Mohon tunggu...
Wahy
Wahy Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sedang dalam studi menumbangkan tirani tanpa modal tinggi cukup dengan granita kupi dan Mie cepat jadi tanpa imunisasi.Amin

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tempo Kamu Jahat Aku Marah

24 Mei 2016   09:10 Diperbarui: 24 Mei 2016   23:21 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau tak sempat melihat telinga

Mulutmu menganga seperti belanga

Tempo itu bersama terbahak tertawa

Meski Kau Cina Aku cukup Jawa 

Toh tak apa bukan kerabatpun bisa jadi sahabat

Bagai kepompong berubah ulat

 

Isu didepan lalu lalang tak mungkin kupendam

Bukan ujug-ujug Dari belakang langsung menikam

Bukan memang Aku memang bukan kacang sah saja lupa kulit

Situ aja paranoid dikit-dikit sensitif mikirnya primitif

Bukan spekulatif cukong ngasi duit bisa jadi motif

Ribuan trilyun bukan uang sedikit tentu banyak yang bisik-bisik

Ada juga yang berisik dengan kertas secarik duit bisa tertarik

Jadi menarik uruk-urukan banyak intrik

 

Tak sekedar spasi jelas tanda tanya itu pasti

Jelas mengulik tak sekedar interupsi apa soal itu diskresi

Lalu hanya karena Pernah makan semeja di pantai mutiara, bagimu Tak apa membentak saat bicara

Didepan banyak orang pula

Sampai sumpah serapah tuntut- menuntut segala

Tempo dulu tak mungkin salah memuat sejarah

Sudah Kami telaah

Hasilnya Buat apa begadang...kalau tiada artinya

Bukan sekedar negosiasi ujar ucap Bang Roma

Ada fakta diatas meja di jadikanlah berita

Jadilah jelas Bukan oplah semata

PemilIik berita juga tak melulu absen moral

Tak soal

membaca juga butuh nalar Bukan sekedar oral

 

Dag dig dug jantungmu Bang bang tut buatku

Ya sudahlah kalau tak salah

Kenapa harus marah-marah 

Lekas saja ke pengadilan

Jangan sekedar omelan

Kita memang sahabat bisa juga rangkap pengkhianat

Bukan berarti jahat

Percepatlah bertobat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun