dua sendok akan lebih manis,atau sama sekali tidak memberinya gula membuatnya pahit menjadi subversif, tergantung dari olah hasil akhirnya dan terbukti remeh temeh mampu mengubah dunia, seandainya bukan apel yang menimpa di kepala newton, tetapi batang pohonya mungkin kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi dengan gravitasi. dan gravitasi rakyat itu yang akan menarik menyeret mencungkil penguasa dari atas singgasananya. 

Semuanya bermuara pada'logika dan perasaan, dua tinjauan berkelakuan, rakyat ribet dengan hal remeh temeh yang membatasi konektivitas merunutkan silogisme yang pada akhirnya memutuskan untuk meninggalkan pemimpinnya.

Mengaku sebagai homo sapiens, spesies terbaik yang dianugerahi piranti waahh yaitu (akal budi) tapi kenapa masih ada konflik kepentingan pribadi diatas simbol dan objek publik, merasionalisasikan kepentingan pribadinya atas nama kepentingan korporasi, sibuk mengusut cela, fitnah murahan, saling menyalak, semua disalaki tak bisa membedakan mana yang tukang pos atau maling, berhentilah sensasi ! muak dengan gosip politik murahan dinegeri ini. Peradaban yang membatu.....masih mau di zaman megalitikum ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun