Mohon tunggu...
whitney arabella
whitney arabella Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

sing penting saik

Selanjutnya

Tutup

Music

Musik Indie: Penakluk Hati Remaja

6 Januari 2025   12:55 Diperbarui: 6 Januari 2025   12:58 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Musik indie nampaknya mempunyai tempat yang spesial di hati para remaja.

Musik Indie atau musik independen merupakan musik yang di mana proses produksinya dan pemasarannya dilakukan sendiri (oleh musisi itu secara langsung/label rekaman sendiri) tanpa bantuan dari major label.

Major label merupakan label rekaman yang dimiliki oleh industri kreatif terkemuka. Di luar negeri contohnya seperti Universal Music Group, Sony BMG, Warner Music Group, dan EMI. Di Indonesia kita memiliki beberapa label rekaman mayor seperti Musica Studio's, Aquarius Musikindo, Nagaswara, dan Trinity Optima Production. Nama-nama di atas merupakan label rekaman yang sering kita temui di beberapa sampul rilisan fisik. 

Lalu, apa yang spesial dari musik indie? Apa yang membedakannya dari musik yang diproduksi oleh major label?

Perkembangan musik Indie sendiri di Indonesia dimulai pada era 1980-an, di mana banyak band-band rock yang merilis musiknya sendiri. Hal tersebut menjadi gerbang awal musik independen masuk ke Indonesia. Beberapa pelopor musik indie di Indonesia adalah Guruh Gipsy, Gang Pegangsaan, God Bless, Giant Step, Super Kid dan lain-lain. Mereka mengundang banyak pendengar baru di masyarakat, karena kemunculan mereka merupakan suatu hirupan nafas baru bagi industri musik di Indonesia.

Fenomena musik indie sedari dulu memang sudah mengikat hati para remaja di era nya, dan hal itu berlanjut sampai tahun 1990-an hingga 2000-an. Di era itu banyak sekali bermunculan band yang dengan lantang dan berani untuk keluar dari pasar---banyak dari mereka beranggapan bahwa selera pasar sangat klise dengan tema lagu yang sama antara band satu dengan yang lainnya, hal itu tidak menunjukan kreatifitas/keleluasaan para musisi untuk menciptakan suatu karya yang orisinal, karena harus terus-terusan mengikuti selera pasar. Alasan itulah yang membuat skena musik indie terus berjalan di belantika musik Indonesia bahkan internasional, karena menyajikan musik yang fresh bagi para pendengar. 

Masa kejayaan band-band indie di Indonesia sendiri bisa dibilang dimulai dari akhir tahun 1990 hingga tahun 2000-an, dan di era ini lebih dikenal dengan musik underground dibandingkan musik Indie. Musik underground atau musik bawah tanah merupakan istilah yang lebih dikenal pada era itu. Di Indonesia kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Yogya, dan Malang adalah kota yang memiliki semangat bermusik yang tinggi dan tinggi peminat akan musik indie. Band indie atau underground cenderung memiliki musik dengan lirik yang mengungkit isu-isu sosial yang terjadi. Salah satu contohnya adalah lagu Cinta Melulu dari band Efek Rumah Kaca, lagu tersebut ditulis oleh Cholil Mahmud (vokalis utama) dan Adrian Yunan (Bassist). Isi lagu tersebut merupakan kritikan yang ditujukan untuk industri musik Indonesia karena didominasi oleh lagu-lagu cinta yang cengeng, dengan musik dan lirik yang sangat pasaran.


Walaupun lagu tersebut merupakan rilisan dari band independen, lagu Cinta Melulu pernah mendapatkan nominasi sebagai lagu alternatif terbaik tahun 2008 oleh AMI Awards, juga mendapatkan penghargaan Best Song of Bahasa Indonesia 2008 oleh radio bergengsi di Indonesia. Hal tersebut merupakan bukti yang cukup kuat untuk menunjukan eksistensi musik indie ke kalangan masyarakat luas. Contoh lain untuk membuktikan eksistensi musik indie/underground adalah penggunaannya dalam film, salah satu film yang cukup terkenal adalah film Janji Joni---Janji Joni, film yang diperankan oleh Nicholas Saputra dan Mariana Renata artis yang cukup terkenal dan laku pada saat itu, Joko Anwar sang sutradara menggunakan musik-musik Indie sebagai Original Soundtracknya. Mulai dari The Adams, White Shoes and The Couples Company, Teenage Death Star, dan band-band indie lainnya. Film itu sukses memikat hati para remaja, bukan hanya karena pemerannya tetapi musik-musik yang terdapat di dalamnya.                

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun